Kajian

Filosofi Jawa tentang Kopi dalam Lingkup Islami

Ngopi menjadi kebiasaan orang Jawa bahkan Indonesia. Ngopi dilakukan oleh hampir semua kalangan pria dan wanita. Ngopi biasanya dilakukan untuk reuni, rapat, ngobrol dan digunakan lapangan untuk berbisnis karena menjangkau relasi untuk kepentingannya. Akan tetapi, ngopi apabila didasari dengan ilmu ternyata mengandung filosofi dan nilai islami yang banyak yang bisa diniatkan untuk ibadah.

Padangan hidup orang Jawa yang selalu mengambil filosofi dari kehidupan sehari-hari dari awal bangun sampai tidur kembali. Hal ini selayaknya “kopi” yang mempunyai nilai islami yang banyak didalamnya. Berikut ini filosofi kopi perpaduan antara Jawa dan islami :

1. KOPI tegese kopyore pikir (yang artinya pikiran yang kopyor).

Ketika menjalani kehidupan tidak terlepas dari menghadapi cobaan yang terkadang membuat kita kopyor atau terasa lelah, capek, dan stres. Hal ini sesuai dengan QS Al Furqon ayat 20 bahwa hidup ini adalah cobaan.

وَمَآ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّآ نَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَيَمْشُوْنَ فِى الْاَسْوَاقِۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةًۗ اَتَصْبِرُوْنَۚ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيْرًا (٢٠)

Artinya “Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Nabi Muhammad), melainkan mereka pasti menyantap makanan dan berjalan di pasar. Kami menjadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Tuhanmu Maha Melihat”.

Maka dari itu cobaan yang menimpa dalam hidup terkadang membuat hidup yang pahit layaknya rasa murni dari kopi. Maka dari itu untuk menikmati kehidupan diperlukan untuk menyelipkan sesuatu yang manis (manis = legi dalam istilah Jawa) untuk membuat kita untuk tetap kuat bertahan.

2. LEGI tegese legowo neng ati ( yang artinya keikhlasan hati)

Keikhlasan hati tentunya elemen yang sangat penting untuk menghadapi dan menikmati kehidupan. Ikhlas merupakan rela dan menerima segala sesuatu yang Allah berikan dengan hati yang tulus. Terkadang realita tidak sesuai ekspektasi membuat hati kita kecewa. Akan tetapi, kecewa merupakan sesuatu yang buruk karena tidak menerima takdir yang diberikan Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW

إِنَّ اللهَ تعالى لَا ينظرُ إلى صُوَرِكُمْ وَأمْوالِكُمْ ، ولكنْ ينظرُ إلى قلوبِكم وأعمالِكم

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan hartamu, tetapi Dia hanya melihat hati dan amalmu”. (HR Muslim)

Maka dari itu kita harus senantiasa memberikan rasa manis (legi (bahasa Jawa) ) untuk menikmati hidup menjadi lebih tenang, santai, dan bertanggung jawab. Dan rasa legi (legi (dalam bahasa Jawa) ) harus ditambahkan dengan gula (gulo (dalam bahasa Jawa)) untuk bisa menikmati hidup layaknya menikmati minum kopi.

3. GULO tegese gulangane roso (yang artinya mengatur perasaan baik).

Dengan perasaan yang baik akan mendatangkan sesuatu yang baik juga. Dalam hadist qudsi yakni

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ– ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675]

Maka dari itu kita harus senantiasa berperasaan baik yang juga menimbulkan prasangka yang baik juga. Dimana gula didapatkan dari perasan sari tebu

4. TEBU tegese anteb ning kalbu (yang artinya yakin dalam hati)

dalam hadist dijelaskan

اُدْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

Artinya “berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi, no. 3479.)

Setelah hati dengan keyakinan yang kuat kita harus berusaha, layaknya menyatukan rasa dari kopi dan gula yang di taruh jadi satu dalam cangkir.

5. CANGKIR teges e nyancangke pikir (yang artinya menguatkan pikiran).

Pikiran atau prinsip harus di pegang dengan hati yang teguh yang tidak mudah dirubah keadaan atau lingkungan untuk menyerah. Dan selanjutnya semua poin tersebut harus dipadukan dalam rasa dengan cara diaduk (udeg (dalam bahasa Jawa)).

6. UDEG tegese usahane ojo mandeg (yang artinya jangan berhenti untuk berusaha).

Do’a dan usaha layaknya seperti kaki yang digunakan untuk berjalan, jika salah satu kaki kanan dan kiri hilang maka menghambat kita untuk melangkah cepat menggapai tujuan dan cita-cita.

من جد وجد

Artinya “Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka mendapatkannya”.

Dan dalam mengaduk kopi tentunya menggunakan sendok

7. SENDOK tegese sendhekno marang sing duwe kautamaan (yang artinya pasrahkan pada yang maha kuasa).

Istilahnya adalah tawakal kepada Allah SWT. Tawakal merupakan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah SWT, karena skenario Allah SWT selalu baik terhadap hambanya.

Untuk menikmati kopi harus menunggu kopi yang panas menjadi agak dingin (adem (dalam bahasa Jawa))

8. ADEM teges e ati digowo lerem (yang artinya hati yang tenang ).

Dengan hati yang tenang membantu kita untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT tentang segala nikmat dan cobaan yang diberikan. Dalam QS Ar Ra’du ayat 28 Allah berfirman:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ

Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tentram”.

Setelah kopi sudah siap waktunya untuk menyesap (seruput (dalam bahasa Jawa)) kopi.

9. SERUPUT tegese sedoyo rubedo bakal luput (yang artinya semua godaan akan terhindar).

Dengan komitmen memegang prinsip dari filosofi kopi maka akan tidak mudah goyah dalam diterjang berbagai cobaan untuk kufur nikmat dan justru akan selalu menambah rasa syukur dengan hati yang tenang.

Semoga dengan adanya filosofi Jawa tentang kopi dengan lingkup islami ini menjadikan dasar kita untuk ngopi yang tidak hanya sekedar ngopi juga, tetapi menjadikan untuk lebih mendekatkan dan bersyukur kepada Allah SWT dengan filosofi nilai islami yang terkandung di dalam kopi.

Ahmad Faza Wafal Arfat

Recent Posts

Teknologi Digital: Penyelamat atau Penjerat?

Teknologi digital sudah merambah pada setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja,…

4 jam ago

Generasi Toleran: Revolusi Hati untuk masa depan yang Damai

Toleransi, sebuah kata yang sering kita dengar namun tak selalu kita pahami sepenuhnya. Di era…

2 hari ago

Menjaga Kecantikan dari Dalam: Akhlak sebagai Kunci Utama

Kecantikan sering kali diasosiasikan dengan penampilan fisik, seperti kulit bersih, tubuh ideal, atau wajah menarik.…

2 hari ago

Filosofi dan Singkatan Dari Huruf Santri

Menjelang Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2024 ini, kontribusi santri sudah merebak di berbagai hal.…

2 hari ago

Mahasiswa KKN 78 Iain Kudus Berpartisipasi dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di Masjid/Mushola Desa Wandankemiri pada saat Bulan Mulud

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momen yang penuh berkah dan semangat kebersamaan di tengah…

3 hari ago

Mahasiswa KKN-MB 078 IAIN Kudus Gelar Kegiatan Jumat Berkah (Berbagi di Hari Jumat)

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari program KKN-Moderasi Beragama (KKN-MB) 078 IAIN Kudus yang bertempat…

3 hari ago