free page hit counter

Pancasila Dalam Al-Quran Dari Sudut Pandang Hamka

Mufasir Indonesia di Era Modern terus mengkaji kandungan ayat Al-Quran agar terus relevan. Salah satunya Haji Abdul Malik Karim Amrulah atau yang terkenal dengan julukan Buya Hamka. Beliau menuangkan ide dari hasil pemikirannya untuk disampaikan kepada masyarakat melalui tulisan. Misalnya dengan jalur pembukuan Tafsir Al-Azhar.

Mufassir yang lahir pada Senin 16 Februari 1908 di Maninjau, Sumatera Barat itu juga menuangkan pendapatnya terkait Pancasila yang ada hubungannya dengan nilai keislaman. Beliau membuat buku berjudul “Urat Tunggang Pancasila”. Karya itu membahas tentang sila pertama yang menjadi fondasi dari asas sila lainnya.

Hamka mengajak masyarakat untuk menanamkan sikap yakin sebagai manusia kepada sang pencipta. Dengan demikian seseorang mampu berjuang dan bergerak. Tanpa hal itu, menurut Hamka, manusia sebagai makhluk tidak mampu mempunyai semangat berjuang, berkorban, untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.

Keyakinan pada tuhan juga menggerakan hati manusia agar bergantung terhadap kekuatan tuhan untuk mencapai hasil perjuangan. Adapun Pancasila menurut Al-Quran dari pandangan Buya hamka sebagai berikut.

Pancasila Perspektif Hamka

Pertama, Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Buya Hamka, sebagaimana tertulis sebelumya. Bentuk pengakuan adanaya kekuatan yang lebih tinggi diatas manusia. Kepercayaan tersebut berdasarkan asas ketuhanan yang memiliki segala kekuasaan manusia.

Agama Islam sebegai agama yang percaya pada monoteisme hanya percaya pada Allah SWT. Tidak mungkin ada yang menyaingi-Nya dan menyerupai-Nya. Sila pertama ini mengadopsi ideologi Islam yakni tauhid.

Kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sila ini lebih merujuk pada nilai kemanusiaan. Bagi Hamka, seseorang yang mampu berpegang teguh pada Allah, sifat kemanusiaan yang tinggi akan tumbuh dengan sendirinya. Masyarakat yang memegang teguh sila pertama juga tidak akan membedakan apapun dan siapapun dalam bersikap.

Nilai kemanusiaan dan yang adil dan beradab ini mencerminkan kesadaran dan falsafah sila pertama dan kedua. Sedangkan berbuat baik tanpa pandang bulu juga tertuang dalam Al-Quran Surat Al-baqarah ayat 83. Dalam ayat tersebut menjelaskan sikap kemanuasian yaitu tidak menyekutukan Allah dan mengiringi dengan sifat baik, menghormati hingga berbuat baik kepada orang lain.

Ketiga, Persatuan Indonesia. Keselamatan Bangsa Indonesia juga berada pada orang-orang yang berpegang teguh pada sila pertama. Dengan demikian meraih kedamaian bangsa merupakan cara menuju perdamaian manusia. Adapun konsepsi yang tertuang dalam Al-Qurannya tertuang pada Surat Al-Hujurat ayat 13 terkait perdamaian yang seharusnya suatu bangsa mencapainya.

Keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Sila tersebut menurut Hamka berisi tentang kerakyatan yang membidik pada kedaulatan milik rakyat secara mutlak. Masyarakat juga wajib melakukan musyawarah ketika berhadapan dengan nilai pemerintahan. Begitu pula pihak pemerintah, wajib bermusyawarah dengan masyarakat. Al-Quran menyantumkan dalam Surat Ash-Shūra ayat 38.

Kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rayat indonesia. Bagi Hamka, semua negara pasti menuntut keadilan. Indonesia juga menginginkan pemerataan kesejahteraan bagi rakyatnya. Semua lapisan masyarakat harus merasakan keadilan tanpa adanya pembeda agama, ras, sosial dan lainnya. Perwujudan keadilan sosial juga dapat berupa saling gotong-royong, tolong-menolong dan tidak menyakiti sesama.

ayat yang menorehkan terkait keadilan sosial ada pada Surat An-Nisā’ ayat 36. Hamka menafsirkan ayat tersebut dengan memberi pijakan awal kepada manusia untuk terus berbuat adil, baik dan tidak sombong dalam bersosial dengan tidak menyekutukan Allah.

Sumber gambar: Kompas.com

Anda mungkin juga suka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *