Kunci sukses merupakan topik yang menarik untuk dibahas, terutama dalam konteks pemikiran ulama’ dan ahli psikologi. Kedua perspektif ini menawarkan pandangan yang komplementer mengenai pentingnya kebiasaan dalam mencapai keberhasilan. Ulama’ sering menekankan pentingnya kebiasaan baik sebagai manifestasi dari disiplin rohani dan moral yang berakar dalam ajaran agama. Sementara itu, ahli psikologi melihat kebiasaan sebagai perilaku berulang yang terbentuk melalui proses pengondisian dan memainkan peran krusial dalam pembentukan karakter dan pencapaian tujuan jangka panjang.
Dengan mengeksplorasi pandangan dari kedua disiplin ini, kita dapat memahami bagaimana kebiasaan yang positif tidak hanya membentuk individu yang sukses dari segi material, tetapi juga dari segi moral dan rohani. Untuk memahami lebih dalam mengenai pentingnya kebiasaan sebagai kunci sukses, kita dapat mengkaji pandangan ulama’ dan ahli psikologi secara lebih mendetail. Kedua perspektif ini menawarkan wawasan yang kaya mengenai bagaimana kebiasaan yang baik dapat mengarahkan seseorang menuju kesuksesan yang komprehensif.
Dalam pandangan ulama’, kebiasaan baik merupakan salah satu pilar utama dalam mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Islam sangat menekankan pentingnya membentuk kebiasaan yang baik, seperti yang tercermin dalam berbagai ajaran dan praktik ibadah. Salah satu dalil yang relevan adalah hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang artinya: “Perbuatan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus-menerus dilakukan meskipun itu sedikit.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menekankan pentingnya konsistensi dalam beramal. Kebiasaan baik yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun kecil, memiliki nilai yang tinggi di mata Allah SWT. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, kebiasaan tidak hanya dilihat dari kuantitas, tetapi juga kualitas dan kesinambungannya.
Selain itu, Al-Qur’an juga mengajarkan pentingnya ketekunan dan usaha yang konsisten dalam menjalani kehidupan.
Dalam Surah Al-Insyirah ayat 7-8, Allah SWT berfirman:
“Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah: 7-8)
Ayat ini mengajarkan bahwa setelah menyelesaikan suatu tugas, seorang Muslim harus tetap berusaha dan bekerja keras dalam tugas lainnya. Hal ini menunjukkan pentingnya kebiasaan untuk terus berusaha dan tidak berpuas diri.
Dari perspektif psikologi, kebiasaan dianggap sebagai salah satu elemen kunci dalam mencapai kesuksesan. Psikolog James Clear, dalam bukunya “Atomic Habits,” menjelaskan bahwa kebiasaan adalah perilaku yang dipelajari dan diulang hingga menjadi otomatis. James Clear berargumen bahwa perubahan kecil yang dilakukan secara konsisten dapat menghasilkan perbedaan besar dalam jangka panjang.
James Clear menggambarkan konsep “The Habit Loop” yang terdiri dari tiga komponen: cue (pemicu), routine (rutinitas), dan reward (imbalan). Dengan memahami dan mengoptimalkan ketiga komponen ini, seseorang dapat membentuk kebiasaan positif yang mendukung pencapaian tujuan mereka. Misalnya, jika seseorang ingin membentuk kebiasaan membaca setiap hari, mereka bisa menetapkan waktu tertentu (cue), memulai dengan membaca buku yang menarik (routine), dan memberikan diri mereka penghargaan setelah selesai membaca (reward).
Selain itu, penelitian psikologi juga menunjukkan bahwa kebiasaan yang baik dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mental. Dalam sebuah studi yang diterbitkan di “European Journal of Social Psychology,” Lally et al. (2010) menemukan bahwa diperlukan rata-rata sekitar 66 hari untuk membentuk kebiasaan baru. Studi ini menegaskan pentingnya kesabaran dan konsistensi dalam membangun kebiasaan yang dapat mendukung kesuksesan jangka panjang.
Menggabungkan pandangan ulama’ dan ahli psikologi, kita dapat menyimpulkan bahwa kebiasaan baik adalah fondasi penting bagi kesuksesan yang komprehensif. Dari perspektif ulama’, kebiasaan yang baik harus dijaga dan dilandasi oleh niat yang tulus serta dilakukan secara konsisten. Sementara itu, dari sudut pandang psikologi, pembentukan kebiasaan melibatkan pemahaman tentang bagaimana perilaku terbentuk dan diulang. Dengan mempraktikkan kebiasaan positif secara konsisten, kita dapat mencapai keberhasilan yang tidak hanya bersifat material, tetapi juga rohani dan moral.
Oleh: Muhammad Sholihul Huda, PP Mansajul Ulum, Pati.
Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…
Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…
Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…
Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…
Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…
Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…