Narasi

Fenomena Fatherless, Ayah Berperan Penting dalam Perkembangan Anak

Sekitar satu tahu lalu, fenomena fatherless menjadi perbincangan di media sosial. Meskipun istilah tersebut sudah ada sejak lama. Fatherless tidak hanya bermakna sebagai gambaran seorang anak yang tidak tumbuh bersama anaknya. Namun bisa terjadi ketika anak hidup bersama dengan ayah, tetapi tidak berkomunikasi secara baik.

Faktor tersebut bisa terjadi karena kematian ayah, perceraian orangtuanya hingga sosok ayah yang tidak bertanggung jawab. Ketidakhadiran ayah dalam kehidupan anak, akan mempengaruhi psikologis dan psikis. Mereka akan merasakan kehilangan atau merindukan sosok ayah dalam perjalanan hidupnya.


Beberapa kasus, memang tidak semua anak yang mengalami fatherless akan bertumbuh sebagai remaja yang nakal atau terganggu psikologinya. Namun, tidak menutup kemungkinan akan membawa pribadi anak menjadi bahaya ketika sudah dewasa.

Dampak Negatif Fatherless


Melansir dari ITS.ac.id yang berjudul Fatherless: Mempertanyakan Keberadaan Ayah dalam Kehidupan Anak, Itsbar sebagai penulis berpendapat, fatherless bisa memberi efek gangguan kejiwaan karena haus akan kasih sayang sosok ayah. Selain itu juga berdampak pada sikap anak yang minim akan memberi apresiasi pada dirinya sendiri.


Kecemasan dan rasa takut bisa terjadi akibat fatherless, gangguan psikologi hingga kenakalan pada remaja. Perlu diingat, tidak semua dampak negatif itu ada pada anak-anak yang tidak mempunyai ayah. Sebab pendidikan dan pola asuh keluarga akan sangat mempengaruhi anak. Ketika mendidik dengan baik, akan mencetak generasi yang potensial.


Menyoroti fenomena fatherless yang masif, lebih kepada mereka yang merasakan kekurangan kasih sayang ayahnya. Entah masih ada di dunia ataupun tidak. Salah satu fakta menarik yang menciptakan adanya fatherless, muncul dari hasil stigma masyarakat.

Beberapa Kasus Munculnya Fatherless

Beberapa kasus yang menjadi faktor munculnya fatherless, ketika masyarakat memahami jika sosok ayah hanya menjadi kepala keluarga dan pencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Setelah bekerja, suami tidak menyempatkan waktu untuk berdialog bersama keluarga kecilnya. Anggapan bahwa istri yang bertugas mengurus anak memberi peluang untuk sosok ayah tidak menyempatkan waktu bersama mereka dan lebih memilih istirahat.


Stigma bahwa ayah hanya bekerja serta istri cukup mengurus anak dan rumah, berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat. Sehingga ketika tugas tersebut dibalik, akan dipahami dengan ketidaknormalan atau malah mengganggap sebagai kegagalan seorang ibu mengurus anaknya. Padahal tugas mengurus anak adalah tanggung jawab bersama.


Tugas ayah tidak hanya berhenti sebagai pencari nafkah. Figur ayah ternyata sangat penting dalam pertumbuhan anak. Entah menjadi sosok inspirasi bagi anak, melatih disiplin bahkan memberi contoh dalam menyikapi keluarga. Maka, anak sangat mengharapkan dan memerlukan sosok ayah.

Peran Ayah dalam Al-Quran


Dalam Al-Quran, ada beberapa ayat yang membahas bagaimana peran ayah dalam kehidupan anak. Karena pada dasarnya anak menjadi salah satu anugrah yang Allah berikan sebagai keturunan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS (Luqmān [31]:13)


وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ


(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.”


Ayat tersebut memang memiliki berbagai pandangan, ada yang menyebutnya sebagai nasihat tetapi ada pula yang mengartikan sebuah peringatan dan ancaman karena melihat dari segi asbabun nuzul ayat. Dimana seorang anak yang tidak mengakui ketauhidan.


Menurut Quraisy Shihab dalam tafsir Al Misbah, ayat tersebut memberikan gambaran, bagaimana Luqman berkata kepada anaknya dengan cara yang lembut, tidak membentak dan penuh kasih sayang. Ayat tersebut sekaligus menyirat pelajaran tentang keesaan Allah.


Tidak lepas dari itu, ayat ini menjadi cermin bagaimana sosok ayah yang mengajarkan anaknya untuk berbuat kebaikan dengan memberi tahu akan keesaan Allah. Tentunya dengan cara yang baik dan penuh kasih sayang. Ini juga menunjukkan ada peran penting sosok ayah dalam mengasuh anak.

Ayu Sugiarti

Recent Posts

Teknologi Digital: Penyelamat atau Penjerat?

Teknologi digital sudah merambah pada setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja,…

2 jam ago

Generasi Toleran: Revolusi Hati untuk masa depan yang Damai

Toleransi, sebuah kata yang sering kita dengar namun tak selalu kita pahami sepenuhnya. Di era…

2 hari ago

Menjaga Kecantikan dari Dalam: Akhlak sebagai Kunci Utama

Kecantikan sering kali diasosiasikan dengan penampilan fisik, seperti kulit bersih, tubuh ideal, atau wajah menarik.…

2 hari ago

Filosofi dan Singkatan Dari Huruf Santri

Menjelang Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2024 ini, kontribusi santri sudah merebak di berbagai hal.…

2 hari ago

Mahasiswa KKN 78 Iain Kudus Berpartisipasi dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di Masjid/Mushola Desa Wandankemiri pada saat Bulan Mulud

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momen yang penuh berkah dan semangat kebersamaan di tengah…

3 hari ago

Mahasiswa KKN-MB 078 IAIN Kudus Gelar Kegiatan Jumat Berkah (Berbagi di Hari Jumat)

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari program KKN-Moderasi Beragama (KKN-MB) 078 IAIN Kudus yang bertempat…

3 hari ago