Iqra Sebagai Jembatan Pengambilan Keputusan

Sebagaimana yang kita ketahui, ketahanan untuk hidup pada generasi z menjadi isu yang perlu ditangguhkan. Pasalnya, media sering kali menjadi wadah pemberitaan akan tingkat bunuh diri remaja maupun pemuda. Mereka menyatakan terkena kesehatan mental, psikologi terganggu sehingga kehidupan yang mereka alami terasa tidak bermakna lalu mengambil keputusan untuk bunuh diri.

Misalnya, kita lihat survei Para peneliti FKKMK-UGM dengan The University of Queensland, Australia, dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Amerika Serikat bahwa pengambilan keputusan remaja ketika mengalami ganggunan mental, depresi, stress itu cenderung memilih bunuh diri.

Tentunya, langkah yang diambil meskipun baru rencana, akan dianggap minim referensi dalam making decision (mengambil keputusan). Maka peran membaca di sini sangat penting. Tidak sekedar tekstual akan tetapi juga bagaimana mengolah informasi, membaca lingkungan yang akan memperbanyak pengetahuan.

Dengan berjalannya waktu, pengetahuan tersebut, seseorang mampu mengetahui yang baik dan benar untuk mengambil suatu keputusan dan melakukan tindakan. Sebab kita hidup di dunia yang paling utama adalah bergerak.

Artinya, melakukan sesuatu dan membuat perubahan itu kita hidup. Terus mengolah dan berfikir kedepannya kita mau apa dan bagaimana. Nah, dengan banyaknya kasus mental health, itu artinya banyak dari kita yg melakukan pergerakan dan berujung pada sakit mental dan stress, termasuk kehilangan kemampuan untuk hidup.

Peran Membaca dalam Al-Qur’an

Lagi-lagi peran membaca begitu penting. Karena dalam Islam sendiri, ayat yang pertama kali turun adalah membaca yakni dalam Q.S Al-‘Alaq ayat 1-5:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ﴿١﴾ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢﴾ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ﴿٣﴾ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ﴿٤﴾ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمُ﴿٥﴾

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari ‘Alaq (2). Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah (3). Yang mengajar manusia dengan pena (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya (5).

Bagaimana Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk membaca masyarakat Mekkah kala itu, yg masih berada di masa Jahiliyah. Kejahatan di mana-mana, ketiadaan moral, pengetahuan soal hidup. Allah menitahkan Nabi Muhammad untuk membaca tentu untuk perubahan, demi kelangsungan hidup manusia.

Dalam konteks membaca, mufassir Quraisy Shihab menjelaskan bahwa, kata iqra tidak sebatas teks namun juga sebagai literasi di segala aspek. Beliau menjelaskan bahwa ada nilai dan kewajiban bagi manusia terhadap intelektual. Sehingga terdapat peran manusia untuk selalu belajar seluas-luasnya. Tentunya tidak sekedar eksplisit namun implisit dalam mengintegrasikan norma tauhid dan kebenaran.

Secara historis, Nabi Muhammad tidak tau apa yang harus ia baca. Kemudian para mufassir menyatakan membaca yang dimaksud untuk membaca situasi, kondisi bangsa Arab. Bukan soal membaca teks atau buku pelajaran di sekolah atau bangku kuliah, tapi soal memahami keadaan. Kita semua pasti berkutat dengan masalah, semua orang pasti mengalami itu. Tapi bukankah kita dikasih masalah itu untuk hidup?.

Pastinya hal ini menjadi reminder bagi semua manusia terhadap problematika yang kita peroleh untuk bisa mengambil kesimpulan yang bijak. Sebab kesehatan mental, depresi, stress yang berujung mengakhiri hidup menjadi pembacaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.

Sumber Gambar: PR Indonesia

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *