santrimillenial.id – Kisah Nabi Nuh AS merupakan salah satu kisah yang paling terkenal dan penuh hikmah dalam ajaran Islam. Berikut ini adalah ringkasan kisahnya:
Dakwah Nabi Nuh
Nabi Nuh diutus oleh Allah SWT kepada kaumnya, Bani Rasib, yang telah terjerumus dalam kesesatan dan kemusyrikan. Mereka menyembah berhala dan melakukan perbuatan maksiat. Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Ia menyerukan kepada mereka untuk meninggalkan kesesatan, beriman kepada Allah SWT, dan bertaubat.
Seperti yang di jelaskan dapat Al-Qur’an surat Nuh ayat 1
إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ:١
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih.“
Namun, kaum Nabi Nuh tetap ingkar dan menolak ajarannya. Mereka bahkan mengolok-olok dan mencelanya. Melihat keengganan mereka untuk beriman, Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Nuh untuk membangun sebuah bahtera besar. Nabi Nuh dan keluarganya, serta sepasang dari setiap jenis binatang, diperintahkan untuk masuk ke dalam bahtera. Tak lama kemudian, Allah SWT menurunkan hujan yang sangat deras selama 40 hari 40 malam, yang mengakibatkan banjir besar melanda seluruh bumi. Bahtera Nabi Nuh selamat dari banjir dan berlayar selama 150 hari hingga air surut dan bumi kembali kering. Dari peristiwa ini, Allah SWT menyelamatkan Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman bersamanya sebagai bukti keadilan dan rahmat-Nya.
Hikmah di Balik Banjir Besar.
Banjir dalam kisah Nabi Nuh merupakan suatu peristiwa yang terjadi sebagai hukuman Tuhan terhadap kefasikan dan kezaliman umat manusia pada masanya. Berdasarkan Al-Quran, Nabi Nuh dipilih oleh Allah untuk memperingatkan dan membimbing umatnya agar kembali kepada jalan yang benar. Namun, umat tersebut tetap melakukan perbuatan dosa dan tidak mau mendengarkan nasihat Nabi Nuh.
Hikmah di balik banjir tersebut melibatkan beberapa aspek:
1. Ujian dan Kesabaran: Banjir merupakan ujian besar bagi Nabi Nuh dan pengikutnya. Mereka diuji kesabaran, keimanan, dan ketaatan mereka kepada perintah Tuhan dalam menghadapi bencana yang luar biasa.
Dalam surat Al Baqarah ayat 153 Alloh SWT menegaskan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
2. Penyucian Umat: Banjir dianggap sebagai bentuk penyucian atau pembasmian kejahatan dan kezaliman yang merajalela di masyarakat pada waktu itu. Ini memberikan kesempatan bagi kehidupan yang lebih baik setelah peristiwa banjir.
3. Segala perbuatan mengandung konsekuensi: Kisah ini menyampaikan pesan moral tentang konsekuensi dari tindakan kejahatan dan ketidakpatuhan terhadap ajaran Tuhan. Memberikan pelajaran agar manusia selalu menghindari kezaliman dan tetap taat pada nilai-nilai moral yang baik.Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 19
وَمَنْ يَّظْلِمْ مِّنْكُمْ نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيْرًا
Artinya: “Siapa di antara kamu yang berbuat zalim, niscaya Kami menimpakan kepadanya azab yang besar”
4. Kesempatan Pembaharuan: Setelah banjir, Nabi Nuh dan pengikutnya dianggap sebagai pelopor dalam membangun kembali masyarakat yang lebih baik. Banjir memberikan kesempatan untuk memulai kehidupan baru yang lebih benar dan bermoral.
Dengan demikian, hikmah di balik banjir Nabi Nuh mencakup aspek ujian, penyucian, pelajaran moral, dan kesempatan pembaharuan untuk umat manusia.
Hubungan Peristiwa Tersebut dengan Alam
Kaitannya dengan alam dalam konteks banjir Nabi Nuh dapat dilihat sebagai manifestasi kekuasaan Tuhan terhadap unsur-unsur alam. Banjir ini dianggap sebagai peristiwa alam yang ekstrem, yang diatur dan diarahkan oleh Tuhan sebagai bagian dari hukuman dan penyucian.
1. Kontrol Tuhan terhadap Alam: Banjir tersebut dipandang sebagai tanda kekuasaan Tuhan atas alam. Dalam cerita Nabi Nuh, Tuhan memiliki kendali penuh atas elemen alam, termasuk hujan yang menyebabkan banjir. Hal ini menunjukkan bahwa alam adalah instrumen Tuhan untuk memberikan hukuman atau ujian kepada umat manusia.
2. Simbolisme Kekuatan Alam: Banjir juga bisa dipahami sebagai simbol kekuatan alam yang bisa digunakan Tuhan untuk mengingatkan manusia akan kebesaran dan kekuasaan-Nya. Alam menjadi media untuk menyampaikan pesan dan ajaran rohaniah kepada umat manusia.
3. Pengajaran tentang Keseimbangan Alam: Banjir tersebut mungkin memberikan pelajaran tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam. Dalam konteks ini, kezaliman dan dosa manusia dianggap sebagai gangguan terhadap harmoni alam, dan banjir menjadi mekanisme untuk mengembalikan keseimbangan.
Di dalam Al Qur’an Suray Ar Rum ayat 41 di jelaskan:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Dengan demikian, kaitannya dengan alam dalam kisah banjir Nabi Nuh melibatkan konsep kekuasaan Tuhan atas alam, simbolisme kekuatan alam sebagai instrumen Tuhan, dan pengajaran tentang keseimbangan alam sebagai bagian dari pembelajaran moral dan spiritual.
Oleh: Al Ma’ruf PP SALAF APIK KALIWUNGU