santrimillenial.id – Tiba saatnya musim haji sudah berakhir. Para umat muslim sedunia yang melakukannya kembali ke tanah air mereka masing-masing. Akan tetapi, kepulangan dari tanah suci tidak hanya sekedar pulang membawa oleh-oleh, mendapatkan gelar, dan cerita pengalaman ketika ibadah haji di Makkah.
Melainkan membawa hikmah dan semangat religi yang histeris yang bermanfaat bagi diri sendiri dan syi’ar dakwah. Ibadah haji mengajarkan nilai vertikal dan horizontal. Nilai vertikal dengan makna hubungan dari hamba kepada sang maha pencipta Allah SWT. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu, Nabi Muhammad SAW bersabda:
الحجاج والعمار وفد الله أن دعوه رجالهم و أن استغفروه غفر لهم
“Jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah SWT. Jika mereka berdo’a, Allah memenuhi permintaan mereka dan jika mereka meminta ampun kepada-Nya, niscaya Allah mengampuni mereka.” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hiban).
Hadis ini menjelaskan bahwa seseorang beribadah haji akan mendapat ampunan dari Allah SWT yang membuat hablum minallah (Hubungan hamba kepada sang maha pencipta) menjadi lebih mendekatkan dan istiqamah dalam beribadah lainya.
Adapun nilai horizontal yang artinya nilai persatuan dan kesatuan dalam membina hablum minannas (hubungan dari manusia kepada manusia) yang baik tanpa memandang ras, suku, budaya, etnis, dan golongan umat muslim di dunia. Allah SWT berfirman:
الحاج أشهر معلومات فمن فرض فيهن الحاج فلا رفث ولا فسوق ولا جدال في الحج
“(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa mengerjakan (ibadah) haji, maka janganlah dia berkata jorok, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji.” (QS Al Baqarah: 197).
Ini adalah bukti nyata bahwa haji juga momentum membangun kerukunan dan persatuan.
Berkumpulnya umat muslim di dunia di Makkah untuk menunaikan ibadah haji pastinya juga membawa ras, suku, budaya, etnis dan golongan yang beraneka ragam yang tidak menggoyahkan persatuan untuk berhaji dan menjalin silaturahim bersama.
Peristiwa haji yang beraneka ragam dibawa oleh jamaah haji sama halnya dengan kejadian di Indonesia yang memiliki banyak budaya, ras, suku, budaya, etnis, agama dan golongan yang bersatu padu berlandaskan “Bhineka Tunggal Ika”. Dengan demikian, betapa kita tidak sadar bahwa semboyan Negara Indonesia juga berlandaskan dengan Al Qur’an dan Hadits.
Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…
Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…
Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…
Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…
Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…
Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…