Narasi

Pewarisan Sifat Genetik Perspektif Hadits

Ilmu genetika dalam sains sudah menjadi pengetahuan yang familiar. Orang tua maupun para pendahulu yang mempunyai darah keturunan, nantinya mewarisi sifat-sifat tertentu yang lebih dominan kepada anaknya.

Sifat keturunan tersalur melalui gen atau butiran kecil yang terdapat sel kelamin manusia. Biasanya sifat tersebut sangat terlihat dalam bentuk fisik. Misalnya, bentuk rambut, pendek atau tingginya seseorang, warna kulit bahkan penyakit yang lahir dari keturunan seperti albino, buta warna dan sebagainya.

Secara fisik, sifat genetik memang bisa diperbaiki. Misalnya, rambut keriting, bisa ke salon untuk memperbaiki nya menjadi lurus. Warna kulit, bisa melalui dokter kecantikan dan sebagainya.

Hal ini menjadi salah satu contoh bagaimana Islam menganjurkan orang tua dalam memilih pasangan untuk mencarikan jodoh anaknya yang baik, selektif terhadap calon mantu dan lain-lain.

Tujuannya memang untuk membentuk atau menciptakan generasi yang baik, harus mengetahui pasangannya sampai seluk beluknya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman setelah mempunyai ikatan pada perkenalan sebelumnya.

Hadits Nabi Terkait Genetika

Abu Hurairah pernah riwayatkan pada Kitab Sahih Bukhari, Kitab Thalaq pada bab ke-26 halaman 1050, ada seseorang laki-laki yang datang menghampiri Nabi Muhammad Saw dalam redaksinya tertulis:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ قَزَعَةَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وُلِدَ لِي غُلَامٌ أَسْوَدُ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ إِبِلٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ مَا أَلْوَانُهَا قَالَ حُمْرٌ قَالَ هَلْ فِيهَا مِنْ أَوْرَقَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَنَّى ذَلِكَ قَالَ لَعَلَّهُ نَزَعَهُ عِرْقٌ قَالَ فَلَعَلَّ ابْنَكَ هَذَا نَزَعَهُ

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Quza’ah Telah menceritakan kepada kami Malik dari Ibnu Abbas dari Sa’id bin Al Musayyab dari Abu Hurairah bahwa: Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, isteriku telah melahirkan anak yang berkulit hitam.”

Beliau bertanya: “Apakah kamu memiliki beberapa ekor unta?” Laki-laki itu menjawab: “Ya.” Nabi kembali memberi pertanyaan: “apa saja warna kulitnya?” Ia menjawab: “Merah.” Nabi Muhammad bertanya lagi: “Apakah di antara unta itu ada yang berkulit keabu-abuan?”

“Ya.” Jawab laki-laki tersebut. Beliau bertanya: “Kenapa bisa seperti itu?” Laki-laki itu menjawab: “Mungkin itu karena faktor keturunan.” Rasulullah bersabda: “Mungkin anakmu juga seperti itu (karena faktor keturunan)””.

Dalam Fath Al-Bariy, Ibnu Hajar Al-Asqolani menyisipkan keterangan terhadap hadits diatas, pada waktu itu, orang-orang menginvestigasi kabar anak laki-laki tersebut. Kemudian mereka menemukan keturunan nenek anak tersebut mempunyai kulit hitam.

Ulasan Hadis

Nabi Muhammad Saw menjawab pertanyaan laki-laki tersebut dengan analogi warna keluarga unta, mudah memahamkan seseorang. Tidak terbelit-belit. Sehingga kepanikan, kebimbangan dan kemarahan penanya terhadap istrinya mereda, takut jika anak yang lahir bukan keturunan dari dirinya.

Kemiripan anak dengan orang tua dalam ilmu genetika memang kadang tidak terlihat jelas akibat karakter yang bergantian dari Nabi Adam hingga keturunan saat ini. Tampak secara fisik dan terlihat dari orang tua, karena kemiripan tersebut bersifat dominan. Berbeda jika recessive atau terpendam. Maka hasilnya akan mirip seperti cerita dalam hadits di atas.

Selain memilah pasangan untuk memperbaiki keturunan, Kholifah kedua setelah Nabi Muhammad, Sahabat Umar bin Khattab, pernah berpesan untuk tidak menikah dengan orang yang sedarah. Khawatinya, akan menghasilkan sosok yang lemah atau tidak normal. Tertulis “Kawinilah orang asing (yang bukan keluarga) supaya keturunan kalian tidak lemah.”

Ilmu pengetahuan juga telah meneliti terhadap hasil keturunan yang menikah dengan sedarah. Hasilnya, pada keluarga tingkat dua seperti anak paman, sepupu hingga bibi, akan memunculkan sifat recessive lebih tinggi lalu akan lahir bayi yang cacat.

Analogi yang Nabi Muhammad berikan kepada laki-laki yang mengadu warna kulitnya, terbukti secara sains. Sehingga menjadi penguatan ilmu pengetahuan dengan merujuk pada sabda Rasulullah Saw.

Ilmu Genetika memberi penjabaran dengan penguatan hadist bahwa perbedaan warna kulit anak dengan orang tua bisa terjadi. Pasalnya, orang tua atau leluhur sebelumnya mempunyai karakter warna yang lemah atau terpendam. Atau ketika bisa saja akan terlihat secara jelas genetik kedua orangtuanya pada salah satu anak.

Sehingga menimbulkan karakter warna kulit hitam yang merupakan bagian gen leluhur tersebut akan tampak jelas pada diantara seorang anak atau cucu-cicit.

Gambar: tafsiralquran.id

Ayu Sugiarti

Recent Posts

Teknologi Digital: Penyelamat atau Penjerat?

Teknologi digital sudah merambah pada setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja,…

6 jam ago

Generasi Toleran: Revolusi Hati untuk masa depan yang Damai

Toleransi, sebuah kata yang sering kita dengar namun tak selalu kita pahami sepenuhnya. Di era…

2 hari ago

Menjaga Kecantikan dari Dalam: Akhlak sebagai Kunci Utama

Kecantikan sering kali diasosiasikan dengan penampilan fisik, seperti kulit bersih, tubuh ideal, atau wajah menarik.…

2 hari ago

Filosofi dan Singkatan Dari Huruf Santri

Menjelang Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2024 ini, kontribusi santri sudah merebak di berbagai hal.…

2 hari ago

Mahasiswa KKN 78 Iain Kudus Berpartisipasi dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di Masjid/Mushola Desa Wandankemiri pada saat Bulan Mulud

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momen yang penuh berkah dan semangat kebersamaan di tengah…

3 hari ago

Mahasiswa KKN-MB 078 IAIN Kudus Gelar Kegiatan Jumat Berkah (Berbagi di Hari Jumat)

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari program KKN-Moderasi Beragama (KKN-MB) 078 IAIN Kudus yang bertempat…

3 hari ago