Di abad ke 21 saat ini, peradaban ilmu sains dan Iptek seolah telah mengkiblat total kearah negara-negara dibagian Barat. Karena pada era ini, hampir semua penemuan-penemuan baru dalam bidang tekhnologi dan kedokteran telah didominasi penuh oleh mereka. Sehingga dampaknya, negara-negara Islam yang tidak memiliki SDM mumpuni dalam kemajuan sains dan Iptek, mau tidak mau mereka akan turut menggunakan hasil-hasil temuan dari orang-orang Barat.
Hal ini juga menandakan bahwa peradaban Islam dalam kaitanya dengan Sains dan Iptek tengah tertinggal oleh Barat. Maka tak ayal bila saat ini banyak generasi-generasi muslim yang terkagum-kagum dengan peradaban dunia di Barat, dan bahkan tak segan-segan ada pelajar yang rela mati-matian agar bisa mendapatkan beasiswa guna dapat melanjutkan jenjang pendidiknya di negara-negara Barat.
Namun sebelumnya, hal yang perlu kita ketahui bersama-sama bahwasanya, memang benar pada saat ini peradaban Islam dalam kontek sains dan Iptek tengah tertnggal cukup jauh oleh peradaban Barat. Akan tetapi, jauh pada 15 abad silam, negara-negara Islam baik yang ber-imperium di Timur maupun di ujung Barat, negara-negara tersebut dulu pernah meraih masa kejayaan yang mengakibatkan disana menjadi tempat pengembangan ilmu pengetahuan sekaligus menjadi pusat peradaban dunia. Lebih tepatnya pada era klasik yang berdiri sejak tahun 650 M-1250 M.
Di era tersebut, para sejarawan sering menyebutnya dengan masa The golden age of Islam atau masa keemasan Islam. Karena pada waktu itu, Dinasti-dinasti Islam seperti daulah Abbasyiah dan Umayyah II di Spanyol sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan baik yang bersifat agamis atau pun umum. Hal tersebut dapat dilihat melalui peninggalan- peninggalan Islam dalam bidang pendidikan. Seperti perpustakaan Bait Al-Hikmah yang merupakan peninggalan daulah Abbasyiyah. Dulu tempat tersebut memuat berbagai karya-karya agama dan ilmu umum. Dan disitu juga pernah menjadi tempat sarana kegiatan belajar-mengajar dan ruang riset bagi orang-orang yang datang dari berbagai belahan penjuru dunia, termasuk para sarjana barat sekalipun. Hal itu dapat dibuktikan dengan riwayat orang-orang yang dulu pernah mengembangka intelektualitas mereka disana. Seperti Michael Scott dan Gerrad dari Cremona, Italia, yang kedua-duanya dulu pernah menimba ilmu di Toledo, Andalusia.
Selain peninggalan bentuk bangunan dan arsitektur, Era ini juga menghasilkan berbagai macam karya-karya monumental yang dijadikan rujukan orang-orang barat dari zaman dahulu hingga sekarang. Seperti kitab karya Ibnu Sina Al-qonun fi at-tibb yang menjelaskan berbagai kaidah tentang ilmu kedokteran. Serta kitab Al-Jabar wal Muqobalah karya seorang matematikawan terkemuka, yakni Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi.
Lantas kemudian, apa sebenarnya sebab-sebab yang melatar belakangi terwujudnya The golden age of Islam? Serta apakah era The golden age of Islam dimasa dahulu dapat terlahir kembali dimasa sekarang? Agar negara-negara muslim kini tidak lagi bergantungan terus dengan temuan-temuan orang barat.
Sebenarnya, jawaban dari pertanyaan diatas tergantung pada diri umat Islam masing-masing. Karena seperti yang kita ketahui bahwasanya, periode tersebut dapat terwujud selain karena peran khalifah yang ulung dan sekaligus cinta terhadap ilmu pengetahuan, juga ada keterlibatan para muslimin yang juga turut serta mencintai ilmu pengetahuan pula. Sehingga dari kedua belah pihak yang bekerja sama dan saling bersinergi, maka muncullah zaman keemasan Islam yang dihuni oleh orang-orang berpengetahuan. Seperti para Ulama’ dan Ilmuwan yang mengkombinasikan kedua ilmu antara ilmu dunyawi dan ukhrowi. Sehingga implikasinya, terwujudlah zaman dimana generasi-generasi hebat seperti Ibnu Arabi, Al-Khawarizmi hingga Imam Syafi’i dapat terlahir.
Maka dari itu perlu kiranya kita sebagai umat Islam agar dapat mencontoh dan membudayakan rasa ingin tahu kita dalam mencari ilmu pengetahuan. Karena dalam salah-satu hadist Nabi, beliau pernah bersabda:
اطلوب العلما ولو با الصين
Artinya: tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negri China.
Seperti yang kita fahami, bahwa hadist tersebut merefleksikan kepada kita akan betapa pentingnya mencari ilmu pengetahuan bagi kemajuan peradaban umat Islam, walaupun ketika kita mencarinya sampai ke tempat yang begitu jauh sekalipun. Sebab dengan menguasai berbagai fan ilmu, umat muslim akan dapat menciptakan temuan-temuan baru, baik dalam bidang sains, Iptek maupun pun agama. Sehingga apabila masa seperti ini dapat terwujud,maka kita sebagai umat Islam tidak akan bergantungan lagi terhadap peradaban dunia barat, melainkan kita sendirilah yang akan bergantung kepada peradaban Islam sendiri melalui cinta terhadap ilmu pengetahuan seperti halnya yang telah dicontohkan oleh generasi-generasi Islam terdahulu. Sehingga harapanya, umat Islam saat ini dapat menyadari akan pentingnya pendidikan, dan nantinya mereka juga dapat melahirkan kembali era The Golden age of Islam melalui mencintai dan menguasai berbagai bidang ilmu yang ada. Wallahu a’lam.
Sumber gambar: detikcom
Oleh: Ahmad Ainun Niam, Santri PP. Mansajul Ulum, Pati
Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…
Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…
Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…
Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…
Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…
Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…