Narasi

Manusia Adalah Makhluk Sosial

Sebagai makhluk sosial seorang manusia tidak mungkin bisa lepas untuk ber-muasyaroh terhadap manusia yang lain. Setiap hari kita pasti selalu berkumpul baik dengan saudara, tetangga, dan teman-teman kita. Namun, kita juga perlu untuk selalu berhati-hati waktu berkumpul dengan mereka. Karena bisa jadi pada waktu pagi mereka menjadi sahabat kita, tetapi siangnya tiba-tiba mereka berubah menjadi musuh kita.

Kita perlu untuk memiliki cara-cara tertentu waktu menjalin hubungan dengan mereka. Hal ini bertujuan agar mereka yang bermula menjadi sahabat baik tidak tiba-tiba berubah menjadi musuh. Di antara cara yang dapat kita lakukan adalah dengan menjaga setiap ucapan yang keluar dari lisan.

Terdapat sebuah slogan yang mengatakan bahwasanya “mulutmu harimaumu”. Perlu untuk kita ketahui bahwa rasa sakit yang diakibatkan oleh mulut kita itu sembuhnya lebih lama dibandingkan dengan rasa sakit yang diakibatkan oleh tangan kita. Hal ini dikarenakan sakit yang diakibatkan oleh mulut kita itu tidak terlihat dimana tempat dari rasa sakit tersebut. Oleh karena itu, maka sebisa mungkin untuk kita menjaga lisan agar tidak menjadikannya sebagai harimau yang mencelakakan diri kita sendiri.

Ketika ingin melakukan sesuatu kita perlu untuk memikirkannya terlebih dahulu. Jangan sampai apa yang kita lakukan akan menjadi bencana yang mencelakakan diri kita sendiri kedepannya. Maka sebisa mungkin untuk kita menjaga perasaan waktu ber-mu’asyaroh dengan sahabat kita. Dalam sebuah hadis Rasullulah pernah bersabda,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ

Artinya: Tidak masuk surga orang yang memutuskan silaturahim (HR Imam Muslim).

Kita akan rugi nantinya ketika telah berani memutuskan silaturahmi dengan saudara kita. Maka dari itu kita perlu untuk menjaga perasaan orang lain waktu berkumpul dengannya. Karena terkadang candaan yang tanpa kita sadari pun mampu menggoreskan luka yang dalam terhadap saudara kita.

Tidak jarang kita temui waktu ber-mu’asyaroh baik dengan saudara dan teman-teman, kita temui mereka sering menganggap sebuah kemaksiatan adalah hal yang biasa. Mereka tidak pernah merasa bersalah usai melakukan perbuatan maksiat tersebut. Bagaimanakah sikap yang perlu kita ambil mengenai hal tersebut? Apakah kita harus menjauhinya agar kita tidak ikut-ikutan dengan maksiat yang mereka lakukan?

Sebagai seorang muslim yang baik, ketika kita jumpai teman-teman kita sering melakukan perbuatan maksiat tersebut, maka seharusnya kita mengingatkannya sesuai dengan kemanpuan kita. Kita tidak boleh membiarkan orang buta berkeliaran di tengah ramainya jalan raya. Kita perlu untuk menuntunnya semampu kita agar orang yang buta tersebut bisa selamat sampai tujuan. Karena memang hanya kitalah orang satu-satunya di tempat itu yang tau arah jalannya.

Kita harus ingat, bahwa sebaik apapun perbuatan yang kita lakukan pasti ada orang yang tidak menyukainya. Karena setingkat Rasulullah seorang makhluk yang paling sempurna di dunia saja masih banyak orang yang memusuhinya, apalagi kita sebagai seorang manusia biasa. Lalu bagaimanakah sikap yang perlu kita ambil waktu perbuatan buruk yang teman-teman kita lakukan itu mereka jatuhkan terhadap kita?

Di antara cara yang dapat kita lakukan ketika mendapatkan sebuah perlakuan buruk dari orang lain adalah:

  1. Pasrahkanlah segala permasalahan tersebut kepada Allah SWT.

 Perlu kita ketahui bahwasanya Allah lah yang membolak-balikan hati pada setiap hambanya. Allah lah yang menggerakkan hati mereka untuk melakukan perbuatan buruk tersebut kepada kita. Kita perlu mengambil tindakan sabar untuk menyikapi perbuatan mereka karena mungkin hal itu Allah ciptakan untuk menaikkan derajat kita.

  1. Memohonlah perlindungan kepada Allah SWT.

Ketika kita memang benar-benar sudah tidak mampu menerima semua perbuatan buruk mereka, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Karena hanya Allah lah dzat yang mampu menolong di setiap keadaan kita.

  1. Jangan jelekan mereka dengan menyebar luaskan keburukannya.

Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda;

من عيَّر أخاه بذنب لم يمت حتى يعمله

Artinya: Barang siapa mencela saudaranya dengan sebuah dosa, maka ia tidak akan mati sebelum ia melakukan dari celaan yang ia lakukan terhadap orang lain. (HR At-Tirmidzi)

Meskipun orang lain tersebut sering berbuat buruk terhadap kita, selalu menceritakan keburukan kita, baik perbuatan buruk tersebut memang kita lakukan atau tidak. Kita tidak boleh membalas perbuatan tersebut dengan hal yang serupa.

Apabila keburukan kita balas dengan keburukan yang serupa, maka kita tidak ada bedanya dengan mereka yang memusuhi kita. Rasulullah tidak pernah mengajarkan untuk membalas setiap keburukan orang lain itu dengan keburukan yang serupa.

Maka sebisa mungkin untuk kita menjaga diri agar tidak menyakiti hati orang lain. Karena meminta maaf dengan manusia itu lebih sulit dibandingkan memohon ampunan kepada Allah. Dan apabila kita dimusuhi oleh orang lain, kita tidak bisa membalasnya dengan kebaikan, maka sebaiknya kita diam. Semoga kita selalu diberikan oleh Allah untuk menjaga diri kita agar setiap perbuatan yang kita lakukan itu tidak membuat sakit hati terhadap orang lain, dan selalu diberikan rasa aman untuk terhindar dari orang-orang yang tidak suka dengan kita.

Oleh: Muhammad Sholihul Huda, Pondok Pesantren Mansajul Ulum, Pati.

Muhammad Sholihul Huda

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

22 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago