Trilogi Persaudaraan: Kunci Utama Harmonisnya Keberagamaan

santrimillenial.id – Melihat kenyataan bahwa Indonesia menjadi bangsa yang plural merupakan anugrah yang perlu kita syukuri. Kekayaan khazanah budaya, agama, ras, bahasa dan lainnya merupakan bukti bahwa manusia memiliki keanekaragaman. Namun, beberapa kelompok memandang kondisi ini sebagai kondisi yang “mengancam”.

Nyatanya, Rasulullah hidup dalam keanekaragaman suku dan agama di Madinah dan dapat membangun kehidupan yang harmonis antar umat beragama. Rasulullah juga menuangkan hal ini dalam Piagam Madinah.

Seperti yang tertuang dalam surat Al-Kafirun ayat 1-6 tentang cara Rasulullah menghadapi perbedaan keyakinan beragama. Beliau tidak pernah mengancam kepada mereka yang menolak ajarannya. Akan tetapi Rasulullah memilih untuk memberikan doa kepada mereka yang menolak ajarannya.

Salah satu bentuk keberagaman di Indonesia adalah masalah agama. Indonesia bukan negara sekuler apalagi negara agama. Namun, pengakuan negara terhadap agama hanya mencakup enam agama, yaitu Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Katolik dan Kong Hu Chu.

Indonesia, secara tipikal merupakan negara dengan masyarakat yang plural. Pluralitas masyarakat Indonesia tidak hanya mencakup suku, ras dan bahasa, tetapi juga dalam agama. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu,” menjadi semangat inklusif dalam masyarakat Indonesia. Negara menjamin kebebasan beragama dalam konstitusi sehingga umat beragama bebas melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Negara juga mengakui keanekaragaman dalam segala aspek kehidupan. Undang-Undang Dasar 1945 menjamin kesetaraan hak dan perlindungan bagi semua warga negara tanpa memandang suku, agama, ras, atau golongan. Selain itu, terdapat juga hari libur nasional untuk memperingati berbagai perayaan agama, seperti Idul Fitri, Natal, Nyepi, Waisak, dan lainnya. Ini menunjukkan komitmen negara dalam memelihara keragaman dan memastikan setiap warga negara merasa dihormati dan diakui.

Namun, dalam beberapa waktu terakhir, agama masih menjadi alat provokasi hingga menimbulkan ketegangan dan kekerasan, baik intern maupun antar umat beragama. Penyebabnya juga timbul dari beberapa aspek antara lain umat beragama seringkali bersikap untuk memonopoli kebenaran ajaran agamanya. Sementara itu mereka memberi label agama lain sebagai agama yang tidak benar.

Selanjutnya, umat beragama seringkali bersikap konservatif dan dogmatis, sehingga tidak terdapat ruang untuk melakukan dialog yang kritis dan bersikap toleran terhadap agama lain. Sikap-sikap keagamaan seperti itulah yang membawa implikasi adanya beragama tanpa memperdulikan keberagamaan orang lain. Dua sikap tersebut juga akan menyebabkan keretakkan antar umat beragama.

Hidup berdampingan dengan beragam agama, suku, ras dan etnis di Indonesia memberi pembelajaran penting, yakni menciptakan ruang yang berfungsi untuk saling bertukar pikiran dalam membangun dan merawat keharmonisan.

Pada dasarnya, apabila kita memandang keadaan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir sebagai hal yang biasa saja maka akan menyebabkan kesalahan yang terpandang benar, hingga menjadi kebenaran mutlak. Namun, hal itu juga bergantung pada kualitas sumber daya manusianya (SDM).

Trilogi Persaudaraan, Apa Saja?

Trilogi Persaudaraan bisa menjadi pegangan agar kita menjadi manusia-manusia yang berkualitas. Perlu untuk menekankan Trilogi Persaudaraan tersebut dalam membangun persaudaraan (ukhuwah) pada ranah apapun itu, baik agama, suku, ras dan etnis, demi kelangsungan hidup dalam keanekaragaman dengan penuh keharmonisan.

