santrimillenial.id – Indonesia telah selesai melaksanakan pesta demokrasi akbar yaitu pemilu dan tinggal menuggu pengumuman hasil secara resminya. Namun masih banyak kita lihat perbincangan di dunia nyata maupun di dunia maya yang masih panas dan penuh dengan caci maki dengan berbagai narasi yang menyesatkan untuk menjatuhkan lawan hanya karena beda pandangan politik. Padahal kita telah diberikan sebuah contoh bahwa perbedaan pandangan politik itu tidak harus dengan umpatan dan cacian.
Perbedaan Pandangan Politik
Dalam sejarah Islam, perbedaan pandangan politik antara Sayyidina Ali dan Aisyah merupakan salah satu contoh bagaimana perbedaan bisa dihadapi dengan bijaksana dan tanpa kekerasan. Kisah ini mengambil tempat setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, dimana umat Islam mengalami perpecahan politik yang mendalam, terutama setelah pembunuhan Utsman bin Affan.
Sayyidina Ali, yang kemudian menjadi Khalifah, memiliki pandangan bahwa pembunuh Utsman harus diusut tuntas. Namun, Aisyah memiliki pandangan berbeda, yaitu bahwa pengangkatan pemimpin baru harus dilakukan dalam kondisi yang tenang dan damai, bukan di tengah konflik.
Perbedaan ini memuncak pada peristiwa Perang Jamal, di mana kedua belah pihak berhadapan dalam konflik bersenjata. Meskipun demikian, baik Ali maupun Aisyah tidak menghendaki peperangan itu terjadi. Ali bahkan mengambil langkah untuk melindungi Aisyah selama pertempuran, menunjukkan rasa hormat dan perlindungan terhadapnya¹.
Setelah perang, Ali memperlakukan Aisyah dengan penuh kehormatan, membekali kebutuhan perjalanannya, dan memilihkan pendamping untuk mengantarnya kembali ke Madinah. Aisyah sendiri, sebelum meninggalkan Basrah, mengucapkan selamat tinggal dengan pesan perdamaian, menekankan bahwa tidak ada kebencian antara mereka.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa meskipun perbedaan pandangan politik bisa sangat tajam, namun tidak harus berujung pada permusuhan atau kekerasan. Ali dan Aisyah sama-sama menunjukkan bahwa kebijaksanaan dan toleransi adalah kunci dalam menyelesaikan konflik.
Dari sini, kita dapat belajar bahwa dalam setiap perbedaan, penting untuk tetap menjaga hubungan baik dan saling menghormati. Kita juga diajarkan untuk tidak membiarkan perbedaan menghalangi kita dari mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu kesejahteraan dan keamanan umat.
Kisah Sayyidina Ali dan Aisyah juga mengingatkan kita bahwa dalam politik, keputusan harus diambil dengan mempertimbangkan dampak jangka panjangnya terhadap masyarakat. Keputusan yang diambil dalam keadaan tergesa-gesa atau di tengah konflik sering kali tidak menghasilkan hasil yang terbaik.
Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah bahwa Perbedaan pandangan politik antara Sayyidina Ali dan Aisyah mengajarkan kita tentang pentingnya toleransi, kebijaksanaan, dan perdamaian. Dalam menghadapi perbedaan, kita harus mengedepankan dialog dan pengertian, bukan permusuhan atau kekerasan. Kisah ini merupakan pelajaran berharga bagi kita semua, terutama dalam konteks politik saat ini yang sering kali dipenuhi dengan ketegangan dan konflik.
Oleh: Badrut Tamam (PP. Assholihiyyah Semarang)