free page hit counter

Kebijakan Nabi Muhammad dalam Mengambil Strategi Perang

Nabi Muhammad menjadi sosok panutan. Nabi terakhir yang pada masanya mampu menjadi pusat perhatian salah satunya karena strategi perang. Hampir semua perang yang ada pada kepemimpinan beliau tidak gagal. Selain strategi, beliau mampu menyatukan masyarakat yang heterogen menjadi satu kesatuan. Hal itu pernah Nabi terapkan di Madinah.


Misalnya beliau berhasil menyatukan Bani Aus dan Khazraj, mempersaudarakan kaum Ansor dengan Muhajirin hingga membuat konstitusi negara dengan kaum Yahudi. Beliau juga membangun masjid sebagai pusat pemerintahan sekaligus sebagai pembangunan infrastruktur hingga membentuk angkatan senjata untuk menjaga pertahanan Madinah.


Kisah perjuangan Nabi Muhammad yang menjadi pusat perhatian Bangsa lain ketika terjadi perang Badar. Nama peperangan tersebut mengambil dari nama sumur, karena kaum muslim dengan kaum kafir Makkah berperang di dekat Sumur Badar. Ada yang menyebutkan jika Badar merupakan nama sosok yang menggali sumur tersebut dari Kabilah Ghifar.

Perang Badar disebutkan dalam Qur’an Surat Al-Imran ayat 13

قَدْ كَانَ لَكُمْ اٰيَةٌ فِيْ فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۗفِئَةٌ تُقَاتِلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَاُخْرٰى كَافِرَةٌ يَّرَوْنَهُمْ مِّثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۗوَاللّٰهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّاُولِى الْاَبْصَارِ

“Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan muncul di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sebenarnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati”.


Pada perang Badar, jumlah kaum muslimin terdiri dari 313 orang sedangkan pasukan kafir Makkah sekitar 1000 lebih. Kaum muslimin pun berhasil menaklukan kaum kafir Makkah. Kabar tersebut sampai menarik perhatian Bangsa Romawi dan Persia. Pasalnya, Mereka menganggap bahwa kekuatan militer Madinah masih belia diantara yang lain.

Strategi Perang Badar


Selain mempunyai militer yang pantang menyerah, Nabi Muhammad juga mempunyai sosok Hubbab bin Mundzir sebagai ahli strategi. Ketika rombongan Nabi Muhammad sampai di Badar, beliau memerintahkan agar menguasai sumber air di sumur.


Kemudian Hubbab bin Mundzir bertanya untuk memastikan apakah perintah tersebut merupakan petunjuk dari Allah atau tidak. Setelah Nabi menjawab bahwa hal tersebut bagian dari konsepnya serta menjadi bagian dari strategi perang, lalu ia mengusulkan pendapat agar pindah ke tempat sumber air dekat musuh dan menutup sumur yang bakal menjadi tempat militer kafir Makkah.


Lalu Nabi diam sejenak dan menyatakan jika itu, usul yang sangat bagus. Setelah itu pasukan Nabi Muhammad membuat markas di sana. Mereka juga menggali lubang-lubang dekat perkemahan kaum muslimin dan mengiisi dengan air hingga penuh. Dengan demikian mereka banyak tersedia air sedangkan musuh mempunyai sedikit persediaan air minum.

Pelajaran Sikap Nabi dan Hubbab bin Mundzir

Strategi demikian menjadi salah satu pengaruh atas kemenangan kaum muslimin pada perang badar. Historis musyawarah dalam mengambil strategi yang Nabi Muhammad terima menjadi teladan bagi manusia khususnya dalam mengemban amanah ketika menjadi seorang pemimpin. Mengedepankan sikap rasional dan menerima pendapat orang lain.


Seorang pemimpin teladan mampu mengedepankan kemajuan bersama menuju kemenangan. Entah seperti apa kisahnya jika saat itu, Nabi Muhammad lebih mementingkan harga dirinya, sifat egois yang tidak mau menerima masukan orang lain.


Nabi Muhammad mencontohkan agar tidak alergi terhadap pendapat bawahannya yang bersebrangan dan mengajarkan agar menyelesaikan sesuatu secara musyawarah.


Tidak hanya dilihat satu arah. Bagaimana cara Hubbab bin Mundzir mempertanyakan dan menyampaikan pendapat begitu sopan. Memilih etika yang baik sehingga tidak menyinggung atau merendahkan strategi Nabi. Hubbab juga tetap menanyakan sebagai bentuk pertimbangan apakah strategi tersebut bagian Wahyu dari Allah atau bukan.


Keduanya sama-sama menjadi teladan yang selaras dalam menyampaikan maupun menerima hal baru. Praktik keduanya perlu diterapkan bagi seorang pemimpin baik pada tataran tertinggi seperti presiden hingga tataran pemimpin terkecil misalnya kepala rumah tangga bahkan untuk diri sendiri.


Sebaliknya, bagi penyaran mempunyai etika sendiri sehingga tidak menyinggung siapapun. Mengimplementasikan dengan cara yang sopan sehingga mampu mengambil keputusan bersama tanpa memihak satu orang.

Oleh : Ayu Sugiarti, Duta Damai Santri (RMI Jateng)

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *