Dinamika Pelaksanaan dan Hukum Do`a Qunut Dalam Sholat Witir Bulan Ramadhan

Saat ini sudah memasuki malam pertengahan bulan Ramadhan. Malam bulan pertengahan Ramadhan memiliki banyak hal-hal istimewa di dalamnya, yakini amalan do`a qunut pada sholat witir. Do`a qunut dibaca ketika rokaat terakhir sholat witir. Lalu bagaimana hokum do`a qunut pada sholat witir dalam Ramadhan?.

Pada zaman kholifah Umar bin Khatab memerintah untuk menghidupkan kembali sholat tarawih. Dalam kejadian ini sholat tarawih kembali mewarnai Ramadhan dan ini termasuk bid`ah yang paling baik sepanjang masa, karena menyimpan untuk mengerjakan sholat sunnah dan memupuk persatuan yang erat.  amalan do`a qunut ini disebutkan melalui atsar atau perkataan sahabat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam sbg berikut :

أن عمر بن الخطاب جمع الناس على أبي بن كعب فكان يصلي لهم عشرين ليلة ولا يقنت الا في النصف الباقى من رمضان. رواه أبو داود

“Sesungguhnya Umar Ibn Khattab radliyallahu anhu (wafat 644 M di Masjid Nabawi Madinah) berinisiatif mengumpulkan masyarakat agar shalat tarawih bersama (dgn imam) Abu Mundzir Ubay Ibn Ka’ab Al-Khazraji radliyallahu anhu (wafat 29 H / 649 M di Jannatul Baqi’ Madinah), maka beliau shalat tarawih bersama mereka selama 20 malam, dan beliau tidak berdoa qunut, kecuali dalam separuh yg kedua (malam 16 Ramadhan hingga seterusnya)”.(HR. Imam Abu Dawud rahimahullah wafat 889 M di Basrah Iraq).

Berikutnya, Al-Imam Abubakar Ahmad bin Husain bin Ali bin Abdullah Al-Baihaqi Asy-Syafi’i Al-Asy’ari An-Naisaburi atau Imam Al-Baihaqi rahimahullah (wafat 1066 M Naisabur, Iran) dalam karyanya Kitab Ma’rifatus Sunan Wal Atsar (4/44) dan Kitab Sunanul Kubro, pada “Bab Man Qaala Laa Yaqnut fil Witri Illaa Fin Nishfil Akhiri Min Ramadan (Bab komentar orang-orang yang tidak berqunut kecuali pada pertengahan terakhir bulan Ramadan), menyebutkan beberapa riwayat :

1. Mengutip pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah (wafat 820 M di Fustat Mesir), yang mengatakan bahwa pada separuh terakhir bulan Ramadhan, umat Muslim membaca doa Qunut. Amalan ini juga pernah dilakukan oleh Abdullah Ibnu Umar radliyallahu anhu (wafat 693 M di Makkah) dan Mu’adza Al-Qari radliyallahu anhu.

قال الشافعي: ويقنتون في الوتر في النصف الآخر من رمضان، وكذلك كان يفعل ابن عمر، ومعاذ القاري

“Mereka berqunut di dalam shalat Witir pada pertengahan akhir bulan Ramadan, seperti itulah yg dilakukan oleh Ibnu ‘Umar dan Mu’adz al-Qari.”

2. Keterangan Imam Abu Bakar Muhammad bin Sirin Al-Bashri atau Imam Ibnu Sirin rahimahullah (wafat 12 Januari 729 M, Basrah, Irak) dari sebagian sahabatnya, bahwa : “Sahabat Ubay bin Ka’ab radliyallahu anhu mengimami mereka, yakni pada bulan Ramadhan, ia berqunut pada pertengahan terakhir bulan Ramadan”

3. Dari Imam Abu Abdullah Al-Harits bin Asad bin Ma’qil Al-Hamdani Al-Muhasibi atau Imam Al-Harits Al-Muhasibi rahimahullah (wafat 857 M, Baghdad, Irak) dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib radliyallahu ‘anh, bahwa ia berqunut pada pertengahan terakhir dari bulan Ramadan”

4. Al-Imam Al-Faqih Al-Muhaddits Ats-Tsiqah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Harits bin Al-Miskin Az-Zuhri Al-Mishri Asy-Syafi’i atau Imam Ibnu Miskin rahimahullah (wafat 301 H / 913 M di Mesir) berkata : Imam Ibnu Sirin rahimahullah tidak menyukai qunut didalam shalat Witir, kecuali pada pertengahan akhir shalat bulan Ramadan”.

5. Dari Imam Abu Al-Khattab Qatadah bin Di’amah As-Sadusi rahimahullah (wafat 736 M di Basrah Iraq) mengatakan : “doa qunut dilakukan pada pertengahan akhir bulan Ramadan”

Perbedaan 4 Madzhab

1. Madzhab Hanafi

Imam Abu Hanifah rahimahullah (wafat 767 M di Baghdad Irak) berpendapat wajib hukumnya membaca do`a qunut sebelum ruku` sepanjang tahun. Sementara menurut kedua muridnya, Imam Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim Al-Anshari Al-Hanafi Al-Baghdadi rahimahullah (wafat 182 H / 798 M, Baghdad, Irak) dan Imam Abū ʿAbdullah Muhammad Bin Al-Hasan Bin Farqad Asy-Syaibani Al-Hanafi rahimahullah (wafat 189 H / 805 M, Rey, Iran), mengatakan hukumnya sunnah.

2. Madzhab Maliki

Ulama Malikiyah yang masyhur hukumnya adalah makruh, tetapi dalam satu riwayat dalam Kitab Al-Muwatha’ disebutkan bahwa Imam Malik bin Anas rahimahullah (wafat 796 M di Jannatul Baqi’ Madinah) melakukan amalan do`a qunut di separuh terakhir Ramadan (sebelum ruku`).

وَلاَ يَقْنُتُ فِيْهِ إِلاَّ فِي النِّصْفِ اْلاَخِيْرِ مِنْ رَمَضَانَ، رُوِيَ ذَلِكَ عَنْ عَلِيٍّ وَأُبَيٍّ وَهُوَ قَوْلُ مَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ اِخْتَارَهُ اْلاَثْرَمُ لِمَا رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ جَمَعَ النَّاسَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ فَكَانَ يُصَلِّيْ بِهِمْ عِشْرِيْنَ وَلاَ يَقْنُتُ اِلاَّ فِي النِّصْفِ الثَّانِيْ، رواه أبو داود

“Dan tidak disunnahkan berqunut pada witir kecuali pada separoh terakhir dari Ramadlan. Riwayat tersebut dari Ali dan Ubay, itulah pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i yg dipilih oleh Imam Ahmad bin Hani Al-Atsram karena berdasarkan riwayat sesungguhnya Umar bin Khattab radliyallahu anhu mengumpulkan umat Islam pada Ubay bin Ka’ab, lalu dia shalat bersama mereka sebanyak dua puluh rakaat dan tidak berqunut kecuali pada separoh kedua. Hadits riwayat Abu Dawud,” (Kitab Syarh Al-Kabir Li Ibni Qudamah : I/719).

3. Madzhab Syafi’i

Ulama Syafi’iyah menyatakan bahwa pendapat yang paling masyhurl hukumnya adalah sunnah, khususnya qunut witir di separuh terakhir Ramadan (setelah ruku`). Sebagian ulama Syafi`iyah menilai, tidak ada qunut di bulan Ramadan. Sebagian lagi berpendapat membolehkan qunut sepanjang Ramadhan.

Ulama muhaqqiq Madzhab Syafi’i, Imam Muhyiddin An-Nawawi Ad-Dimasyqi Asy-Syafi’i atau Imam Nawawi rahimahullah (wafat 1277 M di Nawa Suriah) dalam Kitab Al-Adzkar An-Nawawiyyah (halaman 67) menegaskan pendapat serupa bahwa para ulama kalangan madzhab Syafi’i menganjurkan pembacaan doa qunut pada separuh terakhir di bulan Ramadhan.  Pendapat yg paling kuat menurutnya adalah qunut dibaca pada separuh terakhir Ramadan.

ويستحب القنوت عندنا في النصف الأخير من شهر رمضان في الركعة الأخيرة من الوتر، ولنا وجه: أن يقنت فيها في جميع شهر رمضان، ووجه ثالث: في جميع السنة، وهو مذهبُ أبي حنيفة، والمعروف من مذهبنا هو الأوّل

“Menurut kami, disunnahkan Qunut di akhir witir pada separuh akhir Ramadhan. Ada juga dari kalangan kami (Syafiiyyah) yg berpendapat, disunnahkan Qunut di sepanjang Ramadhan. Kemudian ada pula yg berpendapat bahwa disunnahkan Qunut di seluruh shalat sunnah. Ini menurut madzhab Abu Hanifah. Namun, yg baik menurut madzhab kami adalah model yg pertama, yaitu Qunut pada separuh akhir Ramadhan.”

4. Madzhab Hambali

Ulama Hanabilah berpendapat hukumnya sunnah sepanjang tahun setelah ruku`.

Mengutip Prof. Dr. Syaikh Wahbah Musthofa Az-Zuhaili Asy-Syafi’i rahimahullah (wafat 2015 M di Syuriah) dalam Kitab Al-Fuqhul Islami Wa Adillatuhu (Jilid 2), disimpulkan, ada perbedaan pendapat mengenai pengamalan letak doa qunut witir dari 4 madzhab.

1. Sebelum Ruku’.

Pendapat Imam Hanafi rahimahullah dan Imam Maliki rahimahullah. Berdasarkan hadits riwayat dari para sahabat seperti Sayyidina Umar bin Khattab radliyallahu anhu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib karromallahu wajhah, Abdullah Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Anhu, Abdullah Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu dan Ubay bin Ka’ab Al-Khazraji radliyallahu anhu.

2. Sesudah Ruku’

Pendapat Imam Asy-Syafi’i rahimahullah dan Imam Hambali rahimahullah.

Perbedaan pendapat ini, juga disampaikan oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah (wafat 892 M di Tirmidz Uzbekistan) : “Para ulama berbeda pendapat dalam qunut Witir. antara lain :

1. Sahabat Abdullah bin Mas’ud radliyallahu anhu (wafat 650 M di Jannatul Baqi’ Madinah) memandang qunut Witir dilakukan sepanjang tahun dan memilih melakukan qunut sebelum ruku`.

Pernyataan ini merupakan pendapat dari sebagian ulama dan pendapat Imam Sufyaan Ats-Tsauri Al-Bashri rahimahullah (wafat 778 M, Basrah Irak), Imam Abu Abdirrahman Ibnul Mubarak rahimahullah (wafat 797 M, Hit, Irak), Imam Ishaq bin Rahawaih rahimahullah (wafat 852 M, Naisabur, Iran) dan mayoritas ulama Ahlu Kufah.

3. Diriwayatkan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib karromallahu wajhah (wafat 661 M di Kufah Iraq), bahwa beliau tidak qunut kecuali di separuh akhir dari bulan Ramadhan dan melakukannya setelah ruku`. Inilah pendapat sebagian ulama, dan menjadi pendapat asy-Syafi’i rahimahullah dan Ahmad rahimahullah”.

5 Keutamaan

Membaca do`a qunut (semua jenis qunut) memiliki keutamaan di dalamnya. Terlebih saat bulan Ramadhan, maka terdapat banyak kebaikan di dalamnya.

Keutamaan membaca doa qunut sangat luas dan komplit, segala hajat dan kebutuhan sebagai seorang manusia disebutkan dalam kalimat do`a qunut. Diantaranya adalah :

1.  Agar selalu memperoleh petunjuk dari Allah SWT.

2. Agar tetap diberikan dan dilimpahkan kesehatan jasmani dan rohani, ketika Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kesehatan maka penyakit apapun tidak akan berpengaruh, sebab jasmani dan rohani dalam penjagaan Allah SWT.

3. Agar selalu dalam perlindungan Allah SWT dari segala ancaman, mara bahaya, baik fisik, nonfisik maupun metafisik dalam naungan penjagaan Allah subhanahu wa ta’ala.

4. Agar senantiasa dilimpahkan ampunan Allah SWT dan dibersihkan dari dosa, kenikmatan husnul khatimah ketika mati.

5. Agar selalu dikaruniai rahmat, keberkahan hidup, kemuliaan, dan istiqomah dalam do’a curahan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya (harapan mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad SAW kelak di yaumul Qiyamah).

Wallahu A’lam. Semoga bermanfaat !!

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *