“Tuhan sudah mati. Tuhan tetap mati. Dan kita telah membunuhnya.” adalah kutipan yang cukup kontroversional dari buku yang berjudul The Gay Science, milik Friedrick Nietzsche.
Terkenal dengan kritiknya terhadap moralitas dan agama, istilah dari tokoh filsafat ini seringkali disalahartikan oleh banyak orang. Banyak yang beranggapan bahwa kalimat kontroversialnya itu menyalahkan suatu agama dan beranggapan “Tuhan” yang kita sembah sudah benar-benar mati.
Lalu sebenarnya apa makna dari aforisme “Tuhan Sudah Mati!”?
Friedrick Nietzsche, lahir pada tahun 1844 dan besar di lingkungan keluarga yang cukup religius. Ayahnya seorang pemuka agama kristen dan kakeknya seorang penulis buku yang membela Protestanisme serta memiliki posisi penting di gereja.
Selain keluarga, latar belakang pendidikan Nietzsche juga sarat nilai religi. Ia diterima di Schulpforta, sekolah asrama Protestan terkemuka di Jerman. Dia unggul secara akademis dan menerima pendidikan klasik yang luar biasa di sana.
Saat berkuliah di Universitas Leipzig, Nietzsche mendalami bahasa dan kesusastraan Yunani serta Romawi. Kemudian saat melanjutkan studi Universitas Basel, Nietzsche disebut sebagai ahli filologi atau studi naskah kuno.
Ketika menjadi profesor, Nietzshce mulai menulis buku yang berjudul Kelahiran Tragedi dari Musik, yang menceritakan kebudayaan Yunani sebelum Socrates dan Plato. Menurutnya, kebudayaan Yunani terbentuk dari dua kecenderungan yang saling bertabrakan, yaitu Apollonian (dewa kegelapan) dan Dionysian (dewa cahaya).
Dalam perjalanan pemikirannya, Nietzsche banyak terpengaruh oleh karya milik Arthur Schopenhaeur yang berjudul Dunia sebagai Kehendak dan Representasi. Sebelumnya ia mendalami keilmuan filologi kemudian ia mulai mendalami filsafat.
Saat mempelajari filsafat itulah ia mengungkapkan kalimat kontroversial yaitu, Tuhan sudah mati! yang ia tulis dalam bukunya The Gay Science.
Masyarakat religius pada saat itu juga sebagai makhluk “moral budak”, yang ditekankan pada sifat-sifat lemah dan bergantung pada agama. Menurutnya, agama hanya membuat manusia menjadi takluk dan rendah hati. Agama mengakibatkan manusia menghalangi dirinya sendiri untuk melihat perkembangan hidupnya secara bebas.
Baginya, gagasan “Tuhan sudah mati” merupakan kejadian kultural dan suatu perkembangan filosofis. Dianggap kejadian kultural dikarenakan pandangan umat Kristiani tentang hidup di dunia semakin memudar dan akhirnya akan hilang.
Sedangkan perkembangan filosofis dikarenakan hipotesis “Tuhan” semakin ditinggalkan dalam pemikiran modern.
Ketika Nietzsche mengatakan “Tuhan sudah mati”, ia tidak bermaksud bahwa “Tuhan Kristen” sudah mati. Namun lebih menjabarkan cara yang lebih akurat untuk mengungkapkan apa yang dia maksud, ialah “Kebenaran sudah mati”.