Narasi

Meneguhkan Islam Nusantara

Indonesia memilih sebagai Negara Demokrasi. Meskipun tidak menjadi Negara Islam, Indonesia menerapkan nilai-nilai syariat sekaligus kebangsaan yang modern. Hal itu berdasarkan pada praktik Nabi Muhammad yang menanamkan moralitas dalam tatanan masyarakat lalu melegalkannya sebagai hukum Islam.

Peran keislaman dalam kenegaraan dan politik di Indonesia menjadi bentuk kesadaran terhadap keanekaragaman bangsa. Berbagai pihak yang ikut serta dalam memerdekakan Indonesia mampu membaca situasi sosial dan kemasyarakatan terhadap kemajuan Nusantara.

Negara yang masyarakatnya berbeda dari suku, bangsa, bahasa dan agama. Bagaimana pengaplikasian negara di Indonesia menggunakan Negara Islam, hanya akan menciderai indahnya kebhinekaan.

Melihat secara garis besar, hubungan antara Negara Indonesia dan Islam memang memicu terjadinya benturan terhadap Muslim yang sangat timur dan barat. Mereka memperjuangkan negara yang harus sesuai agamanya. Sebagian lainnya kokoh dengan pemisahan antara negara dan agama (sekularisme-meskipun istilah tersebut akan berbeda makna saat masuk di Indonesia).

Negara Ketuhanan

Keteguhan mendirikan Negara Indonesia yang khas dengan Islam Nusantara, punya kekuatan tersendiri. Kekuatan itu sangat kokoh dengan dasar negara ‘Pancasila’. Di dalamnya mengandung nilai ketuhanan yang ada pada sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Tanpa menggaungkan, Indonesia menanamkan negara yang berketuhanan dan tidak terjebak pada negara agama.

Prinsip ketuhanan yang termuat pada Pancasila juga merupakan alasan konstitusional terhadap peran agama di ranah politik menuju arah yang lebih maju.

Keunikan tersebut memang perlu adanya pemahaman terhadap khasanah politik dalam Islam. Baik secara pergerakan, historis hingga modern. Jika menilik sejarah, Nabi Muhammad pernah mengimplementasikan pada masa hijrah di Yatsrib sebagai “Negara Madinah”.

Prinsip tersebut bersifat moralitas sekaligus politis dalam membentuk masyarakat. Sebagai acuan, dapat kita cerna bagaimana Muslim yang berada di Indonesia memperjuangkan poin-poin Islam dengan membangun negara-bangsa.

Pergulatan yang terjadi terhadap dunia politik dalam Islam, mampu membawa pada pemahaman pembentukan pikiran. Ya, memang memerlukan waktu lama karena proses yang panjang.

Ideologi dan berbagai inisiasi pemikir Muslim menjadi respon kemodernan yang berusaha menyempurnakan berbagai kelemahan menuju kesempurnaan.

Sumber Gambar: jurnalislam.com

Ayu Sugiarti

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

23 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago