santrimillenial.id – Negara dan agama merupakan dua hal yang saling melengkapi. Tanpa negara, agama tidak bisa terlaksana dangan maksimal. Begitu pula, tanpa agama negara tidak akan memiliki kontrol moral. Nabi Muhammad SAW sebagai teladan umat pun mencontohkan rasa nasionalisme. Beberapa riwayat menjelaskan bahwa Nabi juga sangat mencintai Madinah. Hal ini menunjukkan betapa Nabi tidak hanya aktif dalam mendakwahkan ajaran Islam, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan.
Santri adalah miniatur umat Islam yang turut andil dalam perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, tidak ada yang bisa meragukan peranan santri. Sejak berdirinya pesantren di Indonesia, para kyai dan ulama terus menanamkan rasa patriotisme nasionalisme serta semangat anti penjajahan. Kita memiliki banyak catatan tentang perjuangan dan kepahlawanan para ulama dan santri dalam perlawanannya terhadap penjajah.
Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indoesia, ulama-ulama kita sudah mencontohkan, bagiamana para ulama seimbang dalam memperjuangkan antara agama dan negara. Sehingga ulama-ulama Indonesia tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memiliki semangat kebangsaan yang luar biasa. Contohnya adalah semangat nasionalisme Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari dalam melawan penjajah. Beliau mengeluarkan fatwa-fatwa yang masyhur sebagai ‘Resolusi Jihad’ pada 22 Oktober 1945. Sekarang, pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Naional.
Dalam catatan sejarah, pada 22 Oktober 1945 atau tepat setelah delapan minggu Indonesia merdeka, terjadi peperangan di Surabaya. Untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus wajib dipertahankan. Republik Indonesia, sebagai satu-satunya pemerintah yang sah, harus dijaga dan ditolong. Kewajibaan ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang tinggal dalam radius 92 kilometer. Sedangkan mereka yang tinggal di luar radius tersebut, harus membantu secara material terhadap mereka yang berjuang. Lima butir fatwa ini kemudian kita mengenalnya dengan Resolusi Jihad yang meyebabkan meletusnya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Untuk itu peran santri saat ini dalam membela negara dan agama dalam resolusi jihad tentu harus menanamkan jiwa nasionalisme yang tinggi dan moralitas yang kuat agar berdaya menjaga martabat kemanusiaan untuk membangun masa depan NKRI yang gemilang.