Islam adalah agama nasihat, banyak dalil yang menjelaskan bagaimana keutamaan memberi nasehat dan berbagi ilmu kepada orang lain. Namun tak sedikit sering kali saat seseorang diberi nasihat ia merasa tersinggung, lalu apakah memberi nasihat itu buruk?
Adab dalam menasihati dalam Islam harus diterapkan agar seseorang yang membutuhkan nasihat tidak merasa terpojok dan disalahkan, seseorang juga tidak diperbolehkan menasihati dengan cara mempermalukan.
Dalam Islam nasihat boleh diberikan dengan tujuan untuk memberi masukan yang baik. Maka ingatkanlah dengan cara yang santun yang demikian akan lebih mengena di hatinya dan akan lebih mudah baginya untuk menerima nasihat.
Adab dalam memberikan Nasihat
- Niat untuk mengingatkan dan mendapat Ridha Allah
Amal kebaikan tidak diterima dan tidak dianggap sebagai amal shalih kecuali jika dengan niat yang ikhlas. Disebutkan dalam hadits Riwayat bukhari dari Umar bin Khatab
“Sesungguhnya Amal itu tergantung pada niatnya dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya”
- Tidak menasihati di depan umum
Islam menjaga dengan baik kehormatan seseorang, karena itu sudah sewajarnya umat Islam menjaga harga diri dan kehormatan saudaranya. Imam Syafii mengatakan bahwa nasihat di depan umum adalah bentuk pelecehan kepada orang lain.
“Berilah aku nasihat ketika aku sendiri dan jauhilah nasihat di tengah keramaian karena nasihat di tengah manusia adalah salah satu jenis caci maki”
Al hafidz ibnu Rajab mengatakan bahwa memberi nasihat di depan umum adalah bentuk dari mempermalukan orang. Nasihat seharusnya dilakukan secara rahasia dan empat mata.
- Menggunakan Bahasan yang santun
Nasihat sering kali disebut sebagai obat yang perih, sebab itu memberi nasihat harus memperhatikan etika. Jangan memancing pertengkaran atau provokasi. Nasihat harus dilakukan dengan cara yang baik dengan tutur yang santun tidak berupa provokasi yang memancing permusuhan secara muslim.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka katakanlah yang baik atau diam” (HR Bukhari dan Muslim)
- Memberikan Nasihat sesuai dengan ilmu yang dimiliki
Pemberian nasihat harus dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan syariat dan kemampuan orang dalam memberi nasihat. Dalam hadis riwayat Muslim disampaikan bahwa ada tiga tingkatan memberi nasihat. Yaitu dengan menggunakan tangan, menggunakan lisan, dan menggunakan hati.
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani semua akan diminta pertanggungjawaban” (QS Al-Isra : 36)
Nasihat harus disampaikan sesuai dengan kemampuan, jika seseorang tidak mampu memberikan nasihat dengan menggunakan tangan maka ia harus menyampaikan dengan lisan. Memberikan nasihat melampaui kemampuan yang dimiliki bisa mendatangkan mudharat dan kesulitan bagi pemberi nasihat.
- Bersabar dalam menasihati
Nasihat merupakan ibadah dan meskipun orang yang diberi nasihat tidak menerima nasihat, jangan memaksakan nasihatnya diterima. Karena niat memberi nasihat adalah untuk menunaikan amanah persaudaraan antar sesama muslim.
Tidak ada alasan untuk memberi nasihat walaupun nasihat yang disampaikan tidak pernah dihiraukan atau dilaksanakan.
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin” (QS Az-Zariyat : 55)
- Tabayyun sebelum memberi nasihat
Berusaha berprasangka baik dan mencari kemungkinan yang baik, salah satu hal yang penting yang harus dilakukan sebelum memberi nasihat adalah memastikan kebenaran berita yang kita ketahui. Nasihat yang dilakukan atas dasar berita yang simpang siur tidak akan memberikan manfaat.
Oleh : I’anatur Rofiqoh (PP Roudlotul Mubtadiin Balekambang, Jepara)
Sumber gambar : https://muslim.or.id/52031-adab-adab-dalam-memberikan-nasehat.html