Uncategorized

Toleransi: Sejauh Mana Diperbolehkan dalam Islam?

santrimillenial.id – Indonesia merupakan negara yang terdapat begitu banyak sekali keberagama suku, bahasa, dan budaya. Begitu juga dengan keberagaman agama, warga Indonesia memiliki kepercayaan terhadap agama yang beragam. Namun, keberagaman tersebut tidak boleh menjadi alasan sebagai pemicu perpecahan  dalam negara. Islam tidak pernah mengajarkan pemeluknya untuk saling bermusuhan. Karena Islam merupakan agama yang rahmatal lil ‘alamin. Agama yang mengajarkan bagi pemeluknya untuk saling menciptakan perdamain.

Dalam Islam, toleransi merupakan sebuah tiang untuk berdirinya sebuah kedamaian. Karena dalam tolerasi terdapat sifat yang memicu untuk saling menghormati, saling menghargai setiap orang, serta tidak mencela ataupun menghina agama lain dengan alasan apapun. Namun, tidak semua sifat toleransi boleh dilakukan dalam Islam. Karena Islam membatasi bertoleransi dalam hal peribadahan.

Al Kafirun Ayat 6 : Batasan Tolerasi Umat Islam

Dasar mengapa Islam sampai membatasi toleransi dalam hal peribadahan adalah dengan adanya ayat ke-enam dari Surah al-Kafirun “Untukmu agamamu dan untukku lah agamaku”. Kitab tafsir at-thobary menjelaskan bahwa surah ini turun waktu kaum Kafir Quraisy berusaha untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam. Mereka mencoba  meminta Rasulullah untuk melakukan kompromi. Salah satu tawaran yang mereka ajukan adalah apabila Rasulullah mengikuti ajaran mereka, maka mereka akan bersedia menyembah Tuhan sebagaimana konsep dalam agama Islam.

Mereka mengusulkan pada Rasulullah untuk bergantian dalam proses beribadah. Dalam waktu satu tahun Rasulullah menyembah Tuhan mereka, dan sebagai gantinya dalam satu tahun berikutnya merekapun akan bergantian menyembah Tuhan dari Rasulullah. Namun, Rasulullah menolak tawaran tersebut kemudian berdoa memohon perlindungan Allah supaya tidak menyekutukan-Nya dengan hal apapun. Sebagai jawaban dari doa Rasulullah akhirnya turunlah Surah al-Kafirun sebagai penegas bahwa antara agama dan keyakinan tidak boleh dicampuradukkan.

Islam memang membatasi pemeluknya untuk bertoleransi dalam hal peribadahan dengan nonmuslim, namun Islam tidak pernah membatasi pemeluknya untuk menjalin pertemanan dengan siapapun. Sebagai seorang muslim bebas ketika ingin mencari sebuah pertemanan. Bila seorang muslim masih saja membeda-bedakan untuk mencari teman, maka ia pun harus siap terkucilkan nantinya.

Tujuan penciptaan manusia di dunia ini adalah untuk saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Sebagaimana yang terdapat dalam surah al-Hujurat ayat 13 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal”. Maka tidak ada salahnya bagi kita untuk saling menjalin hubungan pertemanan dengan siapapun. Karena manusia adalah makhluk sosial. Makhluk yang selalu butuh akan bantuan orang lain.

Manfaat Toleransi dalam Kehidupan

Beberapa manfaat dari budaya toleransi dalam kehidupan

  1. Meminimalisir adanya perpecahan

Salah satu faktor pemicu perpecahan adalah tidak  adanya sikap saling menghormati dan menghargai antar sesama. Bila seorang selalu egois menginginkan bahwa semua orang harus sesuai dengannya. Maka ia harus bersiap untuk menanggung perpecahan karena ulahnya.

  • Menyatukan perbedaan

Bila toleransi selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Lalu seorang bisa selalu menerima setiap perbedaan yang ada. Maka sebanyak apapun perbedaan akan bisa selalu disatukan.  Karena begitu sulit untuk menyamakan semua perbedaan yang ada.

  • Menjaga keharmonisan

Sebuah suasa yang harmonis dapat diperoleh bila memang seorang selalu mengamalkan sikap toleran. Ia selalu bisa lapang dada menerima orang yang berbeda pendapat denganya. Tidak pernah memaksakan kehendak yang ia rasa benar. Tidak pernah merasa dirinya adalah orang yang paling pintar sehingga orang lain harus selalu  mengikuti pendapatnya. Karena Rasulullah saja selalu musyawaroh ketika hendak memutuskan sebuah pekara. Kita saja orang biasa apakah ketika hendak memutuskan suatu perkara tidak ingin menerima masukan-masukan dari orang lain.

admin

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

22 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago