Al Qur’an adalah wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk menjadi pegangan dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam Al Qur’an terdapat banyak pelajaran yang dapat di ambil, salah satunya adalah sejarah. Pada QS. Al Baqarah ayat 60 yang berbunyi :
وَاِذِ اسۡتَسۡقَىٰ مُوۡسٰى لِقَوۡمِهٖ فَقُلۡنَا اضۡرِب بِّعَصَاكَ الۡحَجَرَؕ فَانۡفَجَرَتۡ مِنۡهُ اثۡنَتَا عَشۡرَةَ عَيۡنًاؕ قَدۡ عَلِمَ کُلُّ اُنَاسٍ مَّشۡرَبَهُمۡؕ کُلُوۡا وَاشۡرَبُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ اللّٰهِ وَلَا تَعۡثَوۡا فِىۡ الۡاَرۡضِ مُفۡسِدِيۡنَ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan”.
Ayat tersebut menceritakan tentang kisah Nabi Musa ketika umatnya membutuhkan air minum yang berjumlah dua belas suku. Nabi Musa AS berdo’a kepada Allah SWT lalu memukulkan tongkatnya ke batu besar. Tiba-tiba memancarlah air dari batu tersebut yang berjumlah dua belas sumber, sehingga masing-masing suku dari kaum Nabi Musa AS mendapatkan air minum secukupnya. Kejadian ini merupakan mukjizat bagi Nabi Musa AS untuk membuktikan kerasulannya dan untuk menunjukkan kekuasaan Allah SWT. Pada kisah tersebut memiliki pelajaran yang dapat kita ambil, yaitu lima rumus kesuksesan dalam meraih impian.
Berikut ini Lima Rumus Kesuksesan dalam QS. Al Baqarah ayat 60:
1.) Meningkatkan spiritualitas
Allah menciptakan manusia dengan tujuan untuk beribadah. Maka kita sebagai manusia harus senantiasa menyeimbangkan hubungan vertikal (ibadah kepada Allah) dan hubungan horizontal (berinteraksi sosial kepada sesama manusia) yang baik. Dengan spiritual yang berkualitas, kita akan senantiasa bersyukur dan menikmati kehidupan dalam sehari-hari, mulai dari mendapatkan nikmat dan musibah. Dalam memiliki impian kita harus selalu mengedepankan do’a sebelum berusaha, seperti yang dilakukan Nabi Musa AS dalam QS. Al Baqarah: 60
وَاِذِ اسۡتَسۡقَىٰ مُوۡسٰى
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon..”.
2.) Target / do’a yang spesifik
Berdo’a merupakan bentuk permohonan dan penghambaan manusia kepada Allah SWT. Dalam berdo’a kita juga harus memiliki adab dan tujuan yang jelas untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT, jika do’a yang disenandungkan bersifat ambigu maka Allah akan mengabulkan sesuai dengan do’a yang hamba nya panjatkan. Dalam kisah Nabi Musa AS pada QS. Al Baqarah ayat 60. Beliau berdo’a dan menaruh harapan kepada Allah SWT dengan tujuan yang jelas, yakni memohon air untuk kaumnya.
وَاِذِ اسۡتَسۡقَىٰ مُوۡسٰى لِقَوۡمِه
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya…”
3. Luaskan niat dan mendo’akan semua orang yang dijadikan kekasih
Dalam berdo’a alangkah baiknya jika kita mendo’akan kepada orang-orang yang kita jadikan kekasih, seperti orang tua, teman, keluarga, saudara, guru, dan lain sebagainya. Hal ini menyimpan nilai sosial, yakni tidak melupakan kebaikan mereka sehingga kita menyelipkan nama mereka dalam do’a indah yang kita panjatkan kepada Allah SWT, seperti yang dilakukan Nabi Musa AS yang memohon air kepada umatnya.
وَاِذِ اسۡتَسۡقَىٰ مُوۡسٰى لِقَوۡمِه
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya…”
Setelah kita bermunajat kepada Allah SWT, langkah selanjutnya berdo’a dan menunggu petunjuk atau inspirasi dari Allah SWT dalam berbagai perantaranya. Hal ini dibutuhkan keyakinan yang kuat dan menyadari tentang di sekeliling lingkungan kita yang Allah jadikan sebagai perantara petunjuk. Seperti batu yang dipukul tongkatnya Nabi Musa AS yang ternyata dapat mengeluarkan air yang diminum untuk kaumnya.
فَقُلۡنَا اضۡرِب بِّعَصَاكَ الۡحَجَرَؕ
“Lalu Kami berfirman “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” “.
4. Bergerak dan bersahabat dengan tantangan
Tentulah kita dalam meraih impian harus melewati lika-liku cobaan yang menimpa kita. Hidup adalah perjuangan yang jika mendapatkan hasil tidak berlangsung dengan cepat atau instan, melainkan kita harus mengeluarkan keringat yang banyak dan menunggu waktu, karena kita hidup di dunia, tidak di dalam surga. Hal ini dikiaskan dari kisah Nabi Musa AS yang memohon air kepada Allah SWT, tetapi diperintahkan oleh Allah SWT untuk memukul. Hal ini sangat bertentangan dengan keinginan Nabi Musa AS yang menginginkan air.
5.) Memantaskan diri dengan tidak membuat kerusakan
Langkah terakhir adalah kita harus melayakkan diri untuk menjadi hamba dalam menerima cita-cita dan impian kita yang dikabulkan oleh Allah SWT. Dengan tidak membuat kerusakan diri sendiri dan lingkungan kita, mulai dari memperbaiki diri dalam bidang ilmu, kepribadian, dan meningkatkan tingkat ketaqwaan kita kepada Allah SWT dan tidak merusak hubungan atau barang yang membuat ketidaknyamanan terhadap orang lain.
وَلَا تَعۡثَوۡا فِىۡ الۡاَرۡضِ مُفۡسِدِيۡن
“Dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan membuat kerusakan…”
Pesan Moral : Kita harus senantiasa membaca dan memahami makna yang terkandung dalam Al Qur’an. Dengan belajar ilmu agama dan pengetahuan lainnya, membantu kita untuk terbuka hati kita yang menjadikan kita selalu bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang luar biasa, yakni nikmat memeluk agama Islam yang semoga kita diberikan memeluknya sampai akhir hayat.