Narasi

Benarkah Universitas Oxford Meniru Sistem Pendidikan di Era Dinasti Abbasiyah?

Sejarah pendidikan adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan transformasi dan adaptasi dari berbagai kebudayaan. Salah satu perdebatan menarik dalam sejarah pendidikan adalah apakah Universitas Oxford, salah satu institusi pendidikan tertua dan paling terkenal di dunia Barat, meniru sistem pendidikan dari Era Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah, yang berkuasa dari tahun 750 hingga 1258 M, dikenal dengan Zaman Keemasan Islam, di mana ilmu pengetahuan dan pendidikan berkembang pesat.

Era Dinasti Abbasiyah ditandai dengan kemajuan luar biasa dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk matematika, kedokteran, filsafat, dan astronomi. Salah satu pencapaian terbesar dari masa ini adalah pendirian Baitul Hikmah (House of Wisdom) di Baghdad, sebuah lembaga yang berfungsi sebagai perpustakaan, akademi, dan pusat penerjemahan. Baitul Hikmah menjadi pusat intelektual dunia pada masanya, di mana para cendekiawan dari berbagai latar belakang etnis dan agama berkumpul untuk meneliti, berdiskusi, dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Sistem pendidikan di Era Abbasiyah sangat terstruktur dan berfokus pada pembelajaran mendalam serta diskusi kritis. Pendidikan tinggi di sana melibatkan madrasah (sekolah) yang menawarkan pelajaran dalam berbagai ilmu, serta menciptakan lingkungan di mana para pelajar dapat belajar langsung dari para guru melalui metode ceramah dan dialog interaktif. Pendekatan ini mencerminkan cara penyebaran pengetahuan dan pengajaran yang sangat mirip dengan apa yang kemudian diterapkan di universitas-universitas Eropa, termasuk Oxford.

Universitas Oxford, yang didirikan pada abad ke-12, muncul sebagai salah satu institusi pendidikan utama di Eropa. Universitas ini menawarkan struktur akademik yang terorganisir dengan baik, termasuk sistem kolese, ceramah, dan tutorial. Beberapa sejarawan berargumen bahwa sistem pendidikan yang diterapkan di Oxford dipengaruhi oleh tradisi ilmiah Islam yang diperkenalkan ke Eropa melalui Spanyol Muslim dan Perang Salib. Buku-buku dan karya ilmiah yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin memainkan peran penting dalam menyebarkan pengetahuan Islam ke dunia Barat.

Namun, apakah Universitas Oxford secara langsung meniru sistem pendidikan Era Dinasti Abbasiyah masih menjadi perdebatan. Beberapa sejarawan menekankan bahwa meskipun ada pengaruh yang signifikan, Oxford juga mengembangkan model pendidikannya sendiri yang disesuaikan dengan konteks sosial dan budaya Eropa. Pengaruh tradisi akademik Kristen, khususnya Scholasticism, juga berperan penting dalam pembentukan sistem pendidikan di universitas-universitas Eropa.

Kesimpulannya, meskipun ada bukti yang menunjukkan bahwa sistem pendidikan di Universitas Oxford dipengaruhi oleh tradisi ilmiah Islam dari Era Dinasti Abbasiyah, universitas tersebut juga mengembangkan karakteristik uniknya sendiri. Pertukaran pengetahuan antara dunia Islam dan Barat selama Abad Pertengahan menunjukkan bahwa pendidikan adalah proses dinamis yang dipengaruhi oleh berbagai sumber dan budaya. Pengakuan terhadap kontribusi berbagai peradaban dalam pembentukan sistem pendidikan modern adalah penting untuk memahami kompleksitas dan kekayaan sejarah pendidikan global.

Pengaruh sistem pendidikan Islam pada perkembangan pendidikan di Eropa, termasuk di Universitas Oxford, menunjukkan betapa pentingnya dialog dan pertukaran budaya dalam membentuk sejarah intelektual dunia. Penelitian lebih lanjut dan diskusi kritis dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang hubungan antara peradaban-peradaban ini.

Daftar Pustaka

  • Makdisi, G. (1981). The Rise of Colleges: Institutions of Learning in Islam and the West. Edinburgh University Press.
  • Hitti, P. K. (2002). History of the Arabs: From the Earliest Times to the Present. Palgrave Macmillan.
  • Pedersen, J. (1984). The Arabic Book. Princeton University Press.
  • Tibawi, A. L. (1972). Islamic Education: Its Traditions and Modernization into the Arab National Systems. Luzac & Company.
  • Gutas, D. (1998). Greek Thought, Arabic Culture: The Graeco-Arabic Translation Movement in Baghdad and Early ‘Abbasid Society (2nd-4th/8th-10th centuries). Routledge.
Siti Roihatul Jannah

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

23 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago