Ka’bah menjadi bangunan yang ada di dalam Masjidil Haram, Makkah dan menjadi poros dunia Islam. Selain itu Ka’bah juga menjadi tempat ibadah orang haji maupun umrah dan kiblat kaum muslim saat melaksanakan ibadah sholat.
Tidak luput dari sejarah Islam. Pasca Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad mendapatkan perintah sholat. Pada mulanya kiblat sholat ada di Baitul Maqdis (Palestina) ketika Nabi Muhammad berada di Madinah. Dilansir pada Nu online bahwa hal tersebut tercantum dalam Kitab Ibnu Katsir karangan Imam Abu Fida Ismail Ibnu Katsir pada juz I halaman 272.
Namun pada tahun ke-2 Hijriyyah Bulan Rajab Allah memerintahkan Nabi Muhammad yang menyampaikan agama Islam mengalihkan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram. Sebagaimana dalam Q.S Al-Baqoroh ayat 144:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.”
Pada tafsir Al-Mishbah karya Quraisy Shihab menjelaskan bahwa pengalihan kiblat tersebut karena Nabi Muhammad mencintai kiblatnya Nabi Ibrahim. Karena memang pada waktu itu Baitul Maqdis merupakan kiblatnya orang Yahudi.
Akan tetapi bagi ahlul kitab mengetahui, bentuk perpindahan kiblat tersebut memang telah tertulis dalam kitab mereka. Karena mereka meyakini bahwa syariat Allah sudah menentukan kiblat tertentu pada masing-masing agama.
Perpindahan kiblat Agama Islam pada saat itu, bagi kaum Yahudi selain ahlul kitab menjadi bentuk ke-plin-planan Agama Islam. Mereka mengolok-olok Islam. Padahal ada unsur tersembunyi bahwa mereka kecewa yang pada mulanya mengira Islam mengikuti kiblat kaum Yahudi. Kemudian menganggap Islam meneladani kaum Yahudi.
Maka turunlah Q.S Al-Baqoroh ayat 143
وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi beberapa orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”
Dalam kitab Aisarut Tafasir karya Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, bahwa pergantian arah kiblat menjadi bentuk ujian dari Allah. Allah mengukur ketaatan seseorang, keimanan bahkan ketunjukannya terhadap Nabi Muhammad. Bagaimana Allah menakar kepercayaan seseorang dari celetohan orang-orang yang akalnya kurang.
Adapun bagi orang yang terombang-ambing kepercayaan dan hatinya akan menjadi murtad bersama orang-orang kafir. Dalam kitab Aisatut Tafasir juga menjelaskan bahwa berpaling kiblat dari Baitul Maqdis hanya diterima oleh orang-orang pilihan dan jiwanya bersih.
Demikian peralihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram memantapkan identitas ummat Islam. Selain itu, kisah pergantian kiblat mengajarkan ada kebenaran yang tidak bisa dibantah. Karena memang sifatnya berasal dari syariat yang telah Allah tentukan. Begitupun Allah mengukur ketaatan hambanya terhadap dzat yang Agung.
Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…
Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…
Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…
Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…
Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…
Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…