Hal tersebut menekankan pentingnya hubungan yang baik antara individu-individu. Islam mengajarkan nilai-nilai persaudaraan yang erat antara sesama manusia, berdasarkan prinsip-prinsip Islamiyah, Wathaniyah, dan Insaniyah. Trilogi persaudaraan ini merupakan landasan penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling menghormati.

Dalam membangun cita-cita keumatan yang indah dan harmonis dan menegakkan konsep hidup beragama, ukhuwah yang bisa diterapkan adalah Ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan atau ukhuwah atas dasar keyakinan bersama akan Islam sebagai agama dan kepatuhan terhadap ajaran-ajaran Al-Quran dan Hadis. Ukhuwah ini melibatkan hubungan yang erat antara muslim, di mana mereka saling mendukung dan memelihara persatuan dalam agama mereka.

Persaudaraan Islamiyah menekankan pentingnya sikap inklusif, saling menghargai, dan saling mencintai antara sesama muslim, tanpa memandang perbedaan ras, suku, atau budaya. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat (49:10): “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” Semua itu perlu dirangkul untuk membentuk kehidupan yang terikat pada ukhuwah islamiyah.

Pembentukan kualitas SDM selanjutnya ialah membangun persaudaraan pada umat sebangsa dan tanah air, yaitu Ukhuwah Wathaniyah. Ukhuwah Wathaniyah adalah persaudaraan yang bersifat nasionalis, didasarkan pada identitas bangsa dan kecintaan terhadap tanah air. Persaudaraan ini menekankan pentingnya persatuan dalam kehidupan bermasyarakat, serta menjunjung tinggi nilai-nilai patriotisme dan pengabdian kepada negara. Persaudaraan Wathaniyah mendorong setiap individu untuk berkontribusi dalam pembangunan negara dan menjaga keutuhan dan kedaulatan negara.

Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat (49:13): “Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Bangsa Indonesia merasa senasib berjuang dalam melawan penjajah, untuk mencapai cita-cita kemerdekaan. Meskipun berbeda latar belakang, namun perjuangan untuk mempersatukan bangsa ialah cita-cita bersama.

Terakhir, dalam menyatukan diri antar sesama umat manusia, harus mempunyai jiwa untuk menuju perdamaian. Sehingga, persatuan dalam saudara antarsesama harus terjalin. Maka hadirlah Ukhuwah Insaniyah. Ukhuwah Insaniyah merupakan konsep persaudaraan yang melibatkan seluruh umat manusia, tidak terbatas pada agama atau bangsa tertentu. Persaudaraan ini menekankan pentingnya kepedulian terhadap kemanusiaan secara universal. Persaudaraan Insaniyah mendorong individu untuk saling membantu, berbagi, dan merangkul keragaman dalam upaya membangun dunia yang lebih adil dan sejahtera bagi semua orang.

Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hujurat (49:13): “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.”

Adam dan Hawa melahirkan keturunan, keturunannya melahirkan keturunan lagi dan begitu seterusnya hingga menyebar ke seluruh dunia. Maka, terbentuklah kelompok-kelompok masyarakat yang beranekaragam. Perbedaan dan keberagaman bangsa merupakan sunatullah yang memang dikehendaki oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai ciri khas manusia untuk saling mengenal satu sama lain. Trilogi Persaudaraan Islamiyah, Wathaniyah, dan Insaniyah merupakan nilai-nilai fundamental dalam Islam yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang damai, adil, dan saling menghormati.

Trilogi tersebut relevan dan ikut memberikan kontribusi signifikan bagi penguatan dan penegakkan pilar-pilar nasioanlisme, konstitusionalisme, multikulturalisme dan pluralisme di bawah naungan Pancasila sebagai ideologi Republik Indonesia. Dengan menerapkan trilogi persaudaraan ini, kita dapat memperkuat hubungan antarindividu dan membangun masyarakat yang harmonis dan inklusif.

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *