Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, tapi sebuah kesalahan tersebut tidak boleh kita jadikan hal yang wajar untuk kita lakukan dengan alasan karena kita adalah manusia. Allah menciptakan jin dan manusia itu dengan tujuan untuk beridabah kepada-Nya, bukan melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh-Nya. Sekecil apapun kesalahan pasti nanti akan mendapatkan balasan dari-Nya.
Seiring berjalannya waktu umur kita selalu berkurang. Kita perlu untuk selalu melakukan instropeksi diri agar bisa mengingat seberapa banyak bekal kita untuk hidup di akhirat kelak. Karena kita tidak pernah tahu umur berapa nyawa kita ini akan berpisah dengan raga. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa umur dari umatnya itu berkisar di antara 60-70 tahun, hanya sedikit umat Rasulullah yang hidup melebihi dari umur tersebut. Sebagaimana dalam sebuah hadis dijelaskan,
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
Artinya: “Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yang mampu untuk melampaui umur tersebut.” (HR Ibnu Majah)
Karena setiap harinya umur kita berkurang, kita tidak boleh menyia-nyiakannya terbuang sia-sia untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Silih bergantinya hari, kebaikan yang kita lakukan harus selalu kita tingkatkan. Kita harus menjadikan amal kita hari ini itu lebih baik dari pada hari kemarin, bukan sebaliknya. Justru keburukan yang selalu ditingkatkan untuk kita bangga-banggakan.
Terdapat sebuah riwayat hadis yang bisa kita jadikan sebagai acuan untuk berintrospeksi diri. Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda:
من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون.( رواه الحاكم)
Artinya: “Barang siapa yang harinya lebih baik daripada kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Barang siapa yang harinya sama dengan yang kemarin maka dia adalah orang yang merugi. Barang siapa yang harinya sekarang lebih jelek daripada harinya kemarin maka dia terlaknat.” (HR Hakim)
Apabila ditelusuri lebih lanjut, sebenarnya hadis tersebut merupakan sebuah hadis yang dhoif. Meskipun riwayat tersebut merupakan sebuah hadis yang dhoif, kita masih bisa mengambilnya sebagai pelajaran. Hal ini dikarenakan isinya sangat positif dan tidak menyimpang dari ajaran Islam.
Menjadikan diri hari ini lebih baik daripada kemarin merupakan sebuah wujud syukur kita atas segala nikmat yang telah dikaruniakan oleh-Nya. Setiap hari kita bisa muhasabah diri mengenai tujuan kita ada di dunia ini itu untuk apa. Karena selagi nafas masih ada, apapun pekerjaan yang kita lakukan pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya. Kita perlu sedikit demi sedikit mengurangi hal-hal yang dimakruhkan bahkan diharamkan oleh agama.
Ketika berbenah diri kita bisa memulainya dengan apa yang sudah diwajibkan kepada kita, seperti sholat. Kalau kemarin sholat kita sering telat, kita harus merubah bagaimana caranya sholat kita bisa tepat waktu hari ini. Setelah itu kita bisa menambahnya dengan ibadah sunnah untuk kita kerjakan setiap harinya.
Kalau kemarin kita sering melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh-Nya, maka sedikit demi sedikit hari ini kita perlu untuk selalu menguranginya. Karena dunia ini merupakan ladang untuk kita tanami sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak. Kita perlu untuk selalu menanam kebaikan supaya kita bisa menjadi orang yang beruntung nantinya.
Di tahun 2024 ini kita perlu untuk membenahi diri supaya bisa menjadi lebih baik dari 2023 kamarin. Apabila di tahun 2023 kemarin masih merasa enggan untuk Istiqomah menjalankan kebaikan, tahun ini kita harus tingkatkan untuk lebih Istiqomah lagi dalam menjalani kebaikan. Hal ini perlu kita lakukan agar suatu hari nanti kita tidak dirugikan akibat perbuatan kita sendiri.
Oleh: Muhammad Sholihul Huda, Pondok Pesantren Mansajul Ulum, Pati.