santrimillenial – Di era digital sekarang ini, gatget sudah menjadi hal yang tidak asing lagi bagi semua kalangan. Kemerosotan norma agama di tengah maraknya penggunaan gadget menjadi fenomena yang semakin mencemaskan. Gadget, dengan segala kemudahan dan kelebihannya, telah merasuk ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Tidak hanya sebagai alat komunikasi, gadget kini berperan sebagai sumber hiburan, informasi, dan bahkan pendidikan.
Namun, di balik manfaat yang ditawarkan, dampak negatifnya juga tak boleh untuk disepelekan. Terlebih lagi terhadap nilai-nilai dan norma agama yang dijunjung tinggi. Kemudahan akses informasi dan hiburan seringkali membuat individu, terutama generasi muda, tergelincir dalam konten-konten yang bertentangan dengan ajaran agama. Lebih jauh, ketergantungan pada gadget juga berpotensi mengurangi waktu untuk refleksi rohani dan praktik keagamaan, sehingga mengikis kesadaran dan kepatuhan terhadap norma agama. Oleh karena itu, penting untuk menelaah lebih lanjut bagaimana masyarakat dapat menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan pelestarian nilai-nilai religius agar tetap teguh di tengah arus perubahan zaman.
Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Norma Agama
Penggunaan gadget secara berlebihan sering kali mengganggu praktik ibadah sehari-hari seseorang. Misalnya, banyak individu yang cenderung lebih fokus pada media sosial atau permainan di gadget mereka daripada meluangkan waktu untuk sholat, membaca Al-Qur’an, atau aktivitas keagamaan lainnya. Hal ini bisa mengakibatkan penurunan kualitas spiritual dan koneksi dengan Tuhan.
Gadget, terutama internet, membuka akses luas ke berbagai konten, termasuk yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama. Konten negatif seperti pornografi, kekerasan, dan ujaran kebencian dapat dengan mudah diakses, merusak moral individu dan masyarakat. Dalam perspektif agama, hal ini sangat mengkhawatirkan. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap umatku akan diampuni, kecuali yang terang-terangan berbuat dosa…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kehadiran gadget seringkali mengurangi kualitas interaksi sosial dan kekeluargaan. Banyak waktu yang seharusnya dihabiskan bersama keluarga dalam berkomunikasi atau melakukan aktivitas bersama, kini tergantikan dengan interaksi di dunia maya. Padahal, menjaga silaturahmi dan hubungan kekeluargaan adalah salah satu anjuran penting dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahim” (HR. Bukhari dan Muslim).
Penggunaan gadget yang berlebihan juga dapat mengakibatkan seseorang kehilangan fokus pada kehidupan nyata. Terlalu terlibat dalam dunia virtual membuat banyak orang lalai terhadap tanggung jawab dan tugas-tugas dunia nyata, termasuk dalam hal menjalankan ajaran agama. Firman Allah dalam Al-Qur’an, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” (QS. Ali Imran: 133). Ayat ini mendorong umat Islam untuk selalu bersegera dalam berbuat kebaikan dan bertakwa, yang bisa terhambat jika waktu lebih banyak dihabiskan dengan gadget.
Melihat berbagai dampak negatif yang diakibatkan gadget, maka perlu adanya upaya untuk mengatasinya. Di antaranya bisa melakukan hal sebagai berikut:
Mengadakan program pendidikan dan penyuluhan mengenai bahaya penggunaan gadget dengan semua kalangan. Edukasi bisa dilakukan melalui khutbah, seminar, dan diskusi kelompok. Cara menggunakan gadget untuk tujuan yang positif bisa dilakukan seperti mengakses aplikasi keagamaan, mendengarkan ceramah, atau membaca Al-Qur’an secara digital.
2.Pembatasan Waktu Penggunaan
Menetapkan aturan batasan waktu penggunaan gadget, terutama untuk anak-anak dan remaja. Orang tua dan lembaga pendidikan harus berperan aktif dalam mengawasi dan mengontrol penggunaan gadget di kalangan muda. Hal ini bisa berupa makan bersama, beribadah bersama, atau kegiatan sosial lainnya yang memperkuat ikatan emosional dan rohani.
Maraknya penggunaan gadget ini membawa tantangan yang serius terhadap pelestarian norma-norma agama. Untuk menghadapi kemerosotan ini, diperlukan usaha kolektif dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam mengedukasi, mengontrol, dan mengarahkan penggunaan teknologi secara bijak. Dengan demikian, keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai agama dapat terjaga dan memungkinkan kita untuk tetap teguh dalam keimanan di era digital ini.
Oleh: Muhammad Sholihul Huda, PP Mansajul Ulum, Pati.
Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…
Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…
Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…
Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…
Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…
Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…