Kajian

Merajut Damai dalam Cinta: Mengukir Harmoni dalam Sesama

santrimillenial.id – Bukti legitimasi pengakuan pentingnya perdamaian tertera dalam tujuan negara republik Indonesia yang tercantum pada pembukaan UUD 1945, alenia IV, “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.” Jika dikategorikan, ada empat tujuan negara republik Indonesia, yaitu, tujuan perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan, dan perdamaian. 

Akan tetapi realitas menunjukkan bahwa tujuan perdamaian yang tercantum dalam mukadimah UUD 1945 belum tercapai sepenuhnya. Di dalam negara masih terjadi konflik, kekerasan, kejahatan, dan peperangan yang meniadakan situasi damai.  Adanya konflik, kekerasan, perang, dan kejahatan yang berujung pada tiadanya perdamaian adalah ancaman besar yang dapat membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

Menut Eric weil, pada mulanya perdamaian diartikan sebagai “lawan terhadap perang.” Perdamaian dibaca dari kacamata negatif yaitu bebas dari peperangan. Kini definisi dan pemahaman tentang perdamaian dalam konteks moderen lebih luas dan lebih kompleks dari pada di masa lalu. Dalam dunia yang mengglobal, perdamaian juga membutuhkan dimensi global, dan harus mencakup isu-isu keadilan dan kesetaraan sosio-ekonomis yang jauh melampaui sekadar “tidak adanya perang”.

Filsafat Perdamaian Menurut Eric Weil

Eric weil, pakar filsafat perdamaian,  mempunyai keyakinan bahwa manusia adalah kodrat yang berpotensi rasional. Ketika kodrat itu diwujudkan, maka akan membuka jalan pada datangnya perdamaian. Artinya ada kemungkinan manusia dapat berpikir dan bertindak rasional. Namun pada waktu yang sama manusia juga memiliki potensi kodrati melakukan kekerasan.

Menurut Weil, manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk menciptakan perdamaian atau menciptakan kekerasan. Ketika manusia memilih untuk menciptakan perdamaian, maka artinya dia meniadakan kekerasan. Begitu juga sebaliknya. Jika manusia memilih kekerasan, maka dia meniadakan perdamaian. Manusia bebas memilih untuk mewujudkan salah satunya.

Hal ini menunjukan bahwa perdamaian menjadi bagian kehidupan individu manusia. Maka dari itu menciptakan perdamaian harus dimulai dari diri sendiri. Kita tidak bisa menyerukan perdamaian apabila dalam kehidupan sehari-hari tidak melakukannya. Perdamaian tidak hanya bagian eksternal dari pribadi, tetapi bagian dari upaya mengembangkan diri.

Merajut Damai Dalam Cinta Sesama

“Tidak beriman salah seorang dari kamu hingga ia mencintai/menyukai untuk saudara nya apa yang dia sukai buat dirinya.”

Agama Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk membumikan cinta. Dengan cinta, kasih sayang, dan keramahan akan menekan problem-problem yang dialami manusia. Konflik, kekerasan, perang, dan kejahatan terjadi karena minimnya cinta dalam kehidupan manusia.

Cinta sesama hakikatnya adalah fitrah. Dorongan jiwa yang muncul secara alami. Disetiap diri manusia pasti ada rasa cinta yang sudah melekat secara alami tanpa adanya paksaan. Begitu juga dengan cinta tanah air. Ketika ada keinginan untuk menciptakan permusuhan dan kerusakan di tanah air negara sendiri, maka ada yang salah dengan hatinya.

Menilik lagi perdamaian menurut Eric Weil di atas, bahwa perdamaian adalah kodrat manusia. Di dalam lubuk terdalam hati manusia, tersimpan rasa ingin menciptakan perdamaian, dan menginginkan kehidupan yang damai dan bahagia. Jikalau ada keinginan untuk berbuat kejahatan atau peperangan, maka itu adalah nafsu manusia yang tidak bisa ditahan. Untuk menekan nafsu dan menciptakan perdamaian, salah satunya adalah dengan adanya cinta sesama.

Seorang sufi berkata “Hakikat kedekatan adalah merasakan segala sesuatu dengan hati serta damainya nurani bersama Allah SWT” Imam Ghazali juga mengatakan bahwa salah satu efek terbesar cinta adalah kedamaian. Maka, hendaklah kita selalu membumikan cinta untuk merajut sebuah perdamaian.

Penulis: Putri Nadillah, Duta Damai Santri Jawa Tengah

Nadilla

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

21 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago