Narasi

Kasus Mahasiswa Bunuh Diri

Beberapa minggu lalu, media heboh dengan kasus bunuh diri mahasiswa. Pasalnya, jangka waktu kejadian tidak begitu jauh. Pada tanggal 8 Oktober 2023, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) bunuh diri di sekitar hotel Yogyakarta karena gangguan psikologi. Kemudian pada 10 Oktober 2023 mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES), meninggal di parkiran Mall Paragon karena loncat dari lantai 4.

Dihari yang sama, mahasiswa Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) loncat dari jembatan Lilibi dan meninggal dunia. Satu hari kemudian mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) ditemukan tewas di kamar kos miliknya daerah Tembalang, Semarang. Tepat disamping korban ketika meninggal terdapat secarik kertas penyataan bahwa dirinya lelah mengahadapi kehidupan sekaligus meminta maaf kepada kedua orangtuanya.

Delapan hari sebelumnya, mahasiswa Universitas Muhammad Yogyakarta (UMY), meninggal jatuh dari lantai empat asrama putri University Residence UMY. Seksi Humas Bantul memprediksi bahwa ia depresi karena satu hari sebelum kejadian meminum obat sakit kepala hingga 20 butir.

Melansir dari databoks, terdapat 971 kasus bunuh diri di Indonesia per Januari hingga Oktober 2023. Jumlah tertinggi ada di Jawa Tengah hingga mencapai 356. Kasus bunuh diri yang menyorot para remaja apalagi mahasiswa menjadi refleksi bagi semua. Kaum yang menyandang gelar terpelajar tidak semua mengalami pengalaman kehidupan yang bahagia. Kasus demikian banyak terjadi akibat gangguan kesehatan secara psikis.

Penyebab Bunuh Diri

Meskipun gangguan pada jiwa sendiri seperti depresi, penyakit kejiwaan atau penggunaan narkoba tetapi kecemasan dalam menghadapi dunia bagi seseorang yang merasa sangat terbebani juga dapat memicu timbulnya keinginan untuk bunuh diri. Problem pribadi yang menyangka dirinya tidak dapat menyelesaikan masalah, trauma terhadap sesuatu.

Bahkan tempat ataupun ranah seseorang menjalani kehidupan dari faktor keluarga, lingkungan sekitar, pendidikan, media online punya pengaruh besar pada kewarasan diri seseorang. Biasanya seseorang merasa sendiri, terbebani, banyak konflik hingga merasa putus asa menjalankan kehidupan lalu bunuh diri sebagai solusi. Padahal, bunuh diri pada akhirnya hanya menyisakan kesedihan baik untuk diri sendiri keluarga hingga kerabat.

Pada dasarnya semua kembali kepada diri sendiri karena individu yang memutuskan sebuah tindakan. Dengan demikian, perlu menjaga kesehatan mental, stabilitas jiwa, perasaan, pikiran hati dan rohani agar saling mendukung mempercayakan kesatuan diri sendiri supaya terhindar dari sesuatu yang sangat berbahaya dan merugikan.

Larangan Bunuh Diri

Islam sangat membenci bunuh diri. Sebagaimana dalam QS. An-Nisa/4 : 29

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيماً

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Penafsiran ayat terkait membunuh diatas terdapat 2 pandangan dari para ulama. Pertama, tidak boleh membunuh diri sendiri. Kedua, jangan membunuh orang lain, karena membunuh orang lain sama saja membunuh diri sendiri. Namun yang menjadi poin utama ialah Islam tidak memperbolehkan adanya pembunuhan.

Jika menelisik kasus pembunuhan yang telah terjadi, tidak lepas dari kontrol diri. Maka sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri terhadap Sang Pencipta. Bahwa segala bentuk tindakan, cobaan dan permasalahan yang telah Allah tetapkan pasti terdapat jalan keluar. Bukan mengakhiri hidup sebagai solusi.

Ketidakstabilan emosi dalam menghadapi kehidupan perlu seimbang dengan spiritual sebagai penyelaras hati, akal dan pikiran. Meskipun lingkungan juga punya peran dalam mencegah maupun proses pemulihan. Setidaknya mengawali pada diri sendiri dalam mengontrol perilaku dan mengambil keputusan dengan menimbang berbagai akibat yang akan datang.

Sumber Gambar: Merdeka.com

Ayu Sugiarti

Recent Posts

Teknologi Digital: Penyelamat atau Penjerat?

Teknologi digital sudah merambah pada setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja,…

3 jam ago

Generasi Toleran: Revolusi Hati untuk masa depan yang Damai

Toleransi, sebuah kata yang sering kita dengar namun tak selalu kita pahami sepenuhnya. Di era…

2 hari ago

Menjaga Kecantikan dari Dalam: Akhlak sebagai Kunci Utama

Kecantikan sering kali diasosiasikan dengan penampilan fisik, seperti kulit bersih, tubuh ideal, atau wajah menarik.…

2 hari ago

Filosofi dan Singkatan Dari Huruf Santri

Menjelang Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2024 ini, kontribusi santri sudah merebak di berbagai hal.…

2 hari ago

Mahasiswa KKN 78 Iain Kudus Berpartisipasi dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di Masjid/Mushola Desa Wandankemiri pada saat Bulan Mulud

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momen yang penuh berkah dan semangat kebersamaan di tengah…

3 hari ago

Mahasiswa KKN-MB 078 IAIN Kudus Gelar Kegiatan Jumat Berkah (Berbagi di Hari Jumat)

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari program KKN-Moderasi Beragama (KKN-MB) 078 IAIN Kudus yang bertempat…

3 hari ago