Narasi

Istidraj: Tenggelam dalam Jebakan Kenikmatan

santrimillenial.id – Dalam kehidupan ini, manusia sering kali dihadapkan pada berbagai kenikmatan yang menghampiri. Namun, tidak semua kenikmatan tersebut merupakan anugerah yang murni. Ada kalanya, kenikmatan itu menjadi jebakan yang disebut dengan istidraj. Istidraj adalah sebuah konsep dalam Islam yang menggambarkan bagaimana Allah SWT memberikan kenikmatan kepada seseorang, bukan sebagai rahmat, tetapi sebagai ujian atau bahkan hukuman atas perbuatan mereka.

Konsep istidraj ini penting untuk dipahami karena dapat membantu kita mengenali bahwa tidak semua yang tampak baik itu benar-benar baik. Istidraj sering terjadi pada orang-orang yang hatinya telah mati, yang terus menerus berbuat maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya tetap dilimpahi dengan kemewahan dunia.

Allah SWT berfirman:

 وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ، وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh” (QS. Al-‘Araf:  182-183).

Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah SWT memiliki rencana yang tidak dapat kita pahami sepenuhnya. Istidraj adalah salah satu cara Allah SWT untuk memberikan pelajaran kepada hamba-Nya.

Contoh istidraj dalam kehidupan sehari-hari bisa berupa seseorang yang tidak pernah sholat namun tetap merasa hidupnya baik-baik saja, atau seseorang yang berbuat maksiat namun tetap diberi kesehatan dan kekayaan. Ini adalah bentuk ujian dari Allah SWT untuk melihat apakah hamba-Nya akan kembali kepada-Nya atau semakin jauh terjerumus dalam kesesatan.

Istidraj juga dapat dilihat sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT yang memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk bertobat sebelum akhirnya hukuman yang sesungguhnya datang. Namun, banyak yang terlena dan tidak menyadari bahwa ini adalah kesempatan untuk introspeksi dan kembali ke jalan yang benar.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk selalu waspada dan tidak terbuai dengan kenikmatan dunia yang sementara. Kita harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT dan menggunakan nikmat tersebut untuk berbuat kebaikan, bukan sebaliknya.

Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk selalu berhati-hati dan tidak terjebak dalam istidraj. Kita harus mengingat bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara dan ujian yang sebenarnya adalah di akhirat. Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari konsep istidraj ini dan selalu berusaha untuk menjadi hamba Allah SWT yang lebih baik.

Oleh: Badrut Tamam (PP. Assholihiyyah Genuk Semarang)

Badrut Tamam

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

23 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago