Tanda – tanda Matinya Hati Seseorang

santrimillenial.id – Jika kondisi seseorang tidak lagi peka terhadap nilai-nilai moral, spiritual, atau etika, maka diindikasikan hatinya telah mati. Berikut beberapa tanda hati yang mati:

1. Tidak Merasa Bersalah atas Dosa
Seseorang tidak lagi merasa bersalah atau menyesal saat melakukan perbuatan yang salah atau berdosa. Hal ini karena besarnya rasa sombong yang menyelimuti hatinya, dan termakan bisikan setan yang terkutuk. Dampak dari sikap ini adalah ia akan semakin jauh dari pintu taubat.

2. Tidak Ada Rasa Empati atau Kasih Sayang
Kurangnya empati terhadap orang lain dan tidak merasa tersentuh oleh penderitaan orang lain. Padahal nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada umatnya untuk saling menebar rasa kasih sayang. Dijelaskan dalam kitab mawa’idz usfuriyyah mengutip hadis nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
عن عبد الله بن عمر رضي الله تعالى عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء.
Dari Abdulloh bin Umar RA berkata, Rasululloh SAW bersabda: Orang-orang yang pengasih akan dikasihi Allah Sang Maha Pengasih, Kasihilah siapapun di bumi maka yang di langit akan mengasihimu.

3. Menjauh dari Ibadah
Mengabaikan atau meninggalkan kewajiban ibadah dan tidak merasa kehilangan akan hubungan dengan Tuhan. Biasanya berawal dari meninggal kan ibadah yg sifatnya tidak wajib, tapi lambat laun seseorang pasti akan meremehkan hal- yang bersifat wajib, dan sama sekali tidak menyesal ketika meninggalkan kewajiban.

4. Mengabaikan Nasihat dan Peringatan
Tanda berikutnya yaitu tidak mendengarkan atau mengabaikan nasihat baik dan peringatan dari orang lain.
Sikap ini merupakan sikap yang paling mencerminkan bahwa orang tersebut telah mati hatinya. Sikap ini juga kerap dijadikan contoh yang disematkan oleh orang lain sebagai klaim kepada orang yang mati hatinya.
5. Menganggap Ringan Dosa
Merasa bahwa dosa adalah sesuatu yang sepele dan tidak penting, sehingga terus melakukannya tanpa rasa takut atau cemas akan konsekuensinya. Padahal orang yang terus menerus melakukan dosa, walaupun dosa kecil maka ia akan disebut sebagai orang fasiq. Terlebih dosa besar bila diremehkan maka akan berpotensi menyebabkan kekufuran.

Kondisi hati yang mati dapat diatasi dengan usaha sungguh-sungguh untuk kembali mendekatkan diri kepada Tuhan, berintrospeksi diri, dan memperbaiki perilaku serta hubungan dengan orang lain.

Menghidupkan Hati yang Mati


Mengatasi hati yang mati memerlukan usaha yang sungguh-sungguh dan konsisten. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghidupkan kembali hati yang mati:

1. Memperbanyak Ibadah
Tingkatkan frekuensi dan kualitas ibadah seperti shalat, puasa, membaca Al-Quran, dan dzikir. Mendekatkan diri kepada Tuhan adalah cara utama untuk menghidupkan hati yang mati. Sesuai dengan tujuan awal Allah SWT menciptakan jin dan manusia, yang tertuang dalam Alqur’an surat Adzdzariyat ayat 56 yang berbunyi:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Yang artinya:Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

2. Bertobat dengan Sungguh-sungguh
Mohon ampun kepada Tuhan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Tobat yang ikhlas dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan adalah langkah penting untuk membersihkan hati. Sebagaimana diperintahkan oleh Alloh dalam surat Attahrim ayat 8, yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).
Para ulama berpendapat bahwa Syarat taubat ada tiga, yaitu: Berhenti dari perbuatan dosa tersebut,berjanji tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut, dan menyesali perbuatan dosa tersebut.

3. Bergaul dengan Orang Sholeh
Teman yang baik dan lingkungan yang positif akan membantu memperkuat iman dan mendorong kita untuk selalu berada di jalan yang benar. Kalau pepatah mengatakan “bergaullah dengan penjual parfum, kelak kamu akan ikut mendapatkan wanginya”
4. Membaca dan Merenungkan Al-Quran Al-Quran adalah sumber hidayah dan petunjuk. Membaca, memahami, dan merenungkan makna-makna dalam Al-Quran dapat membantu melembutkan hati.

5. Berbuat Kebaikan dan Sedekah
Melakukan amal kebaikan seperti bersedekah, membantu orang lain, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial dapat menghidupkan hati dan menumbuhkan rasa empati serta kasih sayang.
6. Meningkatkan Kesadaran Diri (Introspeksi)
Lakukan muhasabah atau introspeksi diri secara rutin. Evaluasi perbuatan dan niat, serta berusaha untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan. Senantiasa memperbaiki diri hingga lebih baik lan lebih baik lagi. Karena orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin.

7. Berdoa
Berdoa agar diberi hidayah dan kekuatan untuk mengatasi hati yang mati. Doa adalah senjata bagi orang beriman dan cara untuk meminta bantuan dari Tuhan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
الدعاء سلاح المؤمن، وعماد الدين، ونور السماوات والأرض

Artinya: “Doa adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR Abu Ya’la).

8. Memperbaiki Niat
Pastikan setiap perbuatan yang dilakukan didasari oleh niat yang ikhlas dan hanya mengharap ridha dari Tuhan.Karena diterima dan tidaknya, sah dan tidaknya amal seseorang juga mempertimbangkan niatnya. Sebagaimana hadits nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:
عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (( إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَِى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ )). رَوَاهُ إِمَامَا الْمُحَدِّثِيْنَ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيْلَ بْنِ إِبْرَاهِيْمَ بْنِ الْمُغِيْرَةِ بْنِ بَرْدِزْبَهْ الْبُخَارِيُّ، وَأَبُوْ الْحُسَيْنِ مُسْلِمُ بْنُ الْحَجَّاجِ بْنِ مُسْلِمٍ الْقُشَيْرِيّ النَّيْسَابُوْرِيّ، فِيْ صَحِيْحَيْهِمَا اللَّذَيْنِ هُمَا أَصَحُّ الْكُتُبِ اْلمُصَنَّفَةِ.

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Al Khaththab adia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda: “Amalan-amalan itu hanyalah tergantung pada niatnya. Dan setiap orang itu hanyalah akan dibalas berdasarkan apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya keapda Allah dan Rasul-Nya. Namun barang siapa yang hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan tersebut.” (Diriwayatkan oleh dua Imamnya para ahli hadits, Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi dalam dua kitab shahih mereka, yang keduanya merupakan kitab yang paling shahih diantara kitab-kitab yang ada.)

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut secara konsisten, diharapkan hati yang mati dapat kembali hidup dan menjadi lebih peka terhadap nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.

Oleh: Al ma’ruf PP Salaf APIK Kaliwungu

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *