free page hit counter

Urgensi Sisi Bathin dalam Taraf Tholabul Ilmi

Pada dasarnya Allah swt telah menciptakan dua unsur yang berbeda dalam setiap diri manusia. Dan kedua unsur tersebut dinamakan jiwa jasmaniyah dan rohaniyah. Yang mana kedua-duanya merupakan dua hal yang harus sama-sama dipenuhi kebutuhanya.

Seperti kebutuhan jiwa jasmaniyah kita yang akan selalu menuntut kepada diri untuk dipenuhi kebutuhannya  yang bersifat dzohiri. seperti makan, minum dan juga segala hal yang berada dijangkauan indrawi. Tetapi kita juga harus ingat bahwa manusia juga makhluk rohaniyah  yang mana hal tersebut juga menuntut manusia untuk memiliki hubungan spritual yang baik dengan tuhanya. Dengan cara melakukan ibadah-ibadah  yang bersifat wajib maupun sunnah.

Akan tetapi terkadang manusia selalu lupa akan urgensi sisi ruhaniyah yang mereka miliki. Serta lebih mementingkan sisi jasmaniyahnya saja. karena hal tersebut bersifat  lebih konkrit dan jelas untuk dijalani. Seperti ketika seseorang ingin pintar tentu hal konkrit yang dapat dilakukan adalah dengan belajar dan segala hal yang dapat menunjang kesuksesan akademisnya. Seperi bagaimana menerapkan mindset yang benar hingga habit seperti apa yang harus selalu ia prioritaskan.

Padahal dalam suatu Hadis, terdapat penjelasan yang mengarah pada urgensi jiwa bathin yang ada pada diri manusia. Seperti sabda  Nabi Muhammad saw yang berbunyi :

لا تدخل الملائكة بيتا فيه كلب

Artinya : Malaikat tidak akan mau masuk ke suatu rumah yang mana didalamnya terdapat seekor anjing.

Secara eksplisit memang hadist tersebut tidak memiliki hubungan apa-apa dengan dua unsur sisi manusia yang tengah kita bahas. Akan tetapi bila mana hadist tersebut dimaknai secara takwili, tentu hadist tersebut akan  menjelaskan tentang makna pentingnya jiwa bathin manusia. Terkhusus bagi seseorang yang berada dalam fase pembelajaran. Seperti pemaknaan Al-Ghazali dalam karya monumentalnya yakni kitab Ihya’ Ulumiddin.

Dalam  penjelasan kitab Ihya’ Imam Ghazali seakan menganalogikan bahwa bait atau rumah dalan hadist tersebut diumpamakan sebagai hati manusia yang berposisi sebagai tempat dimana ilmu bersarang. Sedangkan kalb merupakan cerminan dari akhlaq yang tercela. Dan malaikat adalah makhluq yang akan membagikan ilmu kepada manusia. Jika dimaknai demikian, maka maknanya akan berubah  menjadi “ malaikat tidak akan mau masuk kedalam hati seseorang yang mana didalamnya dipenuhi dengan akhlaq-akhlaq madzmumah atau tercela. Karena akhlaq tercelah merupakan refleksi dari kalb. Dan seorang malaikat tidak akan mau membagikan ilmu kepada manusia yang hatinya penuh dengan akhlaq-akhlaq madzmumah.

Dengan demikian sekali lagi sisi bathin juga memiliki peran penting bagi manusia untuk memperoleh suatu pengetahuan. Oleh karena itu manusia tidak boleh hanya memperioritaskan sisi dzohiriyahnya saja dan menyampingkan hal bathin yang ada dalam dirinya. Meskipun sebenarnya hal-hal yang bersifat dzohir memang sangat perlu untuk dilakukan karena hal itu menjadi ikhtiar manusia sebagai makhluk jasmani. Tetapi manusia juga harus ingat bahwasanya ikhtiar yang berupa bathin juga harus diperioritaskan pula. karena manusia juga hadir sebagai makhluk rohaniyah yang memiliki ketergantungan dengan Sang Khaliq.

Sehingga pada intinya manusia harus ingat bahwa kedua sisi tersebut harus sama-sama terpenuhi dan terimbangi agar tidak ada ketimpangan dalam diri manusia yang dapat mengganggu kesetabilan dalam tholabul ilmi.

Oleh: Ahmad Ainun Niam, Pondok Pesantren Mansajul Ulum, Pati.

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *