Kajian

Nutrition Fact: Awas! Mengabaikan Hal Ini Bisa Bikin Kamu Cepat Gendut!

Estimasi waktu baca: 5 menit

Nutrition Fact atau yang kita kenal dengan informasi nilai gizi adalah label pada kemasan makanan atau minuman yang mencantumkan informasi terkait kandungan gizi/nutrisi produk tersebut.¹ Nutrition Fact makanan kemasan itu tricky. Banyak yang sudah kenal, tetapi masih banyak juga yang salah kaprah. Mayoritas orang akan mempertimbangkan jumlah kalori dan lemak saat membeli atau makan/minum sesuatu. Mereka akan mengira bahwa kelebihan berat badan hingga obesitas karena kebanyakan konsumsi makanan berlemak. 

Padahal, taukah kamu, sobat damai?!

Yang patut lebih diperhatikan adalah kandungan gula. Gula itu ‘Silent Killer’ yang dapat membawa efek adiksi. Menurut Kementerian Kesehatan RI, maksimal jumlah konsumsi harian gula itu tidak lebih dari 50 gram (setara 4 sendok makan). Lalu, yang kita kritisi adalah konsumsi gula yang berlebihan (too much). Sebagai contoh, coba kita cek di nutrition fact makanan apapun, hampir selalu posisi informasi tentang gula itu di deretan bawah dan yang lebih diutamakan adalah calorie/container dan total fat.

Label nutrisi pada kemasan snack bar

Kita lihat, berapa kandungan gulanya pada kemasan tersebut? Ya, 21gr.

Apakah dalam sekali makan snack itu kita konsumsi 21gr gula? Oh, tidak semudah itu, sobat!. Coba cek lagi takaran/sajiannya (serving/container) berapa? Jika tertulis 2, itu artinya 1 kemasan dianjurkan untuk dimakan 2× serving/penyajian, bisa untuk dimakan 2 orang atau dimakan untuk 2 hari. Begitupun jika serv/cont tertulis 1 atau 3, berarti dianjurkan makan 1 atau 3x penyajian. Lalu, semua data yang tertulis di nutrition fact (karbohidrat, lemak, protein, gula, vitamin, natrium, dll.) adalah data 1 serving/penyajian. Jadi, kalau snack pada contoh tersebut habis dalam sekali makan berarti datanya dikalikan (×) 2 langsung. Artinya, sekali makan tubuh akan menerima 190 kal x 2 = 380 kal, gula 21gr x 2 = 42gr gula, dst. Padahal, snack seperti itu biasanya habis dalam sekali makan, bukan?!

Selanjutnya kita lihat kemasan berikut:

Label nutrisi pada stick coklat

Terdapat 23,55gr gula dalam sajian per 100gr. Padahal, makanan dikatakan memiliki kandungan gula tinggi jika dalam 100gr makanan terdapat lebih dari 22,5gr gula. Dikatakan memiliki kandungan gula rendah, jika dalam 100gr makanan terdapat kurang dari 5gr gula.

Ini salah satu merek minuman dengan klaim healthy dan low fat, sekali minum 1 kotak sudah 27gr gula.

Label pada kemasan jus instan

Mayoritas orang akan melihat kalori dan lemaknya. Jika keduanya kecil, berpikiran aman konsumsi. Namun tunggu dulu, lihat kandungan gulanya. Satu kali sajian 250 ml sudah menghabiskan separuh jatah gula harian kita (50gr). Kita patut memperhatikan gula, karena segala yang kita makan/masak juga mayoritas menggunakan gula (nasi putih, buah-buahan, sayur-sayuran, minum kemasan sachet yang katanya sehat, es teh 3 ribuan yang gulanya ½ gelas sendiri, belum cemilan atau jajanan lain, hampir semuanya mengandung gula).

Kita diajarkan, sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, bukan?

كلوا و اشربوا و لا تسرفوا

“Makanlah dan minumlah, asal jangan berlebihan.” (Q.S Al-‘Araf : 31)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, konsumsi gula yang berlebihan dapat membuat addict. Bahkan setara dengan kokain adiktif. Hampir semua bisnis makanan atau minuman digandrungi dengan gula, seperti; boba, es teh cup, cromboloni, pie, roti, dan banyak kuliner lain yang viral. Hal tersebut dapat memicu candu dan efek sugar carving. Gula akan membuat kita merasa lapar terus-terusan, menaikkan kadar insulin tubuh, mengacaukan hormon ghrelin sehingga tubuh akan mengeluarkan sinyal lapar (palsu) terus-menerus yang aslinya kita tidak lapar, tetapi hanya ingin makan saja. Endingnya, kita akan makan melebihi jumlah yang seharusnya masuk ke tubuh kita. Saat insulin kita naik, tubuh akan semakin kesulitan untuk fat burning (pembakaran lemak). Terlebih jika kita jarang aktivitas fisik, bukan sulap bukan sihir, jangan kaget kalau kita tidak sadar mendapati tubuh jadi overweight bahkan hingga obesitas. Selanjutnya dapat memicu penyakit degeneratif (penurunan fungsi organ), misal saja diabetes.

Pada akhirnya, yuk! Lebih cermat untuk memilah konsumsi makanan, jangan sampai yang katanya untuk diet ternyata malah tinggi gula. Itu seperti ingin wangi tetapi beli minyak wangi yang isinya air comberan, ya gak jadi wangi. Tetap bijak dengan batasi konsumsi gula dan membiasakan lidah untuk tidak terbiasa mengecap rasa manis. Let’s take care of your health! Periksa label gizi pada makanan kemasan dan pilihlah makanan/minuman yang lebih sehat serta konsumsi buah-buahan segar sebagai sumber gula alami.

Oleh : Lulu Laely Ramdany (FKM UNDIP / PP. Kyai Galang Sewu)

Sumber gambar : Dokumentasi pribadi

Lulu Laely Ramdany

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

20 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago