santrimillenial.id – Hasan Al Bashri, seorang ulama pada masa awal Islam, pernah mengatakan bahwa jika tidak ada ulama di dunia ini, manusia tidak akan bisa dibedakan dengan binatang. Sebagaimana dikutip Imam Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin
لَوْلَا الْعُلَمَاءُ لَصَارَ النَّاسُ مِثْلَ الْبَهَائِمِ
Artinya: “Andaikan di dunia ini tidak ada ulama, maka tidak ada perbedaan antara manusia dengan binatang.”
Pernyataan di atas menyoroti peran penting yang diperankan para ulama dalam membimbing umat manusia menuju pertumbuhan spiritual dan moral. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari pentingnya ulama dan mengeksplorasi berbagai jenis ulama seperti yang dijelaskan oleh Imam Ghazali, serta tantangan yang dihadapi ulama dalam upaya mereka mencapai pertumbuhan spiritual.
Pentingnya Ulama
Ulama adalah penjaga ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan, yang berfungsi sebagai jembatan antara alam ketuhanan dan alam manusia. Mereka bertanggung jawab untuk menafsirkan dan menyebarkan ajaran para nabi dan rasul, memastikan bahwa pesan ilahi dipertahankan dan diteruskan ke generasi mendatang. Tanpa ulama, umat manusia akan tersesat dalam lautan ketidaktahuan, tidak mampu membedakan antara hal yang benar dan salah. Hal ini sesuai dengan sebuah hadits yang menjelaskan bahwa ulama adalah pewaris para nabi.
إِنَّ الْعُلُمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
Artinya: “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi.”
Imam Ghazali mengelompokkan ulama menjadi tiga jenis berdasarkan motivasinya dan pengaruhnya terhadap orang lain, yaitu:
1. Adakalanya membawa madharat bagi dirinya dan orang lain, yaitu terang-terangan berorientasi terhadap dunia.
2. Adakalanya membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan orang lain, yaitu ulama’ yang mendorong dirinya dan orang lain untuk berorientasi kepada Allah baik secara dhohir atau batin.
3. Adakalanya ulama’ yang membawa keselamatan bagi orang lain, akan tetapi membawa kerusakan bagi dirinya sendiri, yaitu ulama’ yang mengajak umat manusia untuk berorientasi kepada akhirat dan meninggalkan dunia secara dhohir, akan tetapi dalam batinnya terdapat niatan untuk mendapatkan popularitas dan jabatan di hadapan orang lain.
Cobaan Terbesar Bagi Para Ulama
Dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Ghazali menyebutkan bahwa Imam Hasan Al Bashri mengatakan cobaan terbesar bagi seorang ulama’ adalah matinya hati, yaitu terdapat orientasi mencarfi dunia dengan amalan-amalan akhirat.
عُقُوْبَةُ الْعُلَمَاءِ مَوْتُ الْقَلْبِ وَمَوْتُ الْقَلْبِ طَلَبُ الدُّنْيَا بِعَمَلٍ الْآَخِرَةِ
Artinya: “Cobaan ulama adalah matinya hati, yaitu mencari dunia dengan amalan-amalan akhirat.”
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pernyataan Hasan Al Bashri bahwa tanpa ulama, manusia tidak dapat dibedakan dari hewan menggarisbawahi peran penting yang dimainkan para ulama dalam membimbing umat manusia menuju pertumbuhan spiritual dan moral. Di sisi lain, terdapat tantangan yang akan dihadapi, termasuk matinya hati.
Sumber Gambar: Tirto.id