Pepatah “tak kenal maka tak sayang” adalah istilah yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Pepatah ini mempunyai arti apabila kita tidak mengenal seseorang, maka kita tidak bisa menaruh perhatian dan memberi penghormatan kepadanya.
Pepatah ini ternyata dekat sekali dengan Al-Quran surat al-Hujurat ayat 49. Yang berbunyi:
يأيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا إن أكرمكم عند الله أتقاكم إن الله عليم خبير.
“Kami menciptakan kalian, laki-laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar saling mengenal. Sungguh manusia paling terhormat dalam pandangan Allah adalah yang paling bertakwa”
Ayat ini diturunkan karena sebuah kisah dari Abu Hind; seorang bekas budak yang kemudian bekerja sebagai tukang bekam. Nabi meminta kepada Bani Bayadhah untuk menikahkan salah satu putri mereka kepada Abu Hind. Tetapi mereka menolak dengan alasan: “Ya rasul, bagaimana kami hendak menikahkan putri kami dengan bekas budak kami?” Lalu turunlah ayat ini.
Ayat ini mempunyai tafsiran ayat yang sangat indah. Manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling mengenal satu sama lain, tidak untuk saling bermusuhan. Ini menjadi dasar deklarasi haka asasi manusia. Menyatakan tentang persamaan, kesetaraan, dan persaudaraan umat manusia.
Kata lita’arafu dalam ayat ini, banyak yang menerjemahkan menjadi “agar saling mengenal”. Tetapi ada juga yang menerjemahkannya menjadi “mengenal”. Jika diterjemahkan dengan mengenal, maka tentu tidak hanya sekedar mengetahui nama, asal-usul dan tempat tinggal, pekerjaan dan nomor teleponnya. Menurut K. H Husein Muhammad di dalam bukunya yang berjudul “Pendar-Pendar Kebijaksanaan, beliau menggambarkan mengenal dengan mengerti dan memahami bahwa aku adalah kau yang lain, atau kau adalah aku yang lain, serta salingberi dan saling membagi cahaya dan cinta. Apa yang ada dalam diriku juga ada dalam dirimu. Apa yang aku rasakan adalah yang engkau rasakan pula. Demikian sebaliknya. Bila engkau cemas atau menderita aku juga cemas dan menderita, bila engkau ceria, aku juga ceria. Inilah kearifan.
Orang yang tidak mengenal dan tidak paham yang lain bisa, bahkan sering mudah marah dan bahkan sampai membencinya. Hal ini tidak hanya berlaku untuk antar individu saja. Antar kelompok, jika tidak saling mengenal juga akan tumbuh suatu perpecahan. Misalnya, antara bangsa satu dengan bangsa lainnya, antara agama satu dengan agama lainnya, jika tidak saling mengenal, akan terjadi sebuah perpecahan. Peperangan antara Palestina dan Israil terjadi, karena mereka tidak saling mengenal dan memahami satu dengan yang lain. Entah dari satu sisi mereka tidak mau dikenal, atau di sisi yang lain mereka tidak mau mencoba untuk mengenal.
Tidak cukup interaksi anda itu hanya untuk mengenal yang lain. Mereka pun juga harus mengenal anda. Interaksi kedua belah pihak akan menumbuhkan simpati dan empati. Kalau anda meminta orang lain memahami anda, pihak lain pun meminta hal yang sama. “Saling mengenal”.
Tak kenal maka tak sayang. Di dalam dunia maya pun seperti itu. Banyak komentar-komentar yang menyakitkan, menyudutkan, menghakimi, dan komentar-komentar yang sembarangan. Mereka beranggapan bahwa yang mereka hadapi hanyalah sebuah layar handphone. Padahal dunia maya sekarang atau media sosial adalah sarana kita untuk saling mengenal. Maka dari itu, kenalkanlah Islam kepada seluruh dunia. Melalui konten-konten yang amar ma’ruf nahi munkar.
Penulis : Putri Nadillah (Santri Pondok Pesantren Mansajul Ulum, Pati)