Keberhasilan Walisongo dalam mensyiarkan ajaran agama Islam bisa dirasakan hingga masa kini. Islam yang sudah menyeluruh di pelosok Nusantara hingga mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Perjuangan mereka telah membekas dan kini banyak hal yang mengabadikannya. Entah nama Walisongo itu sendiri, maupun perorangan.
Bisa kita temukan misalnya, nama di institut perguruan tinggi di berbagai wilayah. Di Semarang ada Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo.Di Jakarta ada UIN Syarif Hidayatullah, atau Sunan Gunung Jati yang dipakai juga sebagai nama UIN di Bandung. Sedangkan di Malang ada UIN Maulana Malik Ibrahim.
Tidak hanya institusi namun juga nama jalan dan Masjid. Salah satu ketenaran Walisongo terletak pada bagaimana strategi mereka mengakulturasikan budaya Jawa dengan nilai-nilai Islam, sehingga masyarakat mudah memahami dan menerimanya.
Sebagaimana cara sunan Ampel dan Sunan Bonang dengan perlahan merapihkan ketidakteraturan masyarakat diluar ajaran Islam dengan mengingatkan mereka akan keterkaitan ajaran Islam yang indah. Dan ternyata terdapat pada kebiasaan yang mereka lakukan.
Raden Rahmat
Masyarakat mengenal Raden Rahmat sebagai Sunan Ampel, kelahiran Vietnam di Kerajaan Champa. Beliau menyiarkan agama Islam di Jawa Timur dan wafat pada 1406 M. Makamnya berada di Kompleks Masjid Ampel, Surabaya. Perjalanan dakwah beliau menjadi kuat ketika berhasil meyakinkan Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning beserta keluarganya untuk masuk Islam.
Melansir di Nu Online Raden Rahmat terkenal dengan ajaran Moh limo yang ingin memperbaiki akhlak masyarakat Jawa. Pertama, “Moh main (tidak bermain)”. Main dalam bahasa Indonesia bermakna bermain. Dalam artian Sunan Ampel mengajak masyarakat untuk tidak bermain Judi atau bermain apapun yang mempertaruhkan uang maupun barang lainnya.
Kemudian, “moh ngombe (tidak minum)”. Maknanya untuk tidak meminum sesuatu yang mengandung khamr. Selain hukumnya haram juga untuk menjaga akal pikiran manusia. Ketiga, moh maling (tidak mencuri). Sunan Ampel mengajarkan agar masyarakat di sekitar tidak mencuri barang-barang yang bukan menjadi haknya.
Lalu, “moh madat (tidak kecanduan)”. Ini berarti tidak menggunakan barang yang menyebabkan candu, seperti ganja, narkotika dan sejenisnya. Tidak menginginkan barang seperti itu berarti kita telah menjalankan syariat yakni hifdzun nafs (menjaga jiwa). Menjaga jiwa hukumnya wajib, maka menyakiti tubuh dengan sesuatu yang candu dan merusak hukumnya haram.
Terakhir, “moh madon (tidak wanita)”. Maksudnya, Sunan Ampel mengajarkan kepada masyarakat, terutama laki-laki agar tidak bermain wanita lebih tepatnya berzina yang bukan mahramnya.
Sunan Bonang
Nama asli beliau Maulana Makhdum Ibrahim yang terkenal sebagai ahli Ilmu Tauhid dan Kalam, putra Sunan Ampel. Beliau meninggal tahun 1525 dan makamnya berada di Tuban. Di sana beliau juga mendirikan pesantren.
Menukil dari tulisan Arif Gumantia dengan judul “Puasa dan Piwulang Sunan Bonang” menjelaskan jika Sunan Bonang dalam berdakwah mengedepankan kedamaian melalui cara Islam yang rahmatal lilãlamin dengan mengakulturasikan kebudayaan sekitar dengan nilai Islam.
Salah satunya memperkenalkan jika puasa merupakan sebuah Piwulang atau pelajaran. Setelah itu, akan bertemu dengan lebaran yang mempunyai tradisi “kupat”. Beliau dengan perlahan mengajarkan kepada masyarakat agar berpuasa secara ikhlas sehingga akan menikmati “kupat”.
Sunan Bonang mengartikan “kupat” sebagai singkatan “laku dapat (empat keadaan)” yang akan Allah berikan kepada hambanya, apabila berpuasa hanya mengharapkan ridho-nya yaitu lebar, lebur, luber, dan labur.
Lebar (selesai), seseorang menyelesaikan puasa Ramadhan dengan melegakan bisa berarti selesai kecuali ada halangan, akan mendapatkan “lebur (hilang, hapus)” maksudnya, Allah akan menghapus dosa seorang hamba.
Kemudian “luber (lebih)”, setelah sesorang menyelesaikan puasa akan mendapatkan pahala yang berlipat, apalagi dengan amalan yang dilakukan saat bulan Ramadhan. Lalu “labur (hilang)” lebih tepatnya setelah berpuasa sebulan penuh akan dirinya menjadi bersih entah secara fisik maupun batin.
Sumber gambar: Sekolahnesia