Etika yang Islami dalam Berdemokrasi

Demokrasi Indonesia akan kembali diuji dalam Pemilu 2024 yang akan diselenggarakan sebentar lagi. Hal ini dikarenakan Pemilu yang menjadi lapangan bersaing untuk mencari dan memenangkan simpati dan suara dari rakyat terhadap pijak-pihak yang berkepentingan. Adanya persaingan yang mencekam ini membuat maraknya rumor dalam kehidupan sosial masyarakat dan media sosial tentang narasi yang mengujar kebencian serta fitnah antar lawan, mengadakan kampanye besar-besaran, reward bagi pendukung yang memihak partai, dan lain sebagainya yang diupayakan untuk memenangkan persaingan politik. Maka dari itu, kita memerlukan etika demokrasi agar tidak ikut campur dalam huru hara yang mengakibatkan putusnya tali persaudaraan keluarga, agama, sampai dengan bangsa.

A.) Jangan Menganggap Presiden Sebagai Sumber Kemaslahatan
Secara syari`at kita diperintahkan berikhtiar untuk memilih dan memilah pemimpin yang membawa kemaslahatan bangsa yang sesuai dengan kaidah islam. Akan tetapi memiliki pemikiran yang menganggap presiden layaknya tuhan itu dapat merusak ketauhidan alias menggantungkan kesejahteraan kepada presiden, yang dimana presiden ini adalah sesama makhluk. Kemaslahatan ditentukan sepenuhnya dari Allah SWT tidak hanya seorang presiden. Maka dari itu kita harus berhati-hati dalam menyimak atau mengikuti politik agar tidak merusak ketauhidan kita.
قُلۡ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ ۚ‏ (١) اَللّٰهُ الصَّمَدُ ۚ‏ (٢) لَمۡ يَلِدۡ ۙ وَلَمۡ يُوۡلَدۡ ۙ‏ (٣) وَلَمۡ يَكُنۡ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ‏ (٤)
Artinya : 1.) Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa. 2.) Allah tempat meminta segala sesuatu. 3.) (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. 4.) Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”


B.) Menjaga Lisan
Fenomena yang terjadi pada tahun Pemilu adalah munculnya kebebasan berpendapat dan keterbukaan informasi yang sampai tidak terkontrol (diluar batas kepantasan) dan menimbulkan kericuhan dalam kehidupan sosial maupun dalam media sosial. Hal ini menyebabkan tercemarnya udara bersih yang tidak hanya disebabkan dari polusi udara, melainkan juga dari polusi suara dari masyarakat yang terlalu fanatik terhadap dukungannya.

Kebebasan bersuara atau berpendapat memang diperbolehkan, tetapi kita juga harus mengerti bahwa lisan ini juga dapat memberikan konflik yang banyak dan besar. Mulai dari narasi yang berbau adu domba, hoaks sampai dengan meyebarkan aib antar lawan politik.
عثرة القدم أسلم من عثرة اللسان
Artinya : “Tergelincirnya kaki lebih selamat daripada tergelincirnya lidah”.
Dalam ajaran islam sangat menganjurkan untuk mengucapkan sesuatu yang baik untuk menumbuhkan kasih sayang antar sesama, pelurusan sesuatu yang berbau kemunkaran, dan saling memberi nasihat. Jika tidak bisa mengatakan sesuatu yang positif maka Rosulullah SAW memerintahkan untuk lebih baik diam. Sabda Nabi Muhammad SAW
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam.” Hal ini menandakan bahwa Islam tidak memerintahkan untuk mengatakan yang buruk atau omong kosong, melainkan memerintahkan untuk diam agar tidak terjadi fitnah dan ujaran kebencian. Diam sampai diperintahkan dan dijadikan syarat iman kepada zaman akhir. Betapa dahsyatnya manfaat diam dari pada mengatakan yang tidak berguna yang justru menimbulkan kerugian.


C.) Menghargai Perbedaan Pemilu
Pemilu atau Pemilihan Umum adalah proses demokratis yang digunakan memilih pejabat atau wakil rakyat yang secara langsung dipilih oleh rakyat dalam negara. Tujuan utama dalam Pemilu adalah memberikan peluang kepada rakyat untuk menyampaikan aspirasi mereka dan memilih pemimpin yang akan mewakili rakyat dalam sistem pemerintahan. Hasil Pemilu kemudian digunakan untuk menentukan kepala yang akan memegang jabatan dalam pemerintahan, baik ditingkat lokal, regional, maupun nasional.

Akan tetapi sering terjadi perseteruan karena perbedaan pendapat dalam Pemilu. Hal ini dilatar belakangi kurangnya sikap saling memahami dan menghargai antara satu sama lainnya.
اِخْتِلَافُ أُمَّة رَحْمَة
“Perbedaan umat adalah rahmat”.

Perlu kita sadari bahwa dinamika perbedaan hak pilih itu akan selalu muncul. Dinamika timbul didasari dalam setiap usaha individu dalam menelaah sesuatu menciptakan hasil yang berbeda-beda. Hal ini memberikan rahmat kepada kita karena dapat memberikan pikiran kita menjadi terbuka terhadap pandangan yang berbeda guna memperbanyak wawasan kita tentang isu-isu politik dan sosial dalam hak pilih.


Catatan : Semoga dalam Pemilu ini kita bisa menyikapi secara bijak terhadap para calon presiden dan wakil presiden adalah menerima mereka dengan lapang dada. Dari mereka memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Entah siapa nanti yang akan terpilih semoga dapat memimpin bangsa ini dan menjaga amanat kemaslahatan rakyat. Dan perlu kita pahami tentang ketauhidan kita bahwa bangsa ini tidak tergantung kepada presiden dan wakilnya, melainkan pada siapa yang menentukannya yakni Allah SWT.

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *