Narasi

Menilik Sifat dalam Bermasyarakat

Ketika berkumpul dengan masyarakat pasti akan kita temui berbagai sifat mereka yang berbeda-beda. Tidak mungkin waktu berkumpul tanggapan mereka selalu positif terhadap kita. Pasti di antara mereka ada yang suka ataupun tidak dengan sikap kita. Lalu sifat seperti apa yang perlu untuk kita kerjakan waktu berkumpul dengan mereka?

Dalam kitab Ihya Ulumuddin Imam Al-Ghozali menjelaskan tiga sifat yang dapat kita pilih waktu berkumpul di masyarakat. Di antaranya:

  1. Sifat seperti makanan pokok.

Makanan pokok adalah makanan yang selalu kita butuhkan sehari-hari. Terkadang meskipun kita sudah makan makanan yang lain namun belum makan makanan pokok, dengan entengnya kita pun mengucapkan belum makan. Karena yang kita anggap makan biasanya ketika telah makan makanan pokok seperti halnya nasi yang merupakan salah satu makanan pokok di Indonesia.

Sifat seperti itu perlu untuk kita cari. Karena apabila kita memiliki sifat seperti makanan pokok pasti orang-orang di sekitar kita akan selalu butuh dengan kita. Mereka akan merasa kehilangan apabila kita meninggalkan mereka. 

Imam Al-Ghozali menjelaskan bahwa apabila ada orang yang memiliki sifat seperti ini maka perlu untuk selalu kita do’akan. Dalam syarahnya dijelaskan bahwa mereka ini adalah para ulama yang bisa menyebarkan ilmunya dan ia juga mengamalkan ilmu itu. Mereka membawa manfaat yang besar bagi masyarakat sehingga mampu merubah masyarakat yang bercekcok pun bisa menjadi rukun.

Rasulullah pernah bersada bahwasanya: 

 خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad).

Hadist ini pelu untuk kita jadikan sebagai acuan penyemangat waktu berkumpul dengan masyarakat. Walaupun kita tidak bisa menjadi seorang ulama yang bisa memanfaatkan ilmunya kepada orang lain, setidaknya apa yang kita lakukan itu selalu memberikan manfaat terhadap orang lain walaupun kita bukan seorang ulama.  

  1. Sifat seperti obat.

Obat adalah sesuatu yang memberikan manfaat hanya kepada orang-orang yang membutuhkannya saja. Maksudnya orang ini waktu berkumpul dengan masyakat itu hanya memberikan manfaat hanya kepada orang-orang tertentu. Ia hanya mau memberikan bantuan kepada orang yang ia cocoki berteman dengannya saja. Waktu ada orang yang tidak ia kenali sedang tertimpa musibah atau teman yang tidak dicocoki ia pun membiarkannya saja. 

  1. Sifat seperti penyakit.

Penyakit adalah sesuatu yang sangat dihindari oleh orang lain karena keberadaannya yang sangat merugikan. Apabila kita memiliki sifat seperti penyakit maka dimanapun kita berada akan dijauhi oleh orang-orang di sekitar kita. Karena keberadaan orang sepeti ini itu sangat merusak bagi kehidupan orang lain.

Di antara ketiga sifat tersebut tinggal kita mau hidup seperti apa dalam masyarakat. Tapi, sebisa mungkin untuk kita selalu belajar menjadi orang yang memiliki sifat seperti makanan pokok agar walaupun kita sudah tiada kebaikan kita selalu dikenang oleh mereka. 

Selain berusaha memiliki sifat seperti makanan pokok, kita juga perlu berusaha untuk mengambil pelajaran dari pekerjaan orang lain yang kita lihat. Orang yang baik harus kita jadikan acuan penyemangat bagi kita untuk lebih istiqomah dalam berbuat kebaikan. Orang yang buruk dapat kita ambil pelajaran bahwa keburukan itu akhirnya selain merugikan orang lain juga akan merugikan diri kita sendiri. 

Imam Al-Ghozali memberikan sebuah penjelasan bahwa:

السَّعِيدُ مَنْ وُعِظَ بِغَيْرِهِ 

Artinya: “Orang yang beruntung adalah orang yang termauidhohi dengan perilaku orang lain” 

Semoga kita bisa menjadi orang yang beruntung waktu berkumpul dengan masyarakat. Yakni orang yang bisa mengambil pelajaran dari semua perilaku orang yang kita lihat untuk menjadikan kita lebih baik. Jangan sampai kita menjadi orang celaka yang ikut-ikutan berbuat buruk yang sampai mencegah diri kita enggan melakukan kebaikan. Karena sebuah keburukan itu adalah hal yang merusak baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain. 

Oleh: Muhammad Sholihul Huda, Pondok Pesantren Mansajul Ulum, Pati.

Muhammad Sholihul Huda

Recent Posts

Teknologi Digital: Penyelamat atau Penjerat?

Teknologi digital sudah merambah pada setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja,…

2 jam ago

Generasi Toleran: Revolusi Hati untuk masa depan yang Damai

Toleransi, sebuah kata yang sering kita dengar namun tak selalu kita pahami sepenuhnya. Di era…

2 hari ago

Menjaga Kecantikan dari Dalam: Akhlak sebagai Kunci Utama

Kecantikan sering kali diasosiasikan dengan penampilan fisik, seperti kulit bersih, tubuh ideal, atau wajah menarik.…

2 hari ago

Filosofi dan Singkatan Dari Huruf Santri

Menjelang Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2024 ini, kontribusi santri sudah merebak di berbagai hal.…

2 hari ago

Mahasiswa KKN 78 Iain Kudus Berpartisipasi dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di Masjid/Mushola Desa Wandankemiri pada saat Bulan Mulud

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momen yang penuh berkah dan semangat kebersamaan di tengah…

3 hari ago

Mahasiswa KKN-MB 078 IAIN Kudus Gelar Kegiatan Jumat Berkah (Berbagi di Hari Jumat)

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari program KKN-Moderasi Beragama (KKN-MB) 078 IAIN Kudus yang bertempat…

3 hari ago