free page hit counter

Peran Komunitas Keagamaan dalam Pencegahan Radikalisme

santrimillenial.id – Berdasarkan sejarahnya, radikalisme berasal dari sebuah pemikiran yang muncul pada abad ke-18 di Eropa mengenai perubahan yang sangat besar. Menurut situs Britanica, istilah “radikalisme” pertama kali digunakan oleh Charles James Fox pada tahun 1797. Memasuki abad ke-19, pemaknaan radikalisme berubah lantaran manusia dianggap dapat mengontrol lingkungan sosial melalui tindakan kolektif. Sebagai suatu paham atau aliran, radikalisme bersifat umum. Namun, ketika melatari tindakan biasanya berlawanan dengan aturan dan tidak menjaga ketertiban.

Dalam lingkup sosial dan politik, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sistem hingga ke akarnya. Sementara dari sudut pandang keagamaan, radikalisme adalah gerakan yang berusaha merombak total tatanan sosial dan politik dengan kekerasan

Apa Saja Faktor Pendorong Sikap Radikalisme?

Faktor pendorong sikap radikalisme melibatkan sejumlah variabel kompleks. Beberapa di antaranya di sebabkan ketidakpuasan terhadap pemerintah, ketidaksetaraan sosial, konflik identitas, dan rasa ketidakadilan. Faktor eksternal seperti ketidakstabilan politik dan ekonomi juga dapat berkontribusi. Lebih lanjut, propaganda ekstremis, isolasi sosial, serta kurangnya pendidikan keagamaan dapat menjadi pendorong yang signifikan. Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat membentuk lingkungan yang mendukung perkembangan sikap atau tindakan radikalisme.

Peran Komunitas Keagamaan dalam Menangkal Tindakan Radikalisme

Komunitas agama memiliki peran krusial dalam menangkal radikalisme dengan beberapa cara. Pertama, mereka dapat menjadi agen perdamaian dengan mempromosikan dialog antaragama untuk memahami perbedaan dan mencegah konflik. Kedua, memberikan pendidikan agama yang moderat dan mengajarkan nilai-nilai toleransi dapat membentuk pemahaman yang benar tentang ajaran agama. Ketiga, menciptakan lingkungan sosial yang inklusif dan mendukung dapat mengurangi rasa isolasi yang dapat mendorong seseorang menjadi radikal. Keempat, memobilisasi komunitas untuk bersama-sama menolak ideologi radikalisme melalui kampanye kesadaran dan edukasi. Dengan melibatkan komunitas agama secara aktif, dapat diciptakan pondasi yang kokoh untuk mencegah dan menangkal radikalisme.

Bagaimana Cara Memberikan Pendidikan Agama yang Moderat?

Untuk memberikan pendidikan agama yang moderat guna menangkal radikalisme, pertama, fokus pada pemahaman konsep dasar agama yang menekankan nilai-nilai toleransi, perdamaian, dan kasih sayang. Kedua, promosikan pendekatan kritis terhadap ajaran agama agar seseorang dapat memahami konteks historis dan sosial dari ajaran agama. Ketiga, fasilitasi diskusi terbuka untuk mengatasi pertanyaan dan keraguan, mendorong pemikiran kritis, dan menghindari ketidakpastian yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok radikal. Keempat, integrasikan pembelajaran agama dengan pendidikan kewarganegaraan, mengajarkan nilai-nilai pluralisme dan hak asasi manusia. Kelima, libatkan tokoh agama yang moderat dalam proses pembelajaran untuk memberikan contoh nyata dari praktik agama yang toleran. Dengan pendekatan seperti ini, pendidikan agama dapat menjadi sarana yang efektif dalam menangkal paham radikalisme.

Bagaimana Langkah Menciptakan Lingkungan Sosial yang Inklusif?

Untuk menciptakan lingkungan sosial yang inklusif dan mencegah dorongan terhadap tindakan radikalisme. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan. Seperti: pertama, promosikan keragaman dan hargai perbedaan di antara anggota komunitas. Kedua, fasilitasi dialog terbuka untuk membangun pemahaman antarindividu dengan latar belakang dan keyakinan yang berbeda. Ketiga, galang dukungan untuk proyek-proyek kolaboratif yang melibatkan semua lapisan masyarakat, menciptakan ikatan sosial yang kuat. Keempat, tingkatkan kesadaran akan dampak positif dari kerjasama dan keberagaman dalam mencapai tujuan bersama. Kelima, ciptakan ruang aman untuk menyuarakan pendapat tanpa takut diskriminasi, sehingga individu tidak merasa terpinggirkan atau terdesak ke sudut yang dapat memicu radikalisme. Dengan menciptakan lingkungan yang inklusif, dapat dihindari faktor-faktor pendorong radikalisme.

Oleh: Al Ma’ruf, PP SALAF APIK KALIWUNGU

Anda mungkin juga suka.