santrimillenial.id – Melansir data We Are Social pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang. Sebanyak 153 juta dari jumlah tersebut adalah pengguna yang berusia 18 tahun keatas. Dan pengguna terbanyak adalah mereka yang berada pada rentang usia 20 – 29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa generasi millenial merupakan sasaran empuk dan golongan yang paling rawan terpapar paham radikalisme yang tersebar melalui platform digital.
Dalam rangka menanggulangi hal tersebut, sudah seharusnya platform media sosial kita juga penuh dengan konten yang menyebarluaskan pesan perdamaian. Salah satu jenis konten yang mampu menarik banyak peminat adalah film pendek. Hal ini karena jenis konten tersebut telah menampilkan visual visual yang lebih mudah dipahami maksudnya oleh penonton. Dengan itu memungkinkan pesan pesan dapat tersampaikan dengan lebih baik.
Dari banyaknya film pendek, dalam hal ini setidaknya terangkum 10 film yang menyelipkan pesan – pesan perdamaian. Beberapa Film ini terkemas dalam kampanye Salam Forum yang menyebarluaskan pesan perdamaian. Pesan – pesan ini berasal dari tokoh agama, media moderat hingga aktivis perempuan. Kampanye ini diselenggarakan oleh Wahid Foundation dan didukung oleh Google, YouTube dan UNDP.
Sepuluh film tersebut berasal dari 10 kreator berbeda. Yang pertama ada konten kreator Ar Rahim yang mengeluarkan karya dengan judul Unity in Diversity. Kemudian ada kreator Aswaja Dewata mengangkat cerita tentang moderasi beragama dalam filmnya yang berjudul “Putu : Berbeda Tetap Keluarga”. Selanjutnya Alif.id eksis membicarakan rukun tetangga dalam bingkai kearifan lokal dalam karya yang berjudul “Srawung”. PW Pergunu juga mengangkat tema moderasi beragama berjudul “Sekolah Moderat”. Kreator Islam Santun juga mengambil moderasi beragama sebagai tema dalam film yang menampilkan latar yang menarik berupa dua rumah ibadah yakni masjid dan gereja. Cerita ini mereka kemas dalam karya yang berjudul “Reresik.
Kemudian kreator Neswa dari barisan aktivis perempuan mepersembahkan film dengan judul “Cerita Muslimah Episode 1. Sang Penari”. Kreator Desa Nglinggi juga mengangkat cerita tentang perempuan dengan tema perempuan pejuang kemanusiaan di masa pandemi. Film tersebut berjudul “Rewang”. Komunitas Musisi Mengaji sedikit berbelok dari tema yang banyak menjadi pilihan kreator lain, mereka mengangkat percakapan tentang hukum bermusik sebagai media dakwah. Perbincangan ini terkemas dalam film yang berjudul “Sailor Maemonah”.
Berikutnya Srikandi Lintas Iman, sejalan dengan nama chanel YouTubenya karya yang mereka produksi juga mengangkat tema perempuan agen perdamaian. Karya hasil produksi mereka berjudul “Boru Bawa Damai”. Terakhir kreator Tsaqafah mengangkat tema toleransi di sekolah dalam karya yang berjudul “Story of Vivian”.
Itulah sepuluh film yang dapat menjadi referensi hiburan yang menarik dan positif. Berbagai tema yang mereka angkat sejalan dengan narasi kontra radikalisme yang kita gaungkan. Selanjutnya film -film ini dapat kita tonton bersama dengan teman maupun keluarga. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjaga orang orang terdekat dari paparan paham radikalisme yang sangat membahayakan.
Sumber : INews & Antara News
Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…
Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…
Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…
Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…
Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…
Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…