Berdo`a sering kali dilakukan saat setelah sholat, acara keagamaan, dan mempunyai hajat. Saat berdo`a dianjurkan membaca pujian-pujian kepada Allah SWT terlebih dahulu, dilanjutkan sholawat, dan terakhirnya adalah do`a untuk hajatnya. Hal ini dilakukan karena bentuk penghambaan kepada Allah dan sholawat untuk mencari keberkahan dan menjadi tawasul.
Selain adab tersebut, ternyata ada adab dalam berdoa yang patut umat Muslim lakukan saat berdoa. Salah satunya adalah dengan berdoa sungguh-sungguh dan meyakini bahwa Allah akan mengabulkan permohonan doa tersebut. Namun, sayangnya, terkadang kita sering melakukan hal yang dilarang saat berdo`a.
Hal yang dilarang saat berdo`a dengan tanpa sadar sudah sering terjadi. Ternyata Rosulullah SAW melarang kalimat-kalimat tertentu yang disenandungkan dalam berdo`a. Kalimat yang dilarang oleh Allah dan Rosulullah SAW dijelaskan sebagai berikut :
1. Do`a yang mengandung Permohonan Dosa
لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ ، وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ ، إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا قَالُوا : إِذًا نُكْثِرُ ، قَالَ : اللَّهُ أَكْثَرُ.
“Tidak ada seorang muslim pun yang berdo`a dengan sebuah do`a yang tidak terkandung di dalamnya dosa dan pemutusan silaturahmi, kecuali Allah akan memberikannya salah satu dari ketiga hal berikut: Allah akan mengabulkannya dengan segera, mengakhirkan untuknya di akhirat atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya”.
2. Do`a Untuk Pemutusan Silaturrahim
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْعُو بِدُعَاءٍ إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ أَوْ كَفَّ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهُ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ.
“Tidak ada seorang pun yang berdo`a dengan sebuah do`a kecuali Allah akan mengabulkan apa yang dimintanya atau memalingkannya dari keburukan yang semisalnya, selama dia tidak berdo`a yang mengandung dosa atau pemutusan silaturahmi.”
3. Berprasangka Tidak Dikabulkan Oleh Allah SWT
لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الِاسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam bersabda: “Doa seseorang senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim dan tidak tergesa-gesa.” Seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan tergesa-gesa?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: yang dimaksud dengan tergesa-gesa adalah apabila orang yang berdoa itu mengatakan: Aku telah berdoa dan terus berdoa tetapi belum juga dikabulkan. Setelah itu, ia merasa putus asa dan tidak pernah berdoa lagi. (HR. Muslim: 4918).
4. Berdo`a Untuk Disiksa Dalam Dunia dan Diringankan Saat Berada Dalam Akhirat
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَادَ رَجُلاً مِنَ الْمُسْلِمِينَ قَدْ خَفَتَ فَصَارَ مِثْلَ الْفَرْخِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ كُنْتَ تَدْعُو بِشَيْءٍ أَوْ تَسْأَلُهُ إِيَّاهُ قَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَقُولُ اللَّهُمَّ مَا كُنْتَ مُعَاقِبِي بِهِ فِي الْآخِرَةِ فَعَجِّلْهُ لِي فِي الدُّنْيَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُبْحَانَ اللَّهِ لاَ تُطِيقُهُ أَوْ لاَ تَسْتَطِيعُهُ أَفَلاَ قُلْتَ اللَّهُمَّ { آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ } قَالَ فَدَعَا اللَّهَ لَهُ فَشَفَاهُ
Anas berkata, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seorang laki-laki muslim yang sedang sakit parah sampai kurus dan lemah seperti seekor burung kecil. Kemudian Rasulullah bertanya kepadanya: “Apakah kamu pernah berdoa ataupun memohon sesuatu kepada Allah?” Sahabat tersebut menjawab: Ya, saya pernah berdo`a: Ya Allah ya Tuhanku, apa yang akan engkau siksakan kepadaku di akhirat kelak, maka segerakanlah siksa tersebut di dunia ini! Mendengar pengakuannya itu, Rasulullah pun berkata: Subhanallah, mengapa kamu berdoa seperti itu. Tentu kamu tidak akan tahan. Mengapa kamu tidak berdoa: Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta peliharalah kami dari siksa neraka. Anas berkata: Lalu Rasulullah berdoa kepada Allah untuk sahabat tersebut dan akhirnya Allah pun menyembuhkannya. (HR. Muslim No: 4853).
5. Berdo`a Dengan Mengatakan “Jika Engkau Menghendaki”
إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ وَلاَ يَقُولَنَّ اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِي فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ
Anas radliallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang tengah berdo’a, hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam berdo’a, dan janganlah mengatakan: Ya Allah, jika Engkau kehendaki berilah aku… sebab Allah sama sekali tidak ada yang bisa memaksa.” (HR. Bukhori No: 5863).
6. Berdo`a Untuk Disegerakan Kematiannya
لاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ فَاعِلاً فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي
Kata Anas bin Malik radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu alaihi Wassalam bersabda: “Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian karena musibah yang menimpanya, kalau memang hal itu harus, hendaknya ia mengatakan; Ya Allah, hidupkanlah aku jika kehidupan itu baik untukku, dan matikanlah aku jika kematian itu baik bagiku.” | (HR. Bukhori: 5239).
7. Berdo`a Untuk Rahmat Allah Diberikan Kepada Dirinya Sendiri Sedangkan Orang Lain Tidak
قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي صَلاَةٍ وَقُمْنَا مَعَهُ فَقَالَ أَعْرَابِيٌّ وَهُوَ فِي الصَّلاَةِ اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي وَمُحَمَّدًا وَلاَ تَرْحَمْ مَعَنَا أَحَدًا فَلَمَّا سَلَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلْأَعْرَابِيِّ لَقَدْ حَجَّرْتَ وَاسِعًا يُرِيدُ رَحْمَةَ اللَّهِ
Abu Hurairah berkata; “Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa Sallam berdiri untuk shalat dan kami ikut berdiri dengannya, di tengah-tengah shalat ada seorang Badui yang berbicara: Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun selain kami! Setelah salam, Rasulullah Shalallah ‘Alaihi Wa Sallam bersabda kepada orang Badui tersebut: Engkau telah menyempitkan sesuatu yang luas! maksudnya adalah rahmat Allah.” (HR. Bukhori No: 5551).
8. Ruqyah (jampi) yang mengandung kemusyrikan
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ قَالَتْ قُلْتُ لِمَ تَقُولُ هَذَا وَاللَّهِ لَقَدْ كَانَتْ عَيْنِي تَقْذِفُ وَكُنْتُ أَخْتَلِفُ إِلَى فُلَانٍ الْيَهُودِيِّ يَرْقِينِي فَإِذَا رَقَانِي سَكَنَتْ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ إِنَّمَا ذَاكَ عَمَلُ الشَّيْطَانِ كَانَ يَنْخُسُهَا بِيَدِهِ فَإِذَا رَقَاهَا كَفَّ عَنْهَا إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكِ أَنْ تَقُولِي كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَذْهِبْ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya jampi-jampi, jimat dan tiwalah (pelet supaya wanita cinta laki-laki atau sebaliknya) adalah bentuk kesyirikan.” Zainab berkata, “Aku katakan, ‘Kenapa engkau mengucapkan hal ini? Demi Allah! Sungguh, mataku telah mengeluarkan air mata dan kotoran. Dan aku bolak-balik datang kepada Fulan seorang Yahudi yang menjampiku, apabila ia menjampiku maka mataku menjadi tenang?” Kemudian Abdullah menjawab, ‘Sesungguhnya hal tersebut adalah perbuatan setan. Setan telah menusuk matanya menggunakan tangannya, kemudian apabila orang yahudi tersebut menjampinya maka setan menahan tusukannya. Sebenarnya cukup bagimu mengucapkan sebagaimana yang diucapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: (Wahai Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit, sesungguhnya Engkau Pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan efek penyakit) ‘.” (HR.Abu Daud No: 3385).
9. Berdoa Dengan Bersajak dan Berpuisi
حَدِّثِ النَّاسَ كُلَّ جُمُعَةٍ مَرَّةً فَإِنْ أَبَيْتَ فَمَرَّتَيْنِ فَإِنْ أَكْثَرْتَ فَثَلاَثَ مِرَارٍ وَلاَ تُمِلَّ النَّاسَ هَذَا الْقُرْآنَ وَلاَ أُلْفِيَنَّكَ تَأْتِي الْقَوْمَ وَهُمْ فِي حَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِهِمْ فَتَقُصُّ عَلَيْهِمْ فَتَقْطَعُ عَلَيْهِمْ حَدِيثَهُمْ فَتُمِلُّهُمْ وَلَكِنْ أَنْصِتْ فَإِذَا أَمَرُوكَ فَحَدِّثْهُمْ وَهُمْ يَشْتَهُونَهُ فَانْظُرِ السَّجْعَ مِنَ الدُّعَاءِ فَاجْتَنِبْهُ فَإِنِّي عَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ لاَ يَفْعَلُونَ إِلاًَّ ذَلِكَ يَعْنِي لاَ يَفْعَلُونَ إِلاًَّ ذَلِكَ الِاجْتِنَابَ
Ibnu Abbas dia berkata; “Berbicaralah kepada orang-orang setiap Jum’at sekali, jika kamu enggan, maka dua kali, dan apabila kamu ingin lebih banyak lagi, hendaknya hanya tiga kali (setiap Jum’at). Janganlah membuat orang-orang bosan dengan Al Qur’an ini. Jangan sekali-kali aku dapatkan kamu mendatangi sebuah kaum ketika mereka berbincang-bincang, tiba-tiba kamu menyampaikan kisah dan memotong pembicaraan mereka hingga mereka bosan. Akan tetapi diamlah terlebih dahulu. Jika mereka telah mempersilahkanmu, silahkan kamu bicara, sehingga mereka antusias (semangat) mendengarkan tutur bicaramu. Dan perhatikanlah do`a-do`a yang bersajak (puitis) dan jauhilah yang seperti itu, sebab telah kutemui Rasulullah dan para sahabatnya tak melakukan yang demikian. Yaitu tidak melakukan hal itu selain mereka selalu menjauhi semacam itu. (yaitu menjauhi berdo`a dengan bahasa puitis atau sambil bersajak)”. (HR. Bukhori No: 5862).
10. Berdo`a Dengan Hati yang lalai
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Berdo`alah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do`a dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi No: 3401).
11. Berdo`a yang Mengandung Prasangka Buruk
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي إِنْ ظَنَّ بِي خَيْرًا فَلَهُ وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ
Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku kepadaku. Jika dia berprasangka baik kepada-Ku, maka baiklah yang akan dia terima. Dan bila dia berprasangka buruk kepada-Ku, maka buruk pulalah yang akan dia terima.” (HR.Ahmad no: 8715).
Keterangan :
Di antara contoh berprasangka buruk kepada Allah itu adalah tidak begitu yakin bahwa Allah akan mengabulkan do`anya, atau tidak akan mengampuni dosa-dosanya karena sudah terlampau banyak, dan lain sebagainya.
12. Jarang Untuk Berdo`a
أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجِزَ فِي الدُّعَاءِ وَأَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلاَمِ
Kata Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam bersabda: “Orang yang paling lemah ialah orang yang paling lemah dalam berdo`a. Dan orang yang paling kikir ialah orang yang paling kikir mengucapkan salam.” (HR Tabrani (al-Mu’jam al-Ausath) No: 5591).
Apalagi bila tidak pernah berdo`a sama sekali. Oleh Allah digolongkan sebagai tindakan sombong dan takabbur, yang akan berakhir dengan Jahannam.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (QS. Gofir: 60).
13. Menggunakan kalimat yang Bertele-tele
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ الْجَوَامِعَ مِنْ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَى ذَلِكَ
Kata Aisyah radhiyallahu’anhu: “Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam menyukai berdo`a dengan kalimat-kalimat yang mencakup, dan meninggalkan berdo`a dengan kalimat-kalimat yang tidak mencakup (bertele-tele).” (HR.Abu Daud No: 1267).
14. Berdo`a Untuk Memohon Ampunan Kepada Orang Kafir
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Allah Ta’ala berfirman: “Tidaklah layak bagi seorang nabi, dan juga orang-orang beriman, memohonkan ampunan untuk orang-orang musyrik, walaupun mereka itu adalah saudara mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka, bahwa mereka (yang dido`akan itu) termasuk penghuni neraka.” (QS Al-Taubah (9): 113).
15. memohon Do`a Kepada Jin
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya ada sekelompok laki-laki dari kalangan manusia meminta perlindungan kepada jin, maka merekapun semakin bertambah sesat.” (QS. Jin (72): 6).
Semoga dengan membaca tulisan ini menjadi perantara pengetahuan untuk menghindari hal-hal yang dilarang yang disenandungkan dalam berdo`a. Semoga kita senantiasa dalam perbuatan yang selalu diridhoi oleh Allah SWT.