Narasi

Mengalah Belum Tentu Menjadi Kalah

santrimillenial.id – Seseorang yang mengalah belum tentu ia menjadi kalah. Mengalah adalah momen untuk memberikan kesempatan yang lain merasakan bahagia kemenangan. Hanya orang-orang hebat yang tidak terlalu bergantungan dengan apapun yang mampu untuk menjalankannya. Orang yang paling hebat adalah orang yang mampu menanamkan sifat mengalah. Orang mengalah dikatakan hebat karena ia mengerti bahwa ia bisa menang tapi ia lebih memilih memberikannya kepada orang lain. Dengan mengalah, seseorang bisa naik ke derajat yang lebih mulia.

Rasulullah pernah memberikan sebuah contoh untuk mengalah yang akhirnya mampu menambah kemuliaan yang luar biasa. Suatu ketika waktu Rasulullah tengah berjalan menuju Ka’bah melewati sebuah lorong, Rasulullah diludahi oleh seorang Kafir Quraisy sampai beberapa kali. Rasulullah tidak pernah marah menerimanya. Sampai suatu Ketika orang yang biasa meludahi Rasulullah itu jatuh sakit.

Rasulullah pun bertanya-tanya kenapa orang yang biasa meludahinya itu tidak ada. Setelah Rasulullah mengetahui bahwa orang yang meludahinya itu jatuh sakit, Rasulullah pun langsung menjenguknya. Ternyata orang pertama yang mau menjenguknya sakit adalah Rasulullah, orang yang selama ini diludahinya. Sampai akhirnya setelah dijenguk Rasulullah orang yang telah meludahi Rasulullah menangis dengan penyesalan luar biasa yang kemudian masuk Islam.

Untuk bisa mengalah, kita perlu belajar dari bumi. Bumi selalu mengalah meskipun ia selalu diinjak-injak, diludahi, dibuangi kotoran, bahkan sampai dirusak. Bumi selalu membalas semuanya dengan hal yang bermanfaat. Bumi tidak pernah merasa sombong meskipun semua makhluk hidup ini selalu bergantung padanya.

Kita sangat perlu belajar seperti bumi tersebut. Meskipun kita diinjak-injak, di angkara murkai, kita harus tetap teguh dan tidak mudah mengeluh. Dilempari orang-orang dengan keburukan kita harus selalu berusaha membalasnya dengan kebaikan. Meskipun kita punya banyak kemampuan dan modal besar untuk berjaya, kita tidak boleh mudah pamer dan membanggakannya. Kita harus selalu rendah hati dengan semua yang kita miliki karena sejatinya itu hanyalah sebuah titipan.

Setelah kita belajar mengalah dari bumi, kita juga perlu belajar mengalah dari orang yang menanam padi di sawah. Jika kita lihat, menanam padi itu dilakukan dengan cara merunduk berjalan ke belakang. Meskipun sekilas terlihat berjalan mundur, tapi ternyata itu adalah maju. Kita perlu beruhasa mengaplikasikan realita kehidupan kita seperti menanam padi tersebut. Kita harus berusaha mengalah seperti berjalan mundur dalam menanam padi untuk kebaikan bersama.

Menanam padi tidak bisa dilakukan apabila tidak dilakukan secara merunduk. Pastinya, jika padi ditanam dengan berdiri itu akan sulit tertanam. Dari orang yang menanam padi tersebut kita bisa mengambil pejalaran untuk selalu merunduk atau rendah hati agar bisa mendapatkan kemuliaan yang luar biasa.

Setelah padi tersebut ditanam, seorang petani memiliki tugas untuk terus merawatnya agar bisa mendapatkan hasil yang bagus. Semakin ia bersungguh-sungguh dalam merawatnya, semakin bagus pula hasil yang bisa diperoleh. Setelah dirawat dengan penuh kesungguhan, nantinya tinggal menunggu hasil yang akan didapatkan seperti apa. Meskipun, terkadang sudah dirawat dengan sungguh-sungguh, ada saja cobaan yang menghampiri yang membuat gagal panen.

Perjalanan ini mirip dengan perjalanan hidup kita. Setelah kita belajar sifat rendah hati, kita perlu untuk selalu merawat sifat kita tersebut terus-menerus agar bisa berakhir dengan bagus meskipun terkadang ada beberapa kerikil-kerikil kecil yang menyertai. Setelah kita merawat sifat kita dengan sungguh-sungguh, kita tinggal pasrah nantinya diberikan seperti apa mengenai semua perjuangan kita. Kita perlu mengalah dan menerima dengan sepenuh hati semua hal yang diberikan oleh-Nya.

Tapi, kita tidak boleh mengalah untuk berlomba-lomba dalam menjalani ketaatan kepada Allah SWT. Ketika menjalankan ketaatan kepada Allah, kita harus berlomba-lomba untuk menang. Mengalah akan menjadikan kita mulia jika berurusan dalam urusan dunia. Semakin kita mengalah untuk tidak terlalu mengejar dunia dapat membantu meringankan beban kita di akhirat kelak.

Mengalah itu tidak akan menjadikan kita bertambah hina. Justru dengan mengalah dari berbagai ocehan-ocehan yang menyakitan dengan tidak membalasnya, tapi membalas dengan kebaikan justru semakin membuat kita mulia. Orang yang mampu mengalah semata-mata memang terlihat kalah, padahal sejatinya ialah pemenang sejatinya. Mengalahlah sampai tidak ada siapapun yang mampu mengalahkan.

Oleh: Muhammad Sholihul Huda, PP Mansajul Ulum, Pati.

Muhammad Sholihul Huda

Recent Posts

Teknologi Digital: Penyelamat atau Penjerat?

Teknologi digital sudah merambah pada setiap aspek kehidupan kita. Mulai dari cara kita berkomunikasi, bekerja,…

4 jam ago

Generasi Toleran: Revolusi Hati untuk masa depan yang Damai

Toleransi, sebuah kata yang sering kita dengar namun tak selalu kita pahami sepenuhnya. Di era…

2 hari ago

Menjaga Kecantikan dari Dalam: Akhlak sebagai Kunci Utama

Kecantikan sering kali diasosiasikan dengan penampilan fisik, seperti kulit bersih, tubuh ideal, atau wajah menarik.…

2 hari ago

Filosofi dan Singkatan Dari Huruf Santri

Menjelang Hari Santri Nasional (HSN) tahun 2024 ini, kontribusi santri sudah merebak di berbagai hal.…

2 hari ago

Mahasiswa KKN 78 Iain Kudus Berpartisipasi dalam Kegiatan Peringatan Maulid Nabi di Masjid/Mushola Desa Wandankemiri pada saat Bulan Mulud

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi momen yang penuh berkah dan semangat kebersamaan di tengah…

3 hari ago

Mahasiswa KKN-MB 078 IAIN Kudus Gelar Kegiatan Jumat Berkah (Berbagi di Hari Jumat)

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari program KKN-Moderasi Beragama (KKN-MB) 078 IAIN Kudus yang bertempat…

3 hari ago