Narasi

Paradoks Orang Indonesia: Ramah di Dunia Nyata, Paling Tidak Sopan di Dunia Maya

santrimillenial.id – Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan penduduk yang ramah dan santun. Sapaan hangat dan senyum tulus sering kali menjadi ciri khas interaksi sosial di berbagai daerah. Di dunia nyata, orang Indonesia dikenal dengan sikap saling membantu, gotong royong, dan keramahan yang membuat para wisatawan merasa betah dan dihargai. Namun, ada fenomena menarik dan kontras yang muncul ketika kita beralih ke dunia maya: orang Indonesia sering kali dianggap sebagai salah satu pengguna internet yang paling tidak sopan.

Keramahan di Dunia Nyata

Keramahan orang Indonesia sudah dikenal di seluruh dunia. Dalam berbagai kesempatan, masyarakat Indonesia menunjukkan budaya saling menghormati dan saling membantu. Tradisi gotong royong, di mana masyarakat bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama, adalah contoh nyata dari nilai-nilai sosial yang kuat ini. Selain itu, sopan santun dalam bertutur kata dan bertingkah laku juga menjadi norma yang dijunjung tinggi dalam interaksi sehari-hari. Misalnya, sapaan seperti “Selamat pagi” atau “Apa kabar?” sering diucapkan saat bertemu dengan orang lain, bahkan dengan orang yang baru dikenal.

Ketidaksopanan di Dunia Maya

Namun, ketika kita memasuki dunia maya, situasi ini berubah drastis. Berbagai riset dan laporan menunjukkan bahwa netizen Indonesia sering kali menunjukkan perilaku yang jauh berbeda dibandingkan di dunia nyata. Beberapa studi dan survei, seperti yang dilakukan oleh Microsoft dalam Digital Civility Index, menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia termasuk yang paling tidak sopan di dunia maya.

Tingginya tingkat ujaran kebencian, penyebaran hoaks, dan komentar negatif adalah beberapa indikator ketidaksopanan di dunia maya. Fenomena ini sering kali mengejutkan, mengingat kontras yang jelas dengan budaya keramahan di dunia nyata. Beberapa faktor yang dapat menjelaskan perilaku ini antara lain anonimitas di dunia maya yang memberikan rasa aman untuk berperilaku negatif tanpa takut konsekuensi langsung. Selain itu, rendahnya literasi digital dan kurangnya kesadaran akan etika berinternet juga berkontribusi terhadap perilaku tersebut.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

  • Anonimitas di Dunia Maya: Internet memberikan anonimitas yang memungkinkan pengguna untuk berkomentar dan berperilaku tanpa harus menunjukkan identitas asli. Hal ini sering kali mengurangi rasa tanggung jawab dan memperbesar peluang untuk bertindak tidak sopan.
  • Kurangnya Literasi Digital: Rendahnya pemahaman mengenai etika berinternet dan dampak negatif dari perilaku online yang buruk menjadi salah satu faktor utama. Banyak pengguna internet yang tidak menyadari atau mengabaikan pentingnya bersikap sopan dan menghargai orang lain di dunia maya.
  • Budaya Ketergantungan pada Teknologi: Peningkatan penggunaan media sosial dan platform digital lainnya sering kali membuat pengguna lebih rentan terhadap perilaku impulsif dan emosional. Ketika berhadapan dengan perbedaan pendapat atau provokasi, reaksi cepat dan tidak dipikirkan dengan matang menjadi lebih mungkin terjadi.

Upaya Mengatasi Paradoks Ini

Untuk mengatasi paradoks ini, diperlukan pendekatan yang berkesinambugan. Edukasi tentang literasi digital dan etika berinternet harus ditingkatkan. Pemerintah, institusi pendidikan, dan platform media sosial harus bekerja sama untuk memberikan informasi yang tepat dan kampanye yang efektif mengenai pentingnya sopan santun di dunia maya.

Selain itu, penting juga untuk mendorong budaya positif dan perilaku yang baik di dunia maya melalui contoh dan teladan dari tokoh-tokoh publik dan influencer. Penggunaan teknologi dan internet harus dibarengi dengan tanggung jawab sosial yang sama seperti di dunia nyata.

Paradoks antara keramahan orang Indonesia di dunia nyata dan ketidaksopanan di dunia maya adalah fenomena kompleks yang mencerminkan perbedaan besar dalam perilaku sosial di dua ranah yang berbeda. Meskipun tantangan ini nyata, dengan upaya bersama untuk meningkatkan literasi digital dan kesadaran akan etika berinternet, ada harapan untuk menyelaraskan perilaku online dengan nilai-nilai positif yang dijunjung tinggi di dunia nyata. Melalui pendekatan yang tepat, masyarakat Indonesia dapat membuktikan bahwa keramahan dan kesantunan bisa tetap terjaga di mana pun, termasuk di dunia maya.

Oleh: Badrut Tamam (PP. Assholihiyyah Genuk Semarang)

Badrut Tamam

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

24 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago