Hubungan Bilateral Masa Nabi Muhammad

Nabi Muhammad SAW berhasil membangun risalah yang Allah berikan kepadanya. Salah satunya dalam menjalin hubungan dengan negara lain (Bilateral). Baik menjaga nilai keagamaan maupun kemanusiaan.


Bentuk dakwah Islam menggambarkan berbagai macam cara agar memperkuat Islam, asalkan baik tanpa memaksa dan menimbulkan perpecahan. Beliau tidak hanya sebagai rasul namun juga pemimpin politik dalam pemerintahan pada masa itu.


Salah satu cara berinteraksi dengan negara lain (para raja) di wilayah Arab dengan mengirimkan surat melalui para sahabat. Salah satunya dengan Raja Habasyah. Dalam Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam halaman 321, Nabi menganjurkan para sahabat untuk berlindung dari gangguan kafir Quraisy yang menganggu umat Islam dalam menyebarkan agama Islam.

Kafir Quraisy Mengutus Dua Orang


Habasyah menjadi pilihan karena rajanya terkenal dengan keadilannya. Kafir Quraisy tidak mau Islam tersebar apalagi tumbuh di wilayah lain. Sehingga mereka mengutus Amru bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah untuk menghalangi sahabat dengan bertemu dengan Raja Najasi di Habasyah.


Keakraban Amru dengan elit Habasyah membuatnya optimis, mampu membujuk raja Najasi menolak sahabat. Mereka juga mencoba membawa bingkisan untuk menyogok raja kemudian ia memprovokasi dengan memberi narasi merendahkan, mengadu domba hingga menyulut api kebencian terhadap agama Islam, Najasi dan agama yang mereka peluk.


أَيُّهَا الْمَلِكُ إِنَّهُ قَدْ صَبَأَ إِلَى بَلَدِكَ مِنَّا غِلْمَانٌ سُفَهَاءُ فَارَقُوا دِينَ قَوْمِهِمْ وَلَمْ يَدْخُلُوا فِى دِينِكَ وَجَاءُوا بِدِينٍ مُبْتَدَعٍ لاَ نَعْرِفُهُ نَحْنُ وَلاَ أَنْتَ


Amru bin Ash menyampaikan, beberapa masyarakat Makkah (para sahabat) yang bodoh pergi ke negeri raja Habasyah. Amru mengompori raja Habasyah, dengan harapan terpengaruh. Naman ternyata, cara yang ia lakukan tidak menggoyahkan keadilan dalam dirinya.


Raja Habasyah lebih memilih mendengarkan aspirasi kedua belah pihak, bukan hanya satu sisi. Ia memanggil para sahabat untuk datang menghadapnya. Dalam buku Sirah Nabawiyah karya Shofiyyurrahman Al-mubarokfury, para sahabat hanya menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan tanpa bersujud pada raja.

Ja’far Sang Juru Bicara Islam


Berbeda dengan Amru bin Ash dan Abdullah bin Abi Robi’ah. Ketika Raja bertanya tentang alasannya, Sahabat Ja’far bin Abi Thalib yang saat itu menjadi juru bicara menjawab, agama Islam memerintahkan untuk bersujud hanya kepada Allah. Tuhan yang mengutus Rosul mereka yaitu Nabi Muhammad Saw.


Nabi Muhammad yang mengabarkan untuk terus melaksanakan sholat dan zakat karena itu termasuk perintah Allah SWT. Dialog antara Raja Habasyah dan sahabat Ja’far juga menyangkut bagaimana Islam mengakui Isa sebagai Nabi yang Allah ciptakan melalui rahim perempuan suci, Maryam yang tidak pernah ada satu manusia pun menjamahnya.


Dalam buku Sirah Nabawiyah halaman 166, Raja Najasi merespon jawaban Ja’far bin Abi Thalib tentang pandangan Islam terhadap Nabi Isa dengan senang, bahkan membenarkan akan ajaran Islam.


‘Raja Najasyi mengangkat sebuah tangkai kayu dari atas tanah, lalu ia berseru: “Wahai, orang-orang Habasyah! Wahai, para pendeta! Demi Allah! Mereka tidak menambahkan perkataan apapun pada keyakinan kita tentang Isa. Kami mengucapkan selamat kepada kalian dan kepada orang yang mengutus kalian.


Aku bersaksi, bahwa dia adalah Rasulullah. Dialah orang yang kami temukan di dalam kitab Injil. Dialah rasul yang dikabarkan oleh Isa bin Maryam. Tinggallah kalian di manapun yang kalian inginkan! Demi Allah, kalau bukan karena kekuasaan yang ada padaku, maka sungguh aku datangi dia, sehingga aku menjadi orang yang membawakan sandalnya.” ‘


Setelah itu Raja Najasyi memerintahkan pengawalnya untuk mengusir duta kafir Quraisy. Menurut beberapa literatur, ia masuk Islam hingga meninggal dunia. Sehingga ketika kabar berpulang ke Rahmatullah, Nabi Muhammad melaksanakan sholat ghaib dan meminta ampunan untuknya.


Keberangkatan para sahabat (Hijrah) ke Habasyah dalam Sirah Nabawiyah menjadi hijrah pertama. Mereka berhasil menyatu dengan masyarakat dan menyiarkan agama Islam. Meskipun Nabi Muhammad Saw tidak ikut bersama sahabat yang lain, Islam diterima disana.


Bentuk hubungan bilateral antara Nabi dengan Raja Habasyah memang tidak secara resmi dalam bentuk negara, yang mana Nabi menjadi seorang presiden maupun raja. Tetapi kisah tersebut tersirat menghubungkan negara Makkah yang saat itu sedang mengenalkan ajaran Agama Islam dengan Habasyah yang sekarang menjadi Ethopia. Wilayah yang berada di bagian Benua Afrika. Sekaligus bagaimana cara Nabi Muhammad Saw dalam menjalankan sistem politik sebagai kepala agama.

Gambar : Gramedia.com

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *