santrimillenial.id – Falsafah Jawa, yang dikenal juga sebagai filsafat Jawa, adalah kumpulan ajaran yang berakar pada budaya Jawa dan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa. Falsafah ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari cinta, kepemimpinan, hingga cara hidup yang harmonis dengan alam dan sesama manusia.
Kebudayaan Jawa yang kaya telah melahirkan falsafah-falsafah yang mendalam dan filosofis. Falsafah Jawa tidak hanya sekedar pepatah atau peribahasa, melainkan panduan hidup yang mengandung nilai-nilai luhur dan kebijaksanaan. Falsafah ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan tetap relevan hingga saat ini.
Salah satu falsafah Jawa yang terkenal adalah “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”. Falsafah ini merupakan semboyan dalam dunia pendidikan yang dipopulerkan oleh Ki Hajar Dewantara. Falsafah ini mengajarkan tentang pentingnya memberikan teladan yang baik, memiliki inisiatif dan ide yang bermanfaat, serta mendukung dari belakang dengan bijaksana.
Cinta dalam falsafah Jawa diartikan secara luas, tidak hanya terbatas pada hubungan antara pria dan wanita, tetapi juga mencakup kasih sayang dan welas asih yang universal. Contohnya adalah “Witing tresno jalaran soko kulino”, yang berarti cinta dapat tumbuh karena kebiasaan.
Dalam konteks kehidupan, falsafah Jawa mengajarkan “Urip iku urup”, yang berarti hidup itu harus menyala, memberi manfaat pada lingkungan sekitar kita. Ini menggambarkan pentingnya kehidupan yang tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kebaikan bersama.
Dalam aspek kepemimpinan, falsafah Jawa mengajarkan “Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto dur Hangkoro”, yang berarti sebagai manusia kita harus berusaha menghadirkan keselamatan, ketenteraman, dan berusaha memberantas angkara murka dan kesewenang-wenangan. Ini menekankan pentingnya pemimpin yang membawa kemanfaatan dan keberanian untuk melawan tindakan jahat.
Falsafah Jawa juga selaras dengan nilai-nilai kebaikan universal, seperti sabar, moral, dan kepemimpinan. Misalnya, “Sura dira jaya ningrat, lebur dening pangastuti”, yang berarti keberanian, kekuatan, kejayaan, dan kenikmatan akan kalah dengan kasih sayang dan kebaikan. Ini mengajarkan bahwa setiap keburukan pasti akan kalah dengan kebaikan.
Falsafah Jawa adalah warisan budaya yang tak ternilai. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak hanya relevan bagi masyarakat Jawa, tetapi juga bagi siapa saja yang mencari panduan hidup yang penuh dengan kebijaksanaan dan kebaikan. Dengan memahami dan menerapkan falsafah Jawa dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan bermakna. Falsafah Jawa mengajarkan kita untuk hidup tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kebaikan yang lebih besar, untuk lingkungan dan masyarakat di sekitar kita.
Oleh: Badrut Tamam (PP. Assholihiyyah Semarang)
Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…
Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…
Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…
Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…
Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…
Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…