Narasi

Catcalling: Pelecehan di balik Candaan

santrimillenial.id – Di tengah keramaian kota, seringkali kita mendengar siulan atau komentar yang dilemparkan secara sembarangan kepada orang yang lewat, terutama perempuan. Fenomena ini dikenal dengan istilah catcalling, sebuah bentuk pelecehan yang kerap dianggap sepele atau bahkan sebagai candaan. Namun, di balik “candaan” tersebut, tersembunyi dampak psikologis yang mendalam bagi korban.

Catcalling adalah perilaku yang melibatkan teriakan, siulan, atau komentar seksual yang tidak diinginkan dari seseorang, biasanya dilakukan oleh pria kepada perempuan di ruang publik. Meskipun sering dianggap sebagai bentuk interaksi sosial yang tidak berbahaya, catcalling sejatinya adalah tindakan yang merendahkan dan mengobjektifikasi korban.

Mengapa Catcalling Merupakan Pelecehan?

Pada dasarnya, catcalling adalah tindakan yang tidak diundang dan sering kali membuat korban merasa tidak nyaman atau terancam. Ini bukan hanya tentang kata-kata yang diucapkan, tetapi juga tentang kekuasaan dan kontrol. Catcalling menempatkan pelaku dalam posisi dominan, di mana mereka merasa berhak memberikan penilaian atau komentar atas tubuh seseorang tanpa persetujuan.

Dampak Psikologis Catcalling

Dampak dari catcalling bisa sangat beragam, mulai dari rasa malu, ketakutan, hingga trauma. Korban catcalling sering kali merasa direduksi menjadi objek seksual semata, yang berdampak pada penurunan harga diri dan rasa aman. Dalam jangka panjang, catcalling dapat menyebabkan gangguan stres pascatrauma (PTSD), kecemasan, dan depresi.

Hukum dan Catcalling

Di beberapa negara, catcalling telah diakui sebagai bentuk pelecehan seksual dan dilarang oleh hukum. Di Indonesia, meskipun belum ada regulasi khusus yang mengatur tentang catcalling, tindakan ini dapat dikategorikan sebagai pelanggaran atas hak asasi manusia dan bentuk diskriminasi berbasis gender.

Bagaimana Menghadapi Catcalling?

Menghadapi catcalling memerlukan keberanian dan kesadaran. Korban dapat mengambil langkah-langkah seperti:

  • Mengabaikan pelaku dan meninggalkan situasi jika memungkinkan.
  • Menegur pelaku dengan tegas jika merasa aman untuk melakukannya.
  • Melaporkan kejadian kepada otoritas terkait jika catcalling berujung pada tindakan yang lebih serius.

Catcalling bukanlah candaan. Ini adalah bentuk pelecehan yang memiliki konsekuensi serius bagi korban. Penting bagi kita semua untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah ini dan mendukung mereka yang telah menjadi korban catcalling. Dengan demikian, kita dapat berkontribusi dalam menciptakan ruang publik yang lebih aman dan menghormati bagi semua orang.

Oleh: Badrut Tamam (PP. Assholihiyyah Genuk Semarang)

Badrut Tamam

Recent Posts

Teknologi Digital: Penyelamat atau Penjerat?

Teknologi digital sudah merambah pada setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja,…

2 jam ago

Generasi Toleran: Revolusi Hati untuk masa depan yang Damai

Toleransi, sebuah kata yang sering kita dengar namun tak selalu kita pahami sepenuhnya. Di era…

2 hari ago

Menjaga Kecantikan dari Dalam: Akhlak sebagai Kunci Utama

Kecantikan sering kali diasosiasikan dengan penampilan fisik, seperti kulit bersih, tubuh ideal, atau wajah menarik.…

2 hari ago

Filosofi dan Singkatan Dari Huruf Santri

Menjelang Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2024 ini, kontribusi santri sudah merebak di berbagai hal.…

2 hari ago

Mahasiswa KKN 78 Iain Kudus Berpartisipasi dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di Masjid/Mushola Desa Wandankemiri pada saat Bulan Mulud

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momen yang penuh berkah dan semangat kebersamaan di tengah…

3 hari ago

Mahasiswa KKN-MB 078 IAIN Kudus Gelar Kegiatan Jumat Berkah (Berbagi di Hari Jumat)

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari program KKN-Moderasi Beragama (KKN-MB) 078 IAIN Kudus yang bertempat…

3 hari ago