Definisi Iman Dalam Al Qur`an dan Hadist

Seringkali kita mendengarkan kata “iman” dalam kehidupan sehari-hari. Agama islam memerintahkan untuk iman terhadap enam perkara yang sering disebut dengan rukun iman. Lantas arti iman yang sebenarnya bagaimana ya?

Nabi Muhammad SAW menjelaskan dalam sebuah hadist :

عن أبي هريرة رضي الله عنه ايضا،عن النَّبيّ صلى الله عليه وسلم، قَالَ: ((الإيمانُ بِضْعٌ وَسَبعُونَ أَوْ بِضعٌ وسِتُونَ شُعْبَةً: فَأفْضَلُهَا قَولُ: لا إلهَ إلا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إمَاطَةُ الأذَى عَنِ الطَّريقِ، والحياءُ شُعبَةٌ مِنَ الإيمان)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Iman itu ada tujuh puluh lebih atau enam puluh lebih – lebihnya ialah antara tiga sampai sembilan – cabangnya. Maka yang terutama sekali ialah ucapan La ilaha illallah, sedang yang terendah sekali ialah melemparkan apa-apa yang berbahaya dari jalan. Perasaan malu – berbuat keburukan – adalah salah satu cabang dari keimanan.” (Muttafaq ‘alaih).

Dari pengertian di atas dapat diambil pelajarannya, yaitu :

1.) Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah perkataan di lisan, keyakinan dalam hati, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.

2.)  Disebutkan dalam hadits di atas bahwa cabang iman yang tertinggi ialah kalimat ” laa ilaha illalah” (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah) . Kalimat tersebut adalah pokok Islam dan Iman. Kalimat tersebut merupakan rukun pertama dari Islam dan yang bisa membuat seseorang masuk Islam.

3.) Sedangkan cabang iman yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, yang dimaksud di sini adalah menyingkirkan setiap gangguan apa pun.

4.) Sedangkan meletakkan gangguan di jalanan termasuk sesuatu yang terlarang. Semisal memarkir mobil di  jalan dan mengganggu kendaraan yang lalu lalang, ini termasuk meletakkan gangguan di jalan. Mengalirkan air sehingga mengganggu orang lain di jalan, ini pun termasuk yang terlarang. Begitu pula meletakkan batu sehingga mengganggu di jalan, ini pun terlarang.

5.) Jika seseorang menyingkirkan gangguan-gangguan tadi dari jalanan, itu menunjukkan keimanannya.

6.) Malu dalam maksiat pun termasuk cabang iman. Seseorang yang memiliki sifat malu dalam maksiat, maka dirinya akan semakin mempesona dengan akhlaknya yang mulia tersebut.

7.) Cabang iman sebenarnya amatlah banyak, sebagaimana disebutkan ada 60 atau 70 sekian cabang.

Adapun dengan orang iman (mukmin) yang sempurna dari pengertian hadist tersebut berkesinambungan dengan QS. Al-Hujurat ayat 15.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang sebenar-benarnya beriman hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka (terus percaya dengan) tidak ragu-ragu lagi, serta mereka berjuang dengan harta benda dan jiwa mereka pada jalan Allah; mereka itulah orang-orang yang benar (pengakuan imannya). [QS. Al-Hujurat 15].

Kesimpulannya iman kepada Allah SWT adalah iman yang posisinya berada pada urutan pertama. Dengan ikrar ‘laa ilaha illalah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah) merupakan kunci untuk mendapatkan ridha Allah SWT dan mengungkapkan bahwa tidak ada yang lebih agung dan kuasa daripada Allah SWT sang maha pencipta. Semoga kita semua hati yang teguh dan percaya kepada Allah SWT dan menjalankan ibadah yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur`an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *