santrimillenial.id – Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa manusia tidak bisa terlepas dan terhindar dari yang namanya salah dan dosa. Sebagaimana ungkapan:
الانسان محل الخطاء والنسيان
Artinya: “Manusia adalah tempatnya salah dan lupa.”
Akan tetapi hal tersebut tidak menjadikan manusia terbebas dan terlepas dari kewajiban bertaubat dan memohon ampun kepada Alloh SWT. Bahkan nabi Muhammad SAW yang sudah jelas dijamin surga, serta diampuni dosanya pun tetap senantiasa memohon ampunan kepada Alloh SWT dalam sehari lebih dari 70 kali. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah RA
عن أبي هريرة قال: سمعت رسول الله ﷺ يقول: والله إني لأستغفر الله وأتوب إليه في اليوم أكثر من سبعين مرة. رواه البخاري
Artinya: Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah SAW Bersabda:Demi Alloh, sesungguhnya aku benar – benar memohon ampunan kepada Allah SWT, dan bertaubat padaNya dalam sehari sebanyak 70 kali lebih.”
(H.R Bukhori).
Perintah untuk Memohon Ampunan dalam Al Qur’an
Bukan hanya itu, Alloh SWT juga memperingat kan kepada hambanya untuk senantiasa memohon ampunan kepadaNya.Banyak ayat-ayat didalam Al-Qur’an yang berisi perintah untuk memohon ampunan dan bertaubat padaNya.Salah satunya di dalam surat Nuh ayat 10 yang berbunyi:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ
Artinya: “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun.” (QS Nūḥ: 10).
Ayat di atas menunjukkan betapa Allah adalah sang maha pengampun segala dosa-dosa hambaNya.Maka hendak lah kita berlomba-lomba untuk memohon ampunan kepada Alloh SWT, dan melaksanakan hal-hal yang dapat mendatangkan ampunan Allah SWT.
Sebuah Kisah dalam kitab “Al Mawa’idz Al Usfuriyyah”
Perihal perkara yang dapat mendatangkan Ampunan Alloh SWT, dalam kitab “Al Mawa’idz Al Usfuriyyah” terdapat hadis yang mengisahkan tentang hal-hal yang mendatangkan ampunan Allah SWT.
Dari Said Ibnu Musayah, ia berkata, “Pada suatu hari Ali bin Abi Thalib ra. keluar dari rumah dan berjumpa dengan Salman Al-Farisi, Ali berkata kepadanya, “Bagaimana keadaanmu, hai Bapak Abdullah?”
Salman menjawab, “Aku berada di antara empat kesusahan. Wahai Amirul Mukminin.”
Ali berkata, “Apakah itu? Semoga Allah memberi rahmat kepadamu.” Salman menjawab, “Kesusahan memikirkan anak-anak yang minta roti, kesusahan memikirkan pencipta (Al-Khaliq) yang menyuruh aku taat kepadanya, kesusahan memikirkan setan yang menyuruhku berbuat maksiat, dan kesusahan malaikat maut yang menginginkan nyawaku.”
Ali berkata, “Gembiralah, hai Abu Abdullah, sesungguhnya dalam setiap perkara itu engkau mendapat satu derajat.”
Pada suatu hari aku menemui Rasulullah Saw. Beliau bertanya, “Hai Ali, bagaimana keadaanmu?”
Ali menjawab, “Aku berada dalam empat kesusahan, di rumah tidak ada makanan selain air, aku memikirkan keadaan anak-anakku, kesusahan memikirkan Allah dan hari kemudian serta kesusahan memikirkan malaikat maut.”
Nabi SAW. bersabda, “Gembiralah, hai Ali, karena kesusahan memikirkan anak-anak bisa melindungi dari api neraka, kesusahan memikirkan ketaatan kepada Allah membuat aman dari siksaan, kesusahan memikirkan hari kemudian adalah jihad dan itu lebih baik daripada ibadah enam puluh tahun, sedangkan kesusahan memikirkan malaikat maut bisa menebus dosa-dosa seluruhnya.”
“Ketahuilah hai Ali, rezeki pada manusia di tangan Allah. Sedangkan kesusahan tidak bisa menyebabkan melarat dan tidak bisa bermanfaat, hanya saja engkau mendapat pahala atas hal itu.”
“Jadilah engkau seorang yang bersyukur, taat, dan bertawakal, niscaya engkau menjadi teman Allah Swt.”
Aku berkata, “Atas hal apa aku bersyukur kepada Allah?”
Rasulullah SAW menjawab, “Atas agama Islam”
Aku bertanya, “Apakah yang harus kulakukan?”
Katakanlah, “Tidak daya dan kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Agung”
Tinggalkan Sifat Marah
Aku bertanya, “Apa yang harus kutinggalkan?” Rasulullah SAW menjawab “Kemarahan”
Karena meninggalkan kemarahan itu bisa memadamkan kemarahan Tuhan Yang Maha Mulia dan memberatkan timbangan serta menuntun ke surga.
Ali berkata, “Hai Salman, aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa yang tidak memikirkan anak-anaknya, tidaklah ia masuk surga.” Salman Al-Farisi bertanya, “Bukankah Rasulullah SAW. bersabda, “Orang yang memiliki banyak anak tidak akan beruntung?” Ali berkata, “Hai Salam, bukan begitu maksudnya, jika pencaharianmu halal engkau beruntung.”
“Surga itu merindukan orang-orang yang diliputi pemikiran dan pencaharian lantaran mencari rezeki yang halal.”
Diceritakan, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw. ia bertanya, “Ya Rasulullah, aku telah durhaka, sucikanlah aku.” Rasulullah SAW. bertanya, “Apa dosamu?”
Orang itu menjawab, “Aku merasa malu mengatakan.”
Rasulullah SAQ. bertanya, “Apakah engkau malu memberitahu aku tentang dosamu dan tidak merasa malu kepada Allah SWT. sedangkan Dia melihatmu? Keluarlah dari tempatku supaya kami tidak ditimpa api.” Orang itu keluar dari tempat Rasulullah SAW dengan tangan hampa dan putus asa sambil menangis.
Kemudian datang Jibril dan berkata, “Hai Muhammad, mengapa kau membuat putus asa orang yang berdosa yang punya tebusan, walaupun banyak dosanya?” Rasulullah SAW. Tanya, “Apa tebusannya?”
Jibril menjawab, “Ia punya seorang anak yang masih kecil. Apabila masuk ke rumah dia disambut anak kecil itu, di beri sedkit makanan sehingga anak itu gembira. Ketahuilah, kegembiraan anak-anakmu bisa menebus dosa-dosa dan menyelamatkan dari api neraka.”
Sebagaimana Allah Swt. berfirman :
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللَّـهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿١٥﴾
“Sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah ujian sedangkan Allah menyediakan pahala yang besar.” (QS. At-Taghaabun : 15)
Oleh: Al Ma’ruf, PP Salaf APIK Kaliwungu