Narasi

Ka’bah Sebagai Media Satukan Ummat Islam

Keberadaan Ka’bah sebagai bangunan persegi yang ada di dalam Masjidil Haram tidak serta merta bangunan biasa. Banyak orang yang mengakui akan kesakralan Ka’bah. Kejadian yang mampu menggencarkan dunia terjadi pra kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ketika Raja Abrahah ingin menghancurkan Ka’bah namun tidak berhasil. Malahan Gajah yang sebagai tunggangan Abrahah dan pasukannya untuk bertempur kalah porak-poranda dengan Burung Ababil.

Kesakralan Ka’bah dapat menjadi representasi tempat yang dijaga oleh Allah SWT. Pasalnya, dalam ayat suci Al-Qur’an dijelaskan bahwa Ka’bah menjadi bangunan yang Allah berkahi bagi seluruh alam semesta. Hal ini tercantum dalam Q.S Al- Imran ayat 96:

اِنَّ اَوَّلَ بَيۡتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَـلَّذِىۡ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلۡعٰلَمِيۡنَ‌‌ۚ

“Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam”.

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menjadi nabi yang Allah perintahkan untuk meninggikan bangunan Ka’bah, sebagaimana dalam Q.S Al-Baqarah ayat 127:

وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّاۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Pembangunan Ka’bah Masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sebagai bentuk kecintaan mereka kepada Allah SWT. Berbulan-bulan mereka menyusun bangunan persegi tersebut. Sebagaimana dikutip dari tulisan Ustadz Ahmad Fauzi Qosim bahwa Syekh Kamal As-Sayyid dalam bukunya The Greatest Stories of Al-Qur’an juga menjelaskan demikian.

Akan tetapi seiring berjalannya zaman. Pengikut nabi Ismail membelokan tujuan utama sebagai agama Ibrahim menuju paganisme. Dalam Buku Sirah Nabawiyyah karya Syeikh Shofiyyurrahman Al-Mubatokfury, Amru bin Luhai menjadi sosok yang membawa berhala bernama Hubal. Berhala terbesar di dalam Ka’bah. Banyak masyarakat Bangsa Arab yang kemudian menyembah berhala di sekitar maupun di dalam Ka’bah.

Kondisi Ka’bah Setelah Fathul Makkah

Kemudian Islam datang, tepatnya setelah Nabi Muhammad berhasil menaklukan kota Madinah. Terjadilah peristiwa Fathul Makkah pada tahun 8 Hijriyah. Nabi beserta sekitar 10.000 pasukan pergi menuju Makkah tanpa perlawanan dari kafir Quraisy. Saat itu pula Nabi Muhammad menghancurkan berhala terbesar, Hubal. Lalu Nabi memerintahkan para sahabat untuk menghancurkan berhala-berhala kecil lainnya yang ada di dalam maupun sekitar Ka’bah. Setelah itu, sekitar Ka’bah dan Makkah tidak ada lagi berhala.

Masyarakat Islam pun tidak mendapatkan gangguan dalam beribadah di Makkah khususnya di sekitar Ka’bah. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pada tahun ke-2 Hijriyyah, terjadi peralihan kiblat sholat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Selain bentuk kecintaan Nabi Muhammad dengan arah Kiblat Nabi Ibrahim, juga sebagai perintah dari Allah. Bagaimana Allah menguji keimanan seseorang pada masa itu.

Menyembah Ka’bah?

Pertanyaannya, apakah kemudian orang Islam sholat menghadap kiblat (Ka’bah) sama saja dengan masa jahiliyyah?. Yang membedakan hanya wujud benda. Ka’bah sebagai bangunan tinggi berbentuk kubus biometris menjadi pusat kiblat sholat. Sedangkan orang kafir menyembah berhala yang berbentuk ukiran batu 3 dimensi?.

Nilai moral, niat dan pemahaman antara kaum paganisme dan monoteisme yakni agama Islam begitu berbeda. Ketika Kafir Quraisy menyembah berhala sebagai bentuk kepercayaan pengabul segala hajat, tempat berlindung dan penuntut hidup. Mereka menganggap berhala sebagai wujud tuhan. Tetapi Islam sangat berbeda. Islam merujuk kepada Dzat Pencipta yakni Allah SWT.

Masyarakat muslim menganggap Ka’bah tempat yang sakral karena Allah menjaganya. Selain itu Ka’bah sebagai arah kiblat sangat berbeda dengan berhala. Karena Ka’bah hanya sebagai simbol kekuasaan Allah. Seorang muslim yang sholat bukan menyembah Ka’bah namun menyembah Allah. Ka’bah hanya sebagai media penyatu ummat Islam di seluruh dunia ketika beribadah.

Sumber Gambar: Kompas.id

Ayu Sugiarti

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

24 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago