santrimillenial.id – Bahasa Arab merupakan bahasa yang sudah sangat familiar di kalangan pesantren. Bagaimana tidak, sehari-hari para santri dihidangkan kitab-kitab salaf (kitab kuning) sebagai bacaan dan kurikulum sehari-hari.Di sisi lain bahasa arab memiliki beberapa keunikan dan keindahan, termasuk:
1. Sistem Tulisan: Bahasa Arab ditulis dari kanan ke kiri, dan memiliki bentuk huruf yang berubah tergantung pada posisi dalam kata.Misalnya seperti huruf ya’ yang berada di awal kalimat akan berbeda dengan huruf ya’ yang berada di akhir kalimat.Begitu juga huruf -huruf yang lain.
2. Kaya Makna: Kata-kata dalam bahasa Arab sering kali memiliki banyak makna yang terkait, memberikan kekayaan ekspresi dan nuansa. Seperti contoh lafadz ضرب bisa bermakna memukul,bisa juga berat makna membuat, seperti di dalam Surat Yasin ayat 13:
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلًا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ
Artinya: “Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka.”
3. Akar Kata: Banyak kata dalam bahasa Arab berasal dari akar kata tiga huruf, ataupun 4 huruf dan perubahan awalan dan akhiran maupun ditengah memberikan variasi makna.Tercatat dalam ilmu tasrif(shorof) terdapat 35 bab,dan tentunya memiliki makna yang berbeda – beda.Seperti wazan أفعل bermakna muta’addi(beramal sampai maf’ul)
Wazan فاعل memiliki makna مشاركة(perseteruan) dan lain sebagainya.
4. Bahasa Al-Qur’an: Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa Al-Qur’an, sehingga memiliki nilai dan status keagamaan yang tinggi. Dan sesuai tempat turunnya Al-Qur’an yaitu di Arab.
Seperti yang telah disinggung di dalam surat Yusuf ayat 2:
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ قُرْءَٰنًا عَرَبِيًّا لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Alquran dengan berbahasa Arab) dengan memakai bahasa Arab (agar kalian) hai penduduk Mekah (memahaminya) memahami makna-maknanya.”
5. Sistem Kebahasaan:Bahasa Arab memiliki sistem kebahasaan yang kaya, termasuk tingkat kehormatan dalam berbicara.Seperti fungsi dhomir نا/نحن sebagai bentuk makna معظم نفسه(Mengagungkan diri sendiri)
Fungsi ini sering digunakan jika mutakallimnya Alloh SWT. Seperti dalam Surat Yusuf ayat 3:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ ٱلْقَصَصِ بِمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ وَإِن كُنتَ مِن قَبْلِهِۦ لَمِنَ ٱلْغَٰفِلِينَ
Artinya: “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan) melalui apa yang Kami wahyukan (Alquran ini kepadamu dan sesungguhnya)”
Lafadz ini merupakan takhfif dari pada lafal inna (kamu sebelumnya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui)
Pada laafadz نحن menggunakan redaksi dhamir mutakallim ma’al ghoir, padahal mutakallimnya hanya satu, yakni Allah SWT. Dalam ilmu nahwu dan balaghoh, hal ini dikenal dengan istilah mu’adzdzim nafsah (mengagungkan diri sendiri).
Keunikan-keunikan ini menjadikan bahasa Arab menarik dan berbeda dari bahasa-bahasa lain di dunia.Terlebih jika kita padukan dengan ilmu nahwu,shorof,mantiq dan balaghoh akan menjadi sesuatu yang sangat luar biasa.
Oleh: Al Ma’ruf, PP SALAF APIK KALIWUNGU