Narasi

Maulid, Momentum Syukur Sebagai Umat Sang Rasul

Menghitung beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Maulud atau Rabiul Awal, salah satu bulan yang diyakini umat sebagai bulan kelahiran Rasulullah, tepatnya tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Dan sudah seharusnya kita sebagai umat islam untuk mensyukuri dan menyambut hari yang mulia tersebut dengan bentuk rasa syukur dan cinta atas dilahirkannya Rasul.

Dengan kelahiran Rasulullah merupakan suatu karunia bagi alam semesta ini. Rasul diutus oleh Allah SWT untuk mengajarkan agama Islam yang penuh kedamaian dan kasih sayang. Beliau merupakan nabi yang paling mulia dan agung diantara utusan nabi-nabi lainya, sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Qur’an QS Ali ‘Imran ayat 110:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

Artinya, “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”

Menyambut bahagia dan merayakan bulan lahirnya Rasulullah, merupakan salah bentuk rasa syukur kita semua atas anugerah yang telah Allah berikan tersebut, dan ini akan menjadi salah satu tanda bahwa kita termasuk orang-orang yang cinta kepada Rasul dan mengharap Syafa’at beliau di hari akhir kelak.

Tradisi Mauludan Sebagai Bentuk Rasa Syukur

Merayakan dan menyambut bahagia datangnya bulan lahirnya Rasulullah, merupakan salah satu cara bagi kita semua untuk mensyukuri anugerah yang telah Allah berikan. Berbagai bentuk rasa syukur yang dilakukan oleh masyarakat dalam memperingati bulan kelahiran Rasulullah sangat beragam, diantaranya mengadakan pengajian yang bertema tentang kisah Rasulullah sekaligus pembacaan maulud al barjanzi dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kisah kehidupan sang rasul. Dan tak hanya itu saja tradisi dipulau jawa khususnya di Yogyakarta dan Surakarta yakni Saketan. Tradisi saketan ini berlangsung dari tanggal 5 sampai 12 Rabiulawal dengan diisi pentas seni dan pasar rakyat. Konon Sekaten sudah ada sejak zaman Kerajaan Demak yang menjadi salah satu strategi dakwah Wali Songo dengan menyesuaikan kearifan lokal. Saketan ini berasal dari kata “syahadatain” yang merupakan kalimat untuk menyatakan seseorang memeluk Islam.

Oleh: Istianah

Istianah

Recent Posts

Supporter Sepak bola : Wujud Nasionalisme Modern

Sepak bola lebih dari sekadar permainan di atas lapangan hijau. Di tribun stadion, supporter menjadi…

23 jam ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (2)

Penyakit seperti diabetes, kanker, atau jantung memerlukan perawatan jangka panjang dengan biaya yang bisa mencapai…

2 hari ago

Sakit Itu Mahal, Sehat Lebih Mahal Lagi (1)

Di kehidupan yang sangat praktis ini, banyak makanan cepat saji yang beredar di sekitar kita.…

2 hari ago

Jaga Ucapanmu

Komunikasi adalah bagian penting dalam kehidupan manusia. Melalui ucapan, kita dapat menyuarakan berbagai ide, menyampaikan…

3 hari ago

Mencegah Radikalisme di Kampus: Peran Mahasiswa dalam Membangun Lingkungan Akademik yang Inklusif

Perguruan tinggi sebagai pusat pendidikan dan pengembangan intelektual, seharusnya menjadi benteng melawan paham radikalisme. Namun,…

3 hari ago

Es Teh Setiap Hari: Sehat atau Bahaya?

Minum es teh sudah menjadi kebiasaan bagi banyak orang di Indonesia. Segar, murah, dan mudah…

3 hari ago