free page hit counter

Berbuat Baik Tidak Harus Memandang Status

Berbuat baik merupakan bentuk ibadah yang dilakukan mulai dari hubungan manusia (hablum minannas) sampai dengan hewan, tumbuhan dan makhluk lainnya. Berbuat baik merupakan ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rosulullah SAW. Berbuat baik dalam islam termasuk elemen penyempurna dalam iman, karena iman tidak hanya diyakini dalam hati saja. Iman harus diyakini dalam hati, diungkapkan pada lisan dan perbuatan. Perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan baik dan perbuatan inilah yang merupakan ihsan. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah : 195 berbunyi :

وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al Baqarah : 195).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Artinya : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”

KH. Novian Aziz Mas`ud Lasem Rembang Jawa Tengah mengatakan bahwa sejatinya seseorang dapat dilihat melalui interaksi sosialnya terhadap masyarakat, karena hubungan sosial seseorang merupakan bentuk kualitas iman yang dimiliki. Jika yang masih dapat dilihat mata (interaksi kepada sosial) saja masih jelek, apalagi hubungan kepada dzat yang tidak dapat dilihat (Allah SWT). Maka dari itu, kalian harus selalu tenang, santai, dan selalu-lah berbuat baik kepada siapa pun tanpa memandang ras, agama, suku, dan lain sebagainya. Dulu ada musuh Nabi Musa AS bernama Musa Samiri. Dia hendak dibunuh oleh Nabi Musa, akan tetapi Allah SWT melarangnya karena Musa Samiri adalah orang dermawan yang suka berbagi kepada orang lain. Musa Samiri saja yang orang kafir tapi suka berbuat baik kepada orang lain saja mendapatkan kasih sayng dari Allah SWT karena kebaikannya, apalagi kita semua yang sudah muslim dan kita tahu bahwa berbuat baik merupakan sesuatu yang diperintah oleh Allah SWT. Akan tetapi kita masih saja pelit, kikir, acuh tak acuh terhadap lingkungan, bersikap buruk kepada tetangga. Apakah kita tidak malu dengan Musa Samiri???.

Ada lagi cerita dalam kitab Ihya` Ulummudin juz 4 karangan Imam Ghazali mengenai berbuat baik tidak harus memandang status. Dalam cerita tersebut ada Nabi Ibrahim AS menggelar pesta dalam rumahnya. Tak lama kemudian tiba-lah seorang majusi yang sedang kelaparan melihat ada pesta dan meminta makanan kepada Nabi Ibrahim AS. Akan tetapi, Nabi Ibrahim menolak permintaan orang yahudi tersebut dan memerintahkan untuk segera pergi dari acaranya. Tak lama kemudian Allah SWT menegur Nabi Ibrahim AS “Wahai Nabiku Ibrahim, aku (Allah SWT) yang merupakan tuhan bagi seluruh alam saja memberikan rizki kepada semua makhlukku dan aku (Allah SWT) tetap memberikan rizki kepada makhluk-ku yang tidak iman kepada-ku. Mengapa kau (Nabi Ibrahim AS) yang bukan tuhan terlalu perhitungan dalam berbagi kepada makhluk-ku (Allah)”. Seketika Nabi Ibrahim AS langsung mengejar orang majusi tadi dan berkata “Maafkan aku. Aku telah ditegur oleh Allah SWT karena terlalu membeda-bedakan dalam berbagi. Sekarang marilah ikut denganku ke pesta dan makanlah makanan di sana”. Orang yahudi tersenyum dan menangis bahagia karena dia sudah menahan lapar yang lama dan akhirnya dia dibantu melalui Nabi Ibrahim AS yang memiliki makanan dalam pestanya dan orang majusi tersebut masuk dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim AS.

Rosulullah SAW juga pernah merawat orang yahudi yang buta dan hidup di pasar kawasan Madinah Al Munawarah. Beliau memberi makan sambil menyulapinya dan setiap suapan terdengar suara ejekan yang mengolok-ngolok Rosulullah SAW. Akan tetapi, Rosulullah SAW selalu sabar dan tenang dalam membantu dan menolong terhadap sesama manusia. Kita harus mencontoh keteladanan Rosulullah SAW bahwa jika kita ingin berbuat baik tidak harus memandang siapa yang akan kita tolong. Agama Islam merupakan Rahmatan Lil Alamin yang merupakan rahmat atau kasih sayang seluruh alam bukan yang hanya memeluk islam saja. Jadi, kita harus  senantiasa menjadi pelaku dalam menebar kasih sayang, mulai dari saling membantu, peka terhadap lingkungan, dan semuanya yang bersifat positif. Seperti makna basmalah dalam kasih sayang ar rahman dan ar rohimnya. Di mana sifat ar rahman Allah SWT itu diberikan kepada semua makhluk yang ada dalam dunia, sedangkan sifat ar rohim-nya Allah SWT itu diberikan kepada  makhluknya dalam akhirat saja, yakni orang yang memiliki dan berikrar islam dalam sanubarinya.

Catatan : Jika kita tolong menolong di dasari dengan persamaan status maka setiap zaman tidak akan mengalami kemajuan. Sekarang kita lihat dan kita sadari bahwa seorang muslim yang sholat terkadang busananya menggunakan karya orang kafir, orang yang pergi haji terkadang menaiki pesawat buatannya orang nasrani, dan orang yang mandi, wudhu, serta yang berhubungan dengan kepentingan air juga menggunakan pipa atau pralon dari karya orang luar negeri atau beda agama. Maka dari itu kita harus saling menghormati dan saling berbaik hati kepada siapa saja tanpa membeda-bedakan. Dengan hal itu Insya Allah kita akan termasuk orang yang iman, islam, dan ihsan yang mendapatkan pahala serta ridha dari Allah SWT. Firman allah SWT dalam surat Al Baqarah : 261

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Baqarah : 261)

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *