Kisah Imam Malik RA dan Santri Malas

santrimillenial.id – Imam Malik bin Anas RA, pendiri Mazhab Maliki, dikenal tidak hanya karena keilmuannya yang luas tetapi juga karena kebijaksanaannya dalam mendidik santri-santrinya. Kisah yang akan diangkat ini menggambarkan bagaimana beliau berhasil mengubah sekelompok santri yang awalnya malas menjadi ulama-ulama yang terkenal.

Pada suatu hari di Kota Madinah, Imam Malik RA bertemu dengan seorang remaja yang bernama Yahya. Yahya adalah santri termuda yang hadir di majelis ilmu Imam Malik RA. Dengan penuh kasih, Imam Malik RA berkata, “Semoga Allah menghidupkan hatimu. Kamu harus sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Aku akan menceritakan kepadamu sebuah kisah yang dapat membakar semangatmu dalam menuntut ilmu.”

Imam Malik RA kemudian menceritakan tentang seorang remaja asal negeri Syam yang datang ke Madinah untuk menuntut ilmu. Remaja tersebut belajar dengan giat dan tekun. Namun, takdir berkata lain, Allah memanggilnya kembali di usia muda. Ketika jenazahnya disiapkan untuk dishalatkan, semua orang terkejut melihat betapa eloknya penampilan jenazah tersebut. Almarhum ternyata adalah salah seorang wali Allah.

Kabar tentang keelokan jenazah remaja tersebut dan penghormatan yang diberikan oleh ulama dan masyarakat Madinah menyebar luas. Gubernur Madinah bahkan menahan pelaksanaan shalat jenazah untuk memilih siapa yang paling layak untuk menshalatkan. Akhirnya, Imam Rabi’ah dan beberapa ulama terkemuka lainnya terpilih untuk tugas tersebut.

Tiga hari setelah pemakaman, seorang wali Allah di Madinah bermimpi melihat almarhum dalam penampilan yang sangat elok. Dalam mimpi tersebut, almarhum berkata, “Derajatku yang tinggi ini bukan didapat dengan berkah ilmu.” Ketika ditanya apa yang mengantarkannya ke derajat mulia tersebut, almarhum menjawab, “Allah memberikanku satu derajat yang begitu tinggi di surga atas setiap bab dalam satu disiplin ilmu yang kupelajari.”

Kisah ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi santri-santri di Madinah, termasuk Yahya. Mereka yang awalnya malas dan kehilangan semangat dalam menuntut ilmu, menjadi termotivasi untuk kembali belajar dengan sungguh-sungguh. Mereka menyadari bahwa ilmu yang mereka pelajari bukan hanya untuk kehidupan dunia, tetapi juga sebagai bekal untuk akhirat.

Dari kisah ini, kita dapat mengambil hikmah bahwa kesungguhan dalam menuntut ilmu dapat membawa seseorang ke derajat yang tinggi di hadapan Allah. Semangat dan ketekunan dalam belajar merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan, baik di dunia maupun di akhirat. Kisah Imam Malik RA dan santri-santrinya mengajarkan kita untuk selalu berusaha keras dan tidak pernah menyerah dalam mengejar ilmu pengetahuan.

Oleh: Badrut Tamam (PP. Assholihiyyah Semarang)

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